Pameran “Suyadi: Kucing, Peci, dan Pak Raden”, Menyuguhkan Arsip dan Karya-karya Berharga

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita


BANDUNG, itb.ac.id – Pameran "Suyadi: Kucing, Peci, dan Pak Raden," digelar di Galeri Soemardja, Institut Teknologi Bandung (ITB) Kampus Ganesha, Jumat (3/11/2023). Pameran ini merupakan inisiatif dari Yayasan Cita Cerita Anak (TaCiTa) yang digawangi oleh Ayo Dongeng Indonesia, Reading Bugs, Komunitas Ilustrator Buku Anak KELIR, dan Kelas Ilustrasi Buku Anak ITB (KIBA).

Pameran yang didukung sejumlah pihak, termasuk ITB, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain (DKV FSRD) ITB, Keluarga Besar Sabekti, Eyang Siswati Soeharjo, Eyang Kartini Sabekti, Galeri Soemardja, dan Gubug Dongeng, tersebut memukau pengunjung selama 4 hari, 3-6 November 2023.

Pameran ini juga didukung pemerintah, khususnya dari Bidang Kebahasaan dan Kesastraan: Penguatan Komunitas Sastra, yang diberikan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek, melalui Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra.

   

Pameran ini menyuguhkan perpaduan antara arsip dan karya-karya berharga milik Pak Suyadi.

Pak Suyadi, atau akrab disapa Pak Raden, tidak hanya dikenal sebagai ilustrator, namun juga sebagai animator angkatan pertama di Indonesia. Lahir pada 28 November 1932 di Jember, ketertarikannya pada seni membawanya untuk melanjutkan pendidikannya di Seni Rupa di ITB (1952-1960) sebelum melanjutkan studi animasi di Perancis (1961-1963).

Setelah pulang, Pak Suyadi bergabung dengan Pengembangan Audio Visual untuk Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, menjadikannya dosen pertama yang membuka kuliah animasi di Indonesia. Sepanjang hidupnya, Pak Suyadi menciptakan tokoh legendaris "Si Unyil". Beliau juga menjadi ilustrator, pengajar, penulis cerita, pendongeng, aktor, pencipta lagu, dan animator.

Dalam pembukaan pameran tersebut, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Dr. Herawati, S.S., M.A., menekankan pentingnya melestarikan identitas keindonesiaan melalui literasi. Anak-anak diajak mengenal tokoh-tokoh lokal, seperti Pak Raden, yang melalui kisah-kisah Si Unyil mengajarkan nilai-nilai karakter dan keberagaman.

Beliau juga memberikan pesan kepada generasi muda untuk menerapkan nilai-nilai budaya lokal Indonesia.

“Saya ingin menitipkan pesan untuk adik-adik mahasiswa, terutama yang ada di ITB, bahwa meskipun kita sebagai mahasiswa memang dituntut untuk mengejar pendidikan yang tinggi, namun satu hal yang tidak boleh kita lupakan adalah identitas keindonesiaan. Salah satu upaya untuk menguatkan dan untuk meneguhkan jati diri keindonesiaan kita melalui kearifan-kearifan. Nilai-nilai budaya lokal adalah salah satunya dengan mendapatkan informasi-informasi melalui pameran dengan tema ‘Suyadi: Kucing, Peci, dan Pak Raden’,” ujarnya.

Dosen DKV FSRD ITB, Dr. Riama Maslan Sihombing, M.Sn., sekaligus Ketua Pelaksana Pameran, menekankan bahwa pameran ini tidak hanya mengenang Pak Suyadi sebagai tokoh kreatif, tetapi juga sebagai pendidik, pendongeng, dan perupa yang memberikan kontribusi besar dalam pengembangan seni dan literasi anak-anak Indonesia.

Dengan kekhasan visualnya, Pak Suyadi menciptakan gaya yang unik dan mendalam, membawa nuansa lokal dan keaslian Indonesia dalam setiap karyanya. Pameran ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada generasi muda untuk memahami, menghargai, dan melanjutkan warisan budaya dan seni yang telah dilakukan Pak Suyadi.

Koordinator Kegiatan Pameran, Claudine Patricia, acara ini dihelat pada bulan November sebagai bentuk penghormatan pada Hari Dongeng Nasional sekaligus peringatan hari lahir Pak Suyadi. Pameran ini tidak hanya mengajak anak-anak memahami dan mencintai karya-karya Pak Suyadi tetapi juga menyuguhkan kesempatan bagi berbagai generasi untuk bernostalgia.

   

Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan kolaborasi yang kuat dengan berbagai pihak, seperti FSRD ITB, DKV ITB, serta keluarga besar Pak Suyadi, pameran ini diharapkan menjadi ruang inspiratif bagi semua kalangan. Pameran ini bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga merayakan warisan budaya yang kaya, menginspirasi generasi saat ini, dan menyemai benih-benih kreativitas untuk masa depan.

Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika 2021)

Dokumentasi: Dok. Pribadi

Editor: M. Naufal Hafizh