Pemutaran Film Nuklir Jawa : Mengintip Sejarah Nuklir di Indonesia

Oleh Medhira Handinidevi

Editor Medhira Handinidevi

BANDUNG, itb.ac.id - Jumat (07/06/13), Program Studi Fisika mengadakan pemutaran film Nuklir Jawa buatan Dr. Sulfikar Amir yang bertempat di Ruang Staf Baru, Gedung Fisika, ITB. Dihadiri oleh sang sutradara dan Prof. Zaki Su'ud, pemutaran film ini kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Acara yang terbuka untuk umum dan tanpa dipungut biaya ini dihadiri oleh berbagai kalangan baik dari mahasiswa maupun staf dosen.

Film Nuklir Jawa tersebut terpilih sebagai finalis Festival Film Dokumenter (FFD) 2012 untuk Kategori Panjang. Berdurasi 48 menit, film ini menceritakan tentang pembuatan reaktor nuklir di Gunung Muria, Jawa Tengah. Sang pembuat film, Sulfikar berpendapat bahwa pembuatan reaktor nuklir atau keputusan untuk memilih nuklir sebagai energi alternatif seharusnya juga dapat dipandang dari sudut sosiologis. Selain itu, selama ini isu nuklir tidak pernah dipandang dari sisi interaksi masyarakat dengan teknologi.

Selama ini pertimbangan wacana nuklir dinilai dari aspek teknologi dan ekonomi saja. Untuk mengoperasikan sebuah sistem canggih seperti nuklir, dibutuhkan kelembagaan yang kuat dan disiplin yang tinggi. Menurut Sulfikar dalam interview dengan Deutsche Welle dalam tragedi Fukushima, disebutkan bahwa tragedi itu terjadi bukan karena bencana alam tapi dikarenakan bencana manusia. Kalangan industri nuklir tidak cukup mengantisipasi situasi darurat. Hal tersebut semakin menguatkan pandangan Sulfikar bahwa aspek sosiologi atau kapasitas institusi manusia menjadi hal yang wajib disiapkan sebelum memulai pembangunan nuklir di Indonesia.

Selain itu, dalam film dokumenter ini juga turut dikupas detail permasalahan sosial budaya masyarakat Indonesia dalam  menerima teknologi nuklir. Sulfikar menyoroti gaya otoritas pemimpin yang memutuskan pembangunan PLTN di Muria sekitar tahun 1970 tanpa sosialisasi memadai. Perlawanan penduduk Muria akhirnya berakhir saat akhirnya proyek tersebut dipindahkan ke Pulau Bangka, sesuai dengan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010. Hal tersebut menegaskan kembali bahwa terdapat dampak sosiologis bagi masyarakat lokal terkait pembangunan reaktor nuklir.

Dalam wawancaranya dengan Deutsche Welle, Sulfikar berkata bahwa tujuan film ini adalah untuk memindahkan isu nuklir dari wacana energi menjadi wacana risiko. Lewat film dokumenter tersebut, Sulfikar membahas nuklir dari isu tata kelola resiko. Ia berpendapat bahwa selain resikonya yang tinggi, sistem kelembagaan Indonesia dinilai belum siap.

Profil Singkat


Sulfikar Amir adalah lulusan dari Program Studi Desain Produk FSRD ITB yang mendapatkan gelar doktor dari Rensselaer Polytechnic Institute (RPI) pada tahun 2005. Sejak tahun 2008, Sulfikar menjadi salah satu staf pengajar di Nanyang Technological University, Singapura. Belakangan Sulfikar bergelut dengan isu nuklir dan mengkampanyekannya lewat akun Twitter: @sociotalker kepada lebih dari 12 ribu followernya. Akhir 2012, dia meluncurkan "Nuklir Jawa", sebuah film dokumenter yang berisi kritik atas rencana Indonesia membangun reaktor di Gunung Muria, Jawa Tengah.

 

 

dikutip dari : www.dw.de dan kompasiana.com