Orasi Ilmiah Prof. Sidik Permana: Peran Vital Energi Nuklir dalam Mewujudkan Zero Emisi di Indonesia

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id - Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung FGB ITB) menyelenggarakan Orasi ilmiah Guru Besar pada Sabtu, (17/2/2024) di Aula Barat, kampus ITB Ganesha. Prof. Dr.Eng. Sidik Permana, S.Si., M.Eng. menjadi salah satu orator dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Beliau menyampaikan orasi dengan judul 'Peran Energi Nuklir dalam Mendukung Net Zero Emission Indonesia: Pentingnya Non Proliferasi Nuklir dan Pemanfaatan Teknologi Reaktor Maju serta Implementasinya'.

Prof. Dr.Eng. Sidik Permana, S.Si., M.Eng., lahir di Bandung 11 Mei 1978. Beliau bergabung dengan Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika FNB, FMIPA ITB dan TMT Guru Besar pada tanggal 1 April 2023.

Selain itu, beliau juga menerima berbagai hibah penelitian, menerbitkan berbagai makalah dengan lebih dari 179 kutipan, dan membimbing mahasiswa dari tingkat sarjana hingga doktoral.

Di bidang ilmu nuklir, dia telah melakukan penelitian tentang reaktor nuklir, daur ulang bahan bakar nuklir, dan pemantauan torium, dan saat ini memimpin kelompok penelitian tentang nuklir dan biofisika. Beliau juga merupakan anggota dari beberapa organisasi profesional, termasuk American Nuclear Society, Atomic Energy Society of Japan, dan Masyarakat Nuklir Indonesia.

Dalam orasinya, Prof. Sidik menekankan pentingnya negara-negara berkomitmen untuk mengurangi efek gas rumah kaca dengan menyoroti berbagai kebijakan global saat ini. Beliau menjelaskan bagaimana energi nuklir, sebagai bagian dari energi baru terbarukan (SDGs 7), dapat berkontribusi pada semua pilar SDGs.

“Dalam hal ini bisa dioptimalkan energi nuklir untuk membangun semua pilar-pilar yang ada di SDGs,” ucapnya.

Mengingat pertumbuhan konsumsi energi yang luar biasa dan menipisnya sumber daya, ada kebutuhan untuk mengembangkan sumber energi alternatif seperti energi terbarukan, dalam hal ini yaitu energi nuklir. Pada akhirnya, tujuannya adalah untuk menciptakan peradaban yang tinggi sambil meminimalkan risiko terhadap perdamaian, keselamatan, dan keamanan.

“Teknologi pasti ada dua mata uang sisi benefit atau resiko, tentunya mengoptimalkan benefit terhadap kebutuhan dasar kesejahteraan dan juga peradaban,” ujarnya.

Terdapat tiga visi utama pemanfaatan energi nuklir, termasuk pengolahan bahan bakar nuklir dan fusi nuklir. Dalam konteks pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), Prof. Sidik menyebutkan optimalisasi penggunaan energi nuklir, mengurangi aktivitas pasar gelap dan produksi senjata, dan potensi multi guna energi nuklir.

Aplikasi energi nuklir antara lain untuk pembangkit listrik, desalinasi, penelitian industri, dan baterai nuklir. Energi nuklir juga dapat digunakan untuk tujuan khusus seperti menyalakan zona ekonomi, pembangkit listrik tenaga nuklir terapung, dan sistem hibrida dengan energi terbarukan. Penggunaan PLTN untuk listrik dan co-generasi dapat ditingkatkan dari pembangkit listrik yang besar dan base load menjadi pembangkit listrik yang kecil, fleksibel, dan dapat dipindahkan.

Selain itu, Prof. Sidik juga menyoroti pentingnya energi nuklir dalam hal keberlanjutan, daya saing ekonomi, dan pasar global, menyinggung relevansinya yang semakin meningkat meskipun ada kemunduran seperti bencana Fukushima pada tahun 2011. Energi nuklir juga memiliki aplikasi di luar pembangkit energi, termasuk pertahanan, pemrosesan material, daur ulang bahan bakar, dan jasa konstruksi pembangkit listrik.

“Dalam hal ini bisa kita sebut sebagai ekonomi sirkular dari bahan bakar nuklir yang bisa kita recycle sampai ke 97%,” ucap Prof. Sidik

Berbagai aplikasi teknologi nuklir di luar penggunaan kontroversial yang terkait dengan senjata, termasuk tenaga nuklir untuk tujuan damai seperti analisis isotop, dengan aplikasi potensial dalam ilmu material dan reaktor nuklir.

Selain itu, Prof. Sidik menyoroti pengembangan reaktor Generasi 3+ dan Reaktor Modular Kompak Kecil, serta potensinya untuk diimplementasikan di Indonesia. Hal ini mencakup keuntungan ekonomi dari modularitas dan ukuran kecil, serta potensi hibrida dengan sumber energi terbarukan.

Prof. Sidik juga menyebutkan kemajuan signifikan yang telah dicapai oleh negara-negara seperti Rusia, Cina, dan Amerika Serikat dalam teknologi nuklir. Beliau menyatakan optimisme tentang potensi pengembangan tenaga nuklir di negara Indonesia.

Public acceptance sebetulnya cukup tinggi ini sekitar 77% dari data Indonesia, dari ASEAN Indonesia juga 75%,” ungkap Prof. Sidik.

Berdasarkan permintaan saat ini, Indonesia menargetkan untuk menyumbangkan sekitar 46 GW listrik dari PLTN dengan faktor kapasitas di atas 90%. Beliau menyarankan untuk mendistribusikan pembangkit listrik tenaga nuklir di Jawa dan Sumatera, dan juga dapat digunakan untuk kawasan industri.

Reporter : Satria Octavianus Nababan (Teknik Informatika, 2021)