Obituari: Kontribusi Sepanjang Hayat, Prof. Dr. Haryanto Dhanutirto, DEA, Apt.
Oleh Ria Ayu Pramudita
Editor Ria Ayu Pramudita
Prof. Haryanto lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, pada 14 Agustus 1939. Almarhum menjalani pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi ITB dari tahun 1958 hingga 1966, yang kemudian dilanjutkan dengan meraih gelar keprofesian Apoteker ITB dan DEA di Prancis dalam bidang Kimia Kedokteran (1981).
Prof. Haryanto kemudian aktif sebagai dosen ITB yang turut mengembangkan Sekolah Farmasi ITB. "Beliau yang membangun (Sekolah) Farmasi ITB. Beliau ikut berkontribusi dalam membesarkan (Sekolah) Farmasi," kata Wakil Rektor Bidang Komunikasi, Kemitraan, dan Alumni ITB, Prof.Dr.Ir. Hasanuddin Z. Abidin, M.Sc, di sela penghormatan terakhir kepada almarhum Prof. Haryanto di ITB, kepada Okezone, Rabu (12/07/12).
Semasa hidupnya beliau pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) ITB. Selain itu, beliau juga pernah menjabat sebagai anggota DPR-RI (1977-1978), dan MPR-RI (1982-1987). Selama menjabat anggota MPR-RI itu, Prof. Haryanto juga mengetuai Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) Jawa Barat dan juga sebagai Senior Scientist Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) (1983-1987). Prestasi keilmuan almarhum lainnya adalah sebagai Deputi Ketua Bidang Pengkajian Ilmu Dasar & Terapan (BPPT) serta Pembantu Asisten Menteri Riset dan Teknologi.
Pada Kabinet Pembangunan IV tahun 1993-1998, beliau menjabat sebagai Menteri Perhubungan RI yang kemudian dilanjutkan pada masa pemerintahan berikutnya sebagai Menteri Negara Pangan dan Hortikultura (1998-1998). Tidak berhenti berkontribusi, almarhum Prof. Haryanto juga pernah memegang amanah sebagai Ketua Umum ISFI periode 2005-2009 dan masih menjadi Ketua Kehormatan Ikatan Apoteker Indonesia serta Rektor Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal, Jakarta ketika wafat.
Jenazah Prof. Haryanto dilepas oleh Rektor ITB, Prof. Akhmaloka, Ph.D, pada upacara pelepasan yang dilaksanakan di Aula Barat ITB pada Rabu (11/07/12) sekitar pukul 10.00 WIB. Setelah disemayamkan dalam peti berselimutkan merah putih selama dua jam untuk mendapatkan penghormatan terakhir, jenazah almarhum dimakamkan di TPU Cikutra, Bandung, melalui upacara militer dengan inspektur upacara Gubernur Jawa Barat, Achmad Heryawan.
Prof. Hasanuddin mengenang almarhum sebagai sosok yang ramah dan suka bercanda, namun tetap tegas dan visioner. "Beliau bisa diteladani, apalagi karir beliau di pemerintah aktif," jelasnya kepada Okezone.
Sumber: Sekolah Farmasi ITB, Kompas, Okezone, Republika Online.