Orasi Ilmiah Prof. Muslim Muin : Pengembangan Software dan Aplikasi Model 3D Hidrodinamika Laut Non-Orthogonal Boundary Fitted serta Pentingnya Infrastruktur Hijau
Oleh Yohana Aprilianna - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id - Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (FGB ITB) kembali mengadakan Orasi Ilmiah Guru Besar pada Sabtu (21/9/2024) di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha. Salah satu orator adalah Prof. Ir. Muslim Muin, M.SOE, Ph.D., dari Kelompok Keahlian (KK) Teknik Pantai Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Muslim membawakan judul “Pengembangan Software dan Aplikasi Model 3D Hidrodinamika Laut Non-Orthogonal Boundary Fitted serta Pentingnya Infrastruktur Hijau”.
Beliau menjelaskan bahwa arus laut merupakan faktor penting dalam berbagai fenomena kelautan, termasuk ketika terjadi tumpahan minyak. “Bila terjadi tumpahan minyak, diperlukan informasi arus laut untuk menentukan arah pembersihan minyak,” ucap Prof. Muslim.
Menurutnya, arus laut pun berperan penting dalam mengatasi dampak erosi dan perubahan tata guna lahan di wilayah hulu.
Selain itu, model hidrodinamika pun dapat menjadi alat prediktif dalam banyak fenomena pantai dan kelautan. Misalnya jika terjadi erosi dan perubahan land use di hulu, maka penanganannya akan tergantung pada arus laut dan sungai.
Cara memprediksi hal tersebut dapat menggunakan model hidrodinamika yang didasarkan pada model matematika, yang merujuk pada hukum kekekalan momentum dari Newton, kekekalan massa, dan konservasi substan dalam fluida.
Beliau melakukan transformasi terhadap persamaan momentum, dan konservasi substan dari koordinat bola menjadi koordinat kurvalinear non-orthogonal. Persamaan hidrodinamika yang dihasilkan dalam NOBF (Muin Equation) tersebut diselesaikan secara numerik dengan teknik semi implisit.
Prof. Muslim menyatakan bahwa pengembangan peringkat lunak tersebut merupakan sebuah perjalanan yang penuh tantangan dan cukup emosional. Dari hasil penelitian tersebut terbentuklah software MuHydro3D yang sebelumnya telah diuji juga di Indonesia, tepatnya di Teluk Bintuni, Teluk Balikpapan, Perairan Lhokseumawe, Delta Mahakam, dan berbagai selat di Indonesia.
Melalui pemahaman yang lebih mendalam mengenai transportasi salinitas, sedimen dan faktor lainnya, Prof. Muslim Kemudian mengembangkan peringkat lunak lain, yakni MuSed3D yang digunakan oleh PT Freeport.
Selain itu, software lainnya yang dikembangkan adalah MuDrillCutting3D, yang saat ini menjadi alat yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan minyak di Indonesia, seperti BP Tangguh, Chevron Indonesia, PHE ONWJ, Petronas Indonesia, dan ENI Indonesia, terutama untuk proses drilling.
Adapun beberapa perangkat lunak lainnya yang berhasil beliau kembangkan antara lain, MoTuM (mensimulasikan pergerakan tumpahan minyak), MuQual3D (mengukur kualitas air tiga dimensi), MuHeat3D (memodelkan penyebaran panas), MuTsunami (simulasi rambatan dan wave run up), MuFlood (menghitung ketinggian air), dan MuDO3D (kualitas air di daerah padat permukiman).
“Tantangan ke depan secara teknis adalah steep topography, kualitas air, pengembangan software untuk Near Shore Processes, Wave Induced Current, dan Sediment Transport, dan pengembangan secara internasional,” tuturnya.
Selanjutnya beliau pun membahas pentingnya infrastruktur hijau di Indonesia. Beliau menekankan bahwa upaya penyelesaian masalah banjir di Indonesia tidak bisa sekadar meniru pendekatan dari negara lain, mengingat kondisi geografis dan lingkungan yang berbeda.
Prof. Muslim menambahkan bahwa green infrastructure atau naturalisasi perlu menjadi prioritas. Sementara itu normalisasi hanya menjadi pilihan terakhir apabila diperlukan, terutama karena adanya fenomena penurunan tanah yang mengakibatkan kita harus menyimpan cadangan air tanah.
“Green Infrastructure, naturalisasi itu keharusan, normalisasi keterpaksaan karena ada land subsidence karena kita butuh cadangan air tanah,” tutup Prof. Muslim.
Reporter: Yohana Aprilianna (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)