Orasi Ilmiah Prof. Fenny Martha Dwivany: Studi Biologi Molekuler dalam Penanganan Pascapanen Buah Pisang
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id — Prof. Dr. Fenny Martha Dwivany, S.Si., M.Si., dari Kelompok Keilmuan Genetika dan Bioteknologi Molekuler SITH ITB menyampaikan orasi ilmiah dalam Sidang Orasi Ilmiah Guru Besar ITB pada Sabtu (22/7/2023). Prof. Fenny membawakan orasinya berjudul “Mengupas Pascapanen Buah Pisang dari Sudut Pandang Biologi Molekuler”.
Prof. Fenny yang lahir pada tahun 1972 dan dikukuhkan menjadi guru besar pada usianya yang ke-50 tahun tepatnya pada tanggal 1 November 2022. Riwayat pendidikan beliau dari TK hingga S2 ditempuh di Bandung, sebelum akhirnya melanjutkan S3 di University of Melbourne, Australia.
Sepanjang kariernya sebagai pengajar, Prof. Fenny sudah berhasil meluluskan lebih dari 100 mahasiswa baik pada jenjang S1, S2, maupun S3. Selain aktif dalam pengajaran, Prof. Fenny juga banyak bergelut dalam riset ilmiah terutama yang terkait dengan pisang, sehingga beliau dijuluki “banana lady” oleh rekan sejawat di SITH.
Hasil penelitian Prof. Fenny telah dipublikasikan dalam 51 artikel terindeks Scopus serta 9 buku yang terdiri dari lima monograf dan 4 book chapter. Tak hanya itu, Prof. Fenny juga memegang lima hak paten atas hasil penelitiannya, 2 di antaranya merupakan paten granted. Atas segala jasa dan prestasinya selama menjadi dosen, beliau diganjar berbagai penghargaan dari tingkat nasional hingga internasional dengan total hingga 14 penghargaan.
Materi orasi ilmiah Prof. Fenny terinspirasi dari keresahannya terhadap penanganan pascapanen konvensional yang menyebabkan pendeknya masa simpan buah pisang sehingga berpotensi merugikan bagi petani dan pedagang. Padahal, di Indonesia sendiri buah pisang memiliki biodiversitas yang sangat tinggi dan berperan sebagai komoditas pangan yang penting.
Indonesia merupakan negara produsen pisang ke-3 terbesar di dunia, namun peringkatnya merosot di posisi ke-57 jika disandingkan dengan negara-negara lain dalam hal ekspor buah pisang.
“Keprihatinan terhadap nasib buah-buahan, petani, penjual, serta kerugian yang diakibatkan kemudian menginisiasi perjalanan studi pascapanen buah ini. Harapannya kami dapat memberikan kontribusi keilmuan pada bidang pascapanen, khususnya pascapanen produk agrikultur di Indonesia,” tuturnya.
Keragaman varietas pisang di Indonesia berpotensi besar untuk sumber pangan fungsional dan produk turunan lainnya. Konsekuensinya, harus ada pengembangan teknologi pascapanen untuk menjamin kualitas buah pisang tersebut. Strategi teknologi pascapanen yang tepat harus disesuaikan dengan karakteristik proses pematangan buah pisang.
Menurut Prof. Fenny, pematangan buah dapat dikendalikan melalui dua strategi pengontrolan biosintesis etilen, yaitu kontrol pada tanaman atau buah secara langsung serta kontrol pada level lingkungan.
Pengontrolan biosintesis etilen pada level tanaman dilakukan dengan modifikasi genetika. Opsi teknologi untuk membungkam kerja gen penyintesis etilen yaitu Gene Knock Out atau RNA Interference yang dapat menurunkan kerja gen penyintesis etilen. Penurunan kerja dari gen penyintesis etilen secara langsung akan memperlambat pematangan buah sehingga masa simpan buah lebih lama.
Sedangkan strategi pengontrolan etilen pada level lingkungan dilakukan melalui penghambatan sintesis etilen maupun pemecahan senyawa etilen. Inovasi yang dihadirkan antara lain pengemasan buah dengan atmosfer termodifikasi menggunakan kotak penyimpanan buah dari bambu yang disebut Food Storage Chamber (FSC).
Inovasi lainnya adalah edible coating dengan material dari organisme laut dalam bentuk senyawa kitosan dan karagenan. Lapisan yang terbentuk dari proses penyalutan dapat membatasi masuknya oksigen dalam jaringan buah sehingga biosintesis etilen dapat dihambat.
Berbagai inovasi hasil penelitian Prof. Fenny dan tim terbukti efektif dalam penanganan pascapanen buah pisang untuk menghasilkan kualitas buah yang lebih baik. Ke depannya, beliau akan terus mengembangkan penelitiannya di bidang ini dalam rangka mendukung pemanfaatan biodiversitas pisang asli Indonesia.
“Hasil studi kami diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan teknologi pascapanen terutama buah pisang yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di Indonesia,” ujar Prof. Fenny menutup orasinya.
Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)