Ngabuburit VOL. 1 FSRD ITB: Value Creation, Identitas Produk sebagai Investasi Unsur-Unsur Budaya Lokal

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

Dr. Adhi Nugraha, M.A. dan Slamet Riyadi, M.Ds., Ph.D. pada kegiatan Ngabuburit Vol. 1 FSRD. (Dok.Mely Anggrini)

BANDUNG, itb.ac.id – Menyambut Bulan Ramadhan kali ini, Admission Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali mengadakan program baru, yaitu Ngabuburit: Ngobrol Bareng Admisi ITB! Pada episode kedua, dilakukan kegiatan berbincang dengan program studi Desain Produk dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) bertempat di Design Centre FSRD ITB, Senin (18/3/2024).

Kegiatan Ngabuburit kali ini ditemani oleh Dosen Program Studi Desain Produk, Slamet Riyadi, M.Ds., Ph.D. dan Dr. Adhi Nugraha, M.A. yang diawali dengan pengenalan program studi. Slamet Riyadi menjelaskan bahwa desain produk tidak membatasi produk apa yang akan dibuat ke depannya. Apabila terdapat persoalan di lingkup masyarakat, melalui desain produk akan dibuat suatu service yang sesuai dengan masyarakat itu sendiri.

Bicara mengenai hasil nyata dari prodi Desain Produk ini, Dr. Adhi angkat suara, bahwa banyak sekali karya alumni yang tersebar di segala bidang, mulai dari transportasi dan mobility, furniture, mainan anak, peralatan kesehatan, desain riset material, teknologi, hingga bidang lainnya.

Dia juga mengatakan, selain berada di Kampus Ganesha, kini program studi Desain Produk berada di Kampus Cirebon.

“Kenapa harus Kampus Cirebon? Karena Cirebon banyak ciri khasnya. Cirebon sangat kuat dengan wisata lokal dari skala kecil sampai besar, jadi ciri khas ITB yang tidak ada di Ganesha seperti home decor, lebih unggul di Cirebon,” ujar Dr. Adhi.

Melalui kesempatan ini pula, Program Studi Desain Produk merancang mahasiswa agar dapat berkolaborasi dengan industri lokal, sehingga mahasiswa dapat melakukan praktek dengan sumber daya yang telah tersedia di sekeliling daerah Cirebon.

Produk koleksi jam tangan karya Dosen Prodi Desain Produk FSRD, Slamet Riyadi, M.Ds., Ph.D. dengan berbagai jenis material dan desain. (Dok.Mely Anggrini)

Produk dari prodi Desain Produk ini tidak hanya mencerminkan dunia seni rupa dan estetika saja, tetapi kental dengan sisi keilmuan dasar ITB yang berbasis rekayasa.

Slamet Riyadi turut menjelaskan bahwa prodi Desain Produk memiliki kolaborasi yang sangat kuat pada lintas studi internasional. “Kita rutin melakukan workshop satu sampai dua kali setahun yang memberikan warna berbeda bagi kita. Beberapa negara ada dari Jepang, kolaborasi dengan Singapore, kegiatan exchange ke Finlandia, bahkan studi lanjut,” ujarnya.

Seusai menyampaikan berbagai informasi menarik mengenai prodi Desain Produk, Dr. Adhi dan Slamet Riyadi kembali memaparkan mengenai apa itu value creation.

“Value creation adalah bagaimana setiap perguruan tinggi menciptakan value yang unik dan unggul. Artinya setiap dosen memberikan insight yang spesifik hingga tiap mahasiswa bisa memilih ingin ikut yang mana,” ujar Dr. Adhi.

Sementara itu, menurut Slamet Riyadi, value creation merupakan proses penciptaan dari daya unggul baik suatu lembaga, serta proses kekhasan dia sebagai desainer yang membuatnya lebih menarik di mata orang lain.

Beliau menjelaskan bahwa tujuan utama yang ingin dikembangkan adalah manivestasi mengenalkan budaya Indonesia yang sangat kuat dengan berbagai hal menarik dan dibungkus dalam produk yang relevan untuk konsumen saat ini.

“Kita bisa buat produk yang memperlihatkan identitas produk tersebut yang memiliki investasi unsur-unsur budaya lokal. Gimana caranya agar bisa kolaborasi dengan lembaga lain? Gimana biar bisa dipakai anak muda sekarang? Itu menjadi dasar kualitasnya,” pungkas Slamet Riyadhi.

Reporter : Mely Anggrini (Meteorologi, 2022)