Peluncuran dan Bedah Buku “Salman ITB: Melintas Sejarah Menuju Peradaban Islam Sepadu"

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id?YPM Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar soft launching dan bedah buku “Salman ITB: Melintas Sejarah Menuju Peradaban Islam Sepadu”. Kegiatan ini berlangsung pada Jumat (13/8/2021). Perwakilan dari perguruan tinggi di Indonesia turut hadir meramaikan acara.

Peluncuran dan bedah buku ini dipimpin alumni Teknik Fisika ITB sekaligus aktivis senior Salman ITB, Putut Widjanarko, S.T., M.A., Ph.D. dengan tiga pembicara yang mengenal baik perjalanan dan kiprah Salman ITB.

Sekretaris Majelis Pembina YPM Salman ITB yang juga Staf Pengajar STEI ITB Dr. Ir. Syarif Hidayat juga hadir pada hari itu. Dalam sambutannya, Dr. Syarif mengungkapkan, meski pun sedang pandemi, Salman ITB tetap dapat memberi pelayanan terbaiknya.

Ketua Pengurus YPM Salman ITB, juga merupakan Guru Besar STEI ITB, Prof. Dr. Suwarno, M.T. kemudian melanjutkan sambutan. Dalam sambutannya, Prof. Suwarno menceritakan sejarah singkat Salman ITB yang diawali dengan pembentukan pengurus pada 19 April 1960. Salman ITB sebagai masjid kampus pertama di Indonesia telah berkontribusi terutama dalam pembentukan kader peradaban. Dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan dan banyaknya alumni kader Salman ITB yang telah berkiprah di dalam dan luar negeri, Prof. Suwarno berharap agar Salman ITB tidak berhenti dalam upaya menjadi pusat peradaban Islam yang sepadu.

“Semoga buku sejarah Salman ITB bukan berakhir sampai di sini dan muncul edisi-edisi berikutnya,” harap Prof. Suwarno pada akhir sambutannya.
Setelah sambutan dan perkenalan singkat dari moderator, kegiatan dilanjutkan dengan sesi pemaparan oleh para pembicara. Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah 2010—2015 Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., CBE. menjadi pembicara pertama.

Dalam paparannya, Prof. Azra berharap Masjid Salman ITB dapat menjadi pusat peradaban Islam yang sepadu. Dia juga mengusung Santrinisasi Kaum Cendekiawan dan proses santrinisasi intelegensi yang dapat melahirkan kelompok yang berorientasi kepada Islam dan bangga menjadi seorang muslim dan dapat memperluas santrinisasi ke seluruh Indonesia. Menjadi prototipe dari masjid kampus yang berusaha untuk menjadi pusat peradaban Islam, Salman ITB telah berkontribusi dalam perkembangan teknologi berbasis masjid seperti pembuatan ventilator dan tabung oksigen. Azra juga berharap Salman ITB dapat lebih mengembangkan UKM dan menjadi lokomotif dalam santrinisasi yang meluas ke seluruh Indonesia.

Ketua PP Muhammadiyah Dr. H.M. Busyro Muqoddas, S.H., M.Hum. menjadi pembicara kedua. Dr. Busyro mengungkapkan, dalam pengembangan intelektual haruslah dikaitkan dengan tauhid dan berbagai dimensinya. Dia juga menekankan betapa pentingnya pendidikan Islam yang integratif. Salman ITB yang telah banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat diharapkan dapat menjadi amal jariyah para pendirinya dalam melahirkan ilmuwan yang berilmu dan bermanfaat. Pengembangan Salman ITB juga diharapkan dapat meliputi lintas disiplin untuk menjawab tantangan zaman.


“Harapannya, Salman ITB tetap bisa mempertahankan pola kaderisasi yang melahirkan cendekiawan muslim yang sepadu Islam, iman, dan ihsan,” ujar Dr. Busyro menutup pemaparan.

Alumni Salman ITB Jaziar Radianti, Ph.D., peneliti Dynamic System dan Professor Associate di University of Agder, Norwegia, sekaligus aktivis senior, kemudian menjadi pembicara terakhir. Menurutnya, sejarah Salman ITB di buku ini ditulis secara komprehensif dan dapat menggambarkan semangat yang ada di Masjid Salman ITB. Dalam buku ini pembaca juga dapat mengenali kiprah para pendiri Salman ITB yang begitu menginspirasi.

Jaziar mengibaratkan Salman ITB tumbuh seperti pohon kelapa yang menghasilkan buah yang bermanfaat dan telah jatuh di berbagai tempat di dunia, dan dirinya adalah salah satunya. Baginya, Salman ITB dapat membangun sosok muslim yang modernis. Salman ITB telah menjangkau seluruh unsur dan aktivitas masyarakat serta tidak sekadar menjadi masjid untuk beribadah. “Sebuah dokumentasi yang impresif bagi sejarah Salman ITB,” ujarnya.

Sesi pemaparan dilanjutkan dengan tanya jawab yang kemudian menjadi penutup kegiatan ini. Dalam penutupan, ketiga pembicara menyampaikan harapannya bagi perkembangan Salman ITB menuju peradaban Islam sepadu.

“Salman ITB adalah satu-satunya model bukti hidup yang menjadikan masjid sebagai pusat peradaban dan lahirnya teknologi dengan ditunjang oleh orang-orang yang mau membangun peradaban yang lebih islami,” pungkas Jaziar.

Reporter: Laurahoney Azzahra (Teknik Pangan, 2019)