Orasi Ilmiah Prof. Alexander Iskandar: Sains dan Teknologi Berbasis Cahaya pada Ukuran Sepermilliar Meter
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Tuntutan teknologi masa depan terus meningkat dengan karakteristik miniaturisasi, efisiensi, dan fungsionalitas tinggi menyebabkan desain device berbasis cahaya saat ini telah mencapai tingkat ukuran nanometer. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan pengetahuan ilmiah untuk mengoptimalkannya.
Hal inilah yang dibahas oleh Prof. Drs. Alexander A.P. Iskandar, Ph.D. dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Nanofotonika: Sains dan Teknologi Berbasis Cahaya pada Ukuran Sepermiliar Meter”.
Orasi tersebut disampaikan dalam Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (FGB ITB), di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Bandung, Sabtu (17/2/2024).
Prof. Alex saat ini menjabat sebagai Ketua Kelompok Keilmuan Fisika Magnetik dan Fotonik. Beliau juga aktif melakukan penelitian di bidang nanophotonics dan telah mempublikasikan 71 artikel ilmiah pada jurnal nasional maupun internasional. Selain itu, Prof. Alex juga mendapatkan banyak penghargaan, salah satunya penghargaan Satya Lencana Karya Satya XXX Tahun 2022.
Nanofotonika adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perilaku dan interaksi cahaya pada ukuran nanometer. “Ukuran nanometer termasuk ukuran yang sangat kecil. Sehelai rambut itu ukurannya 100 mikrometer, apabila dibelah sebanyak 1000 kali sama besar, maka satu bagiannya adalah 100 nanometer,” ujarnya.
Dengan ukuran yang sangat kecil tersebut, beberapa fenomena Fisika menjadi dominan. Di antaranya adalah interaksi gelombang dekat (near field), surface plasmon resonance (SPR), dan eksitasi momen multipolar elektromagnetik. Pengendalian dan manipulasi fenomena-fenomena tersebut yang memungkinkan penggunaan cahaya dalam teknologi mutakhir.
Sekitar 20 tahun meneliti di bidang nanofotonika, Prof. Alex mempelajari banyak pengetahuan, salah satunya bagaimana meningkatkan fungsionalitas dari device yang dirancang. Untuk itu, beberapa langkah yang telah dilakukan adalah:
1. Menambahkan cacat atau merusak simetri dari sistem;
2. Mempergunakan sifat nonlinearitas dari materi yang dipakai;
3. Menggandengkan satu device dengan device lainnya menjadi device yang terintegrasi.
Dalam kaitan peningkatan fungsionalitas tersebut, telah dihasilkan beberapa rancangan komponen dasar device berbasis optik. Di antaranya adalah device penapis (filtering), pengindera (sensing) nonkonvesional, saklar optik serta device terintegrasi untuk komunikasi.
"Untuk menguasai teknologi dan aplikasi mutakhir ini, maka tentu saja dasarnya harus memiliki fisika yang kokoh. Maka, sebagai Institut Teknologi yang terkemuka di Indonesia, sangatlah wajar bila para perekayasanya memiliki ilmu fisika yang baik,” ujar Prof. Alex menutup orasinya.
Reporter: Erika Winfellina Sibarani (Matematika, 2021)