Menteri Kesehatan RI Rilis Kit Diagnostik Pendeteksi Hepatitis B yang Dikembangkan Peneliti ITB
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
JAKARTA, itb.ac.id – Menteri Kesehatan Republik Indonesia Prof. Nila Moeloek merilis prototipe Kit HBsAg dan kit anti HBsAg yang dikembangkan oleh tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam acara Forum Riset Life Science Nasional (FRLN) yang diadakan oleh PT. Biofarma di Jakarta, Kamis 13 September 2013.
Prototipe Kit tersebut memiliki fungsi untuk mendeteksi virus Hepatitis B dan mengetahui keberhasilan imunisasi vaksin Hepatitis B, berupa perlindungan antibodi terhadap virus hepatitis B. Acara FRLN ini dihadiri juga oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak, dan Menteri Keuangan Dr. Sri Mulyani Indrawati.
Kit tersebut berhasil dikembangkan oleh tim peneliti yang diketuai oleh Ernawati Arifin Giri-Rachman M.Si, Ph.D. dati Sekolah Ilmu Teknologi Hayati, ITB dan dibiayai pihak Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Total peneliti yang terlibat dalam kegiatan ini berjumlah 10 orang, yang berasal dari SITH, SF, BBRC dan PT. Biofarma. Pengembangan kit tersebut juga merupakan salah satu hasil produk luaran tambahan dari konsorsium vaksin Hepatitis B.
*Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Prof. H. Mohamad Nasir saat melihat kit prototipe diagnostik Hepatitis B di acara FRLN 2018 (Foto: Dok. Ristekdikti)
Ernawati menjelaskan, penyakit hepatitis B merupakan penyakit yang sangat serius. Jika tidak segera ditangani, penyakit tersebut dapat menyebabkan kanker hati dan berujung pada kematian. Oleh karena itu perlu upaya pencegahan terhadap infeksi hepatitis B, salah satunya adalah dengan pembuatan kit diagnostik untuk deteksi hepatitis B.
Kit diagnostik yang dikembangkan berfungsi untuk mendeteksi virus Hepatitis B dan mengetahui keberhasilan imunisasi vaksin Hepatitis B, berupa perlindungan antibodi terhadap adanya infeksi virus hepatitis B. Dengan menggunakan kit ini, status infeksi seseorang bisa diketahui dengan cepat dan akurat tanpa perlu lagi menggunakan kit diagnostik impor yang harganya mahal.
Keunggulan dari kit ini, merupakan kit yang telah dikembangkan dengan memanfaatkan beberapa produk-produk yang dibuat oleh para peneliti ITB dan konsorsium vaksin Hepatitis B. Selain itu kit ini memiliki sensitivitas, akurasi dan keandalan yang setara dengan kit impor yang saat ini tersedia.
“Saat ini, pengembangan kit diagnostic ini disertai juga dengan pengembangan alat untuk membaca hasil deteksi kit diagnostic yaitu ELISA reader, yang dikembangkan oleh tim peneliti dari STEI dan SITH ITB. Alat ELISA reader yang ingin dikembangkan tersebut merupakan alat yang memiliki akurasi yang tinggi namun dapat diperoleh dengan harga yang jauh lebih murah dari produk impor,” kata Ernawati kepada Humas ITB, Jumat (14/9/2018).