Oleh-Oleh dari Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa ITB Angkatan I 2006

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

“Mentari menyala di sini... Di sini, di dalam hatiku.. Gemuruhnya sampai di sini.. Di sini, di urat darahku..”. Demikian kira-kira nyanyian yang berjudul “Mentari” yang diciptakan oleh Iwan Abdurrahman. Nyanyian ini merupakan lagu perjuangan di kalangan para aktivis kampus. Pada malam terakhir (13/6) acara Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa ITB Angkatan I 2006, beliau-sang pencipta lagu itu-sendirilah yang menyanyikannya di hadapan para peserta pelatihan di Aula Sekolah Calon Tamtama (Secata) TNI-AD, Pengalengan. Iwan Abdurrahman pada malam membawakan lagu-lagu ciptaannya yang hampir kesemuanya balada, berisi pesan moral kepada pendengarnya. Nina, mahasiswi tahun kedua jurusan Kria Seni Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, mengaku bahwa sepanjang acara pelatihan baru kali ini ia merasa mendapatkan pemahaman dan perasaan tentang apa itu ‘bela bangsa’ setelah mendengarkan nyanyian-nyanyian Iwan malam itu. Iwan membuka pertunjukannya dengan mengajak seluruh peserta untuk menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Lalu kemudian lagu-lagu ciptaannya yang terkenal seperti “Melati dari Jayagiri”, “Tragedi”, “Balada Seorang Kelana”, dan “Burung Camar” yang dipopulerkan oleh Vina Panduwinata, melantun di dalam ruangan itu. “Sewaktu prakata beliau mengatakan akan menghibur kami, ternyata setelah acara berlangsung beliau membawakan lagu-lagu sendu.” Keharuan para peserta berlanjut ketika seusai pertunjukan Abah Iwan, sapaan Iwan Abdurrahman, para peserta melakukan kegiatan api unggun yang diisi renungan-renungan tentang makna kepemimpinan. Api unggun yang berjumlah 6 buah pun dinyalakan satu per satu diiringi pembacaan Pancasila. Kemudian para peserta maju satu persatu mencium Sang Saka Merah Putih. Acara malam iu pun ditutup seusai menyanyikan lagu-lagu nasional dan Mars ITB. Keseluruhan acara outbound selama empat hari, Minggu hingga Rabu (14/6) diadakan di Kompleks Secata TNI-AD, Pengalengan, dan sekitarnya. Para peserta melaksanakan kegiatan navigasi darat, halang rintang, caraka malam, psikologi kepemimpinan, dan menembak. Pada kegiatan navigasi darat, peserta menggunakan peta, kompas, dan GPS, untuk dapat sampai ke koordinat titik sasaran yang telah ditentukan. Selama perjalanan, mereka juga diharuskan berhenti di beberapa pos untuk mencari papan-papan yang bertuliskan pesan-pesan tentang kepemimpinan. Pada kegiatan halang rintang, peserta mencoba meluncur (yang populer dengan sebutan ‘flying fox’), melewati jembatan tali, jaring laba-laba, mendaki dengan ‘toggle’, dan mempraktekkan teori bela diri militer dan kesehatan lapangan yang sebelumnya sudah mereka dapatkan sebelumnya di Makorindam. Peserta diuji keberaniannya ketika pada kegiatan caraka malam mereka dilepas mulai pukul 8.00 malam WIB (12/6), tanpa alat penerangan apapun untuk menerangi perjalanannya. Pada kegiatan psikologi kepemimpinan, para peserta diberikan teori tentang gaya-gaya kepemimpinan dan kepemimpinan yang efektif. Puncaknya adalah pada acara menembak, dimana para peserta mencoba kebolehannya menembak dengan senapan M-16 berpeluru kaliber 5,56 mm. “Tujuan kegiatan menembak dalam pelatihan kepemimpinan ini adalah untuk melatih kematangan emosi peserta. Memegang senjata sendiri bukanlah hal yang mudah.”, ungkap Mayor S. Nasution, panitia pelatihan dari pihak Kodam III/Siliwangi. Selama kegiatan, peserta tinggal di barak-barak Secata TNI-AD. Rupanya hal ini memberikan kesan tersendiri bagi para peserta. “Ternyata tentara sangat mulia. Mereka hanya digaji kecil, jauh dari keluarga, harus rela berkorban jiwa raga, tetapi mereka sanggup. Subuh sekitar jam empat pagi mereka sudah berlari-lari sambil menyanyikan lagu pemberi semangat, hanya mengenakan celana pendek dan singlet, sedangkan kami masih terlelap. Ini membuat saya malu pada diri saya sendiri.”, ungkap Yopie, mahasiswa tahun pertama jurusan Teknik Penerbangan Fakultas Teknik Industri ITB. Pada penutupan acara, diumumkan para lulusan pelatihan terbaik berdasarkan pemahaman tentang teori outbound, peleton terbaik, dan penembak terbaik. Apel penutupan tersebut dikomandani oleh Dr. Ir. Widyo Nugroho SULASDI, M.Sc. Acara ini tidak hanya berhenti begitu saja. Para alumni Pelatihan Kepemimpinan akan membentuk ikatan alumni. Lewat ikatan alumni inilah diharapkan akan muncul kegiatan-kegiatan positif di dunia kemahasiswaan yang dimotori oleh para alumni. (astriddita)