Pameran Finalis dan Pengumuman Pemenang “Bike Design Contest”
Oleh
Editor
Bertempat di ruang pameran Campus Centre Timur, Selasa, 19 September 2006, Polygon, perusahaan sepeda terkemuka di Indonesia, bekerja sama dengan Desain Produk Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB mengadakan pameran finalis dan pengumuman pemenang “Bike Design Competition”. Sebanyak enam belas model desain sepeda dipajang. Lomba desain sepeda ini dibuka sejak Juli 2006 lalu; dan panitia lomba menerima 235 desain. Di ITB, sosialisasi lomba ini dilaksanakan ketika Seminar Desain Produk Sepeda dilaksanakan, 19 Juli 2006 di Campus Center ITB.
Selain dari ITB, terdapat juga peserta dari Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Pelita Harapan, dan beberapa perguruan tinggi terkemuka lainnya. Setelah melalui proses seleksi, dihasilkan 16 orang finalis. Para finalis ini kemudian diberi waktu sekitar tiga minggu untuk membuat model dari desain yang mereka ajukan yang kemudian dipamerkan sekaligus dinilai. Pameran hari itu juga sekaligus merupakan ajang penjurian. Tim Juri terdiri dari lima orang, Dr. Dudy Wiyancoko, Ketua Kelompok Keahlian Manusia dan Desain Industri, FSRD ITB; M Misan Alan Deni, Ketua Asosiasi Desain Produk Indonesia; Prihadi mewakili Asosiasi Persepedaan Indonesia; Renan Zendi, desainer sepeda Polygon; serta M.S. Farid, Pemimpin Redaksi Majalah “Cycling”.
Keluar sebagai juara ketiga, desain dengan judul “Dading Rollerbike” karya Jatmiko. Sepeda ini tidak menggunakan roda pada bagian depan, melainkan bola. Sepeda ini juga tidak membutuhkan standard untuk berdiri, melainkan menggunakan gaya berat dari bola tersebut. Juara kedua adalah “Surfbike” karya Wisnu Adi Wijaya. Sepeda ini merupakan modifikasi dari papan luncur. Dengan mekanisme sederhana, papan luncur dapat menjadi sebuah sepeda yang dapat dikendarai sambil berbaring.
Juara pertama lomba desain sepeda ini adalah desain dengan judul “CO”, oleh Bismo J Joyodiharjo. Sepeda ini cukup unik karena memilingki rangka luar berbentuk bulat dan penampilannya sangat modis. Bismo adalah alumni Desain Produk ITB 1998. “Inspirasi desainnya saya ambil dari lambang polygon, supaya polygon juga punya icon dalam produknya, “ jelas Bismo tentang desain sepedanya yang berbentuk bulat ini. Dalam pengerjaan model sepeda, Bismo dibantu oleh teman-temannya karena cedera di tangan kanannya tiga hari sebelum penjurian. Farid, salah satu juri menjelaskan, salah satu keunggulan desain “CO” adalah feasibilitasnya untuk diproduksi. “Desain ini sangat mungkin diproduksi dalam jumlah besar dan bila diproduksi, kemungkinan laku di pasaran juga besar,” jelasnya.
Untuk ke depan, Polygon dan Desain Produk ITB memiliki rencana untuk memproduksi "sepeda Indonesia" pada Januari 2007 kelak. “Desain yang masuk dalam perlombaan ini akan diolah lagi, dan nanti akan diproduksi sebagai sepeda Indonesia,” kata Dudy. Selain itu, Dudy juga merencanakan untuk mengadakan kegiatan serupa namun juga merangkum program studi lainnya. Desain produk, mesin, arsitektur, teknik industri adalah program studi yang saling berkaitan erat, menurutnya. Dengan mengadakan kegiatan semacam ini serta merangkul banyak bidang ilmu, kreativitas sivitas akademika ITB akan semakin terpacu. Hasilnya pun dapat bermanfaat bagi khalayak umum.
Selain dari ITB, terdapat juga peserta dari Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Pelita Harapan, dan beberapa perguruan tinggi terkemuka lainnya. Setelah melalui proses seleksi, dihasilkan 16 orang finalis. Para finalis ini kemudian diberi waktu sekitar tiga minggu untuk membuat model dari desain yang mereka ajukan yang kemudian dipamerkan sekaligus dinilai. Pameran hari itu juga sekaligus merupakan ajang penjurian. Tim Juri terdiri dari lima orang, Dr. Dudy Wiyancoko, Ketua Kelompok Keahlian Manusia dan Desain Industri, FSRD ITB; M Misan Alan Deni, Ketua Asosiasi Desain Produk Indonesia; Prihadi mewakili Asosiasi Persepedaan Indonesia; Renan Zendi, desainer sepeda Polygon; serta M.S. Farid, Pemimpin Redaksi Majalah “Cycling”.
Keluar sebagai juara ketiga, desain dengan judul “Dading Rollerbike” karya Jatmiko. Sepeda ini tidak menggunakan roda pada bagian depan, melainkan bola. Sepeda ini juga tidak membutuhkan standard untuk berdiri, melainkan menggunakan gaya berat dari bola tersebut. Juara kedua adalah “Surfbike” karya Wisnu Adi Wijaya. Sepeda ini merupakan modifikasi dari papan luncur. Dengan mekanisme sederhana, papan luncur dapat menjadi sebuah sepeda yang dapat dikendarai sambil berbaring.
Juara pertama lomba desain sepeda ini adalah desain dengan judul “CO”, oleh Bismo J Joyodiharjo. Sepeda ini cukup unik karena memilingki rangka luar berbentuk bulat dan penampilannya sangat modis. Bismo adalah alumni Desain Produk ITB 1998. “Inspirasi desainnya saya ambil dari lambang polygon, supaya polygon juga punya icon dalam produknya, “ jelas Bismo tentang desain sepedanya yang berbentuk bulat ini. Dalam pengerjaan model sepeda, Bismo dibantu oleh teman-temannya karena cedera di tangan kanannya tiga hari sebelum penjurian. Farid, salah satu juri menjelaskan, salah satu keunggulan desain “CO” adalah feasibilitasnya untuk diproduksi. “Desain ini sangat mungkin diproduksi dalam jumlah besar dan bila diproduksi, kemungkinan laku di pasaran juga besar,” jelasnya.
Untuk ke depan, Polygon dan Desain Produk ITB memiliki rencana untuk memproduksi "sepeda Indonesia" pada Januari 2007 kelak. “Desain yang masuk dalam perlombaan ini akan diolah lagi, dan nanti akan diproduksi sebagai sepeda Indonesia,” kata Dudy. Selain itu, Dudy juga merencanakan untuk mengadakan kegiatan serupa namun juga merangkum program studi lainnya. Desain produk, mesin, arsitektur, teknik industri adalah program studi yang saling berkaitan erat, menurutnya. Dengan mengadakan kegiatan semacam ini serta merangkul banyak bidang ilmu, kreativitas sivitas akademika ITB akan semakin terpacu. Hasilnya pun dapat bermanfaat bagi khalayak umum.