Orasi Ilmiah Prof. M. Ali Zulfikar: Material Fungsional Polimer Bercetakan Molekul, Aplikasi dan Tantangannya di Masa Depan

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB, Prof. M. Ali Zulfikar, S.Si., M.Si., Ph.D., menyampaikan orasi ilmiah terkait “Material Fungsional Polimer Bercetakan Molekul: Aplikasi dan Tantangannya di Masa Depan”, Sabtu (19/11/2022).

Dalam Orasi Ilmiahnya, Prof. Ali menyampaikan bahwa proses pemurnian merupakan proses yang sangat penting untuk digunakan dalam bidang kimia, fisika, metalurgi, kesehatan, dan industri. Sejatinya proses pemurnian ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan metode fisika, kimia, dan fisiko-kimia yang memiliki berbagai keunggulan dalam menghasilkan produk tertentu.

Namun dengan banyaknya keunggulan yang dimiliki, metode-metode tersebut masih memiliki keterbatasan karena sifatnya yang kurang selektif. Keterbatasan inilah yang membuat Prof. Ali menyarankan metode pemurnian lain yaitu Molecule Imprinting Technology (MIT).

Molecule Imprinting Technology (MIT) merupakan suatu teknik di mana molekul target dijebak dalam suatu jaringan tiga dimensi melalui reaksi polimerisasi. Teknik ini dapat menghasilkan beberapa jenis material yaitu polimer bercetakan molekul atau Moleculary Imprinted Polymers (MIP), membran bercetakan molekul atau Moleculary Imprinted Membranes (MIM), dan Polimer bercetakan molekul - Nanofiber (MIP-NFS).

MIP atau polimer bercetakan molekul dapat dihasilkan dengan beberapa metode sintesis yaitu metode polimerisasi ruah, polimerasi suspensi, dan terdapat juga metode polimerisasi pengendapan. Selain itu, MIP dapat juga dihasilkan dengan metode polimerisasi emulsi. Adapun komponen-komponen yang terlibat dalam proses sintesis MIP ini di antaranya adalah monomer fungsional, cross-linker (zat pengikat silang), dan pelarut atau patogen seperti Toluena, Kloroform, Diklorometana, Asetonitril, dan lain sebagainya.


MIM atau membran bercetakan molekul dapat dihasilkan dengan proses pencetakan membran secara molekular dengan beberapa metode yaitu polimerisasi in situ, proses inversi fasa, dan proses polimerisasi emulsi.

MIM memiliki beberapa kelebihan di antaranya adalah tidak memerlukan aditif dalam pengaplikasiannya, biaya operasional yang dibutuhkan sangat rendah, dan memiliki selektivitas yang lebih baik daripada membran tradisional. Sementara itu, MIP-NFS atau polimer bercetakan molekul - nanofiber dihasilkan menggunakan electrospining yang mampu menghasilkan serat dengan ukuran mikrometer atau bahkan sub-nanometer.

Prof. M. Ali kemudian menyampaikan bagaimana pengembangan teknologi pencetakan molekul memberikan peluang besar bagi peneliti di Indonesia, khususnya dalam hal sintesis dan aplikasinya di berbagai jenis bidang-bidang vital. Contoh aplikasinya seperti untuk proses pemurnian dan pemisahan, sebagai sensor kimia dan biomolekul, sebagai pembantu dalam aktivitas katalitik, dan sebagai untuk drug delivery.

Meskipun aplikasinya sangat luas, metode ini masih memiliki beberapa keterbatasan yang menjadi tantangan bagi para peneliti dalam proses pengembangannya seperti tantangan dalam sisi sintesis dan penyisipan material MIP di mana kapasitas pengikatannya masih sangat rendah dan proses percetakan makromolekul yang cukup sulit. Selain itu, metode penanganan limbah pasca produksi dengan metode saat ini memiliki potensi yang besar untuk merusak lingkungan sehingga Prof. M. Ali memberikan solusi agar ke depannya proses sintesis dan penggunaan MIP harus menggunakan metode yang lebih “hijau” untuk menjaga kesetimbangan ekosistem.

Reporter: Fajris Zahrotun Nihayah (Fisika, 2020)