Pengabdian Masyarakat Dosen FTSL ITB di Hilir Sungai Citarum
Oleh Yohana Aprilianna - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021
Editor M. Naufal Hafizh
BEKASI, itb.ac.id - Dosen Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung (FTSL ITB) bekerja sama dengan Labtek Apung mewujudkan program pengabdian masyarakat multidisiplin di hilir Sungai Ciliwung.
Tim inti terdiri atas enam orang, yaitu Mayrina Firdayati, S.Si, M.T., Dr. Dyah Wulandari Putri, S.T., M.T., Ruth Nathania, Hanifah Oktaviani (Teknik Lingkungan), Agung Bagas Mahendra (Rekayasa Kehutanan), Novita Anggraini, dan Gusmiati (Labtek Apung).
Pengabdian masyarakat ini mulai diajukan dalam bentuk proposal semenjak Januari 2024 dan melaksanakan kegiatan pertamanya pada Maret 2024. Objek pengabdian berada di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, yang merupakan hilir dari sungai Ciliwung.
Kondisi sosial dari masyarakat di Kampung tersebut cukup religius sehingga salah satu pendekatan yang dilakukan yaitu dengan mengadakan kegiatan keagamaan. Hal ini juga yang mendasari berdirinya nama program "Ngaji Ekologi - Penghayatan Dampak Lingkungan Pesisir".
Adapun latar belakang pengabdian masyarakat dilakukan di daerah tersebut karena pemeliharaan sungai banyak terfokus pada hulu sungai. Padahal di hilir sungai terdapat permasalahan yang lebih kompleks. Kampung Beting juga mengalami abrasi dan banjir rob sehingga malam hari terkadang air masuk hingga ke rumah warga. Selain itu, warga kesulitan mendapatkan akses air minum yang layak. Kondisi yang memprihatinkan tidak hanya terjadi pada kehidupan manusianya, namun juga aktor lainnya seperti mangrove, lutung, dan monyet ekor panjang sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir di hilir Citarum.
“Pada kunjungan kedua, tidak terduga banyak teman-teman yang antusias mengikuti pengabdian masyarakat ini sehingga tercipta lintas universitas dan disiplin. Semuanya turut berdiskusi terkait Muara Gembong,” ucap Gusmiati.
Luaran dari program pengabdian masyarakat ini adalah suatu dokumen yang disebut dengan IADL (Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan). Dokumen tersebut dapat menjadi tools untuk mengerucutkan hal-hal yang perlu diperdalam untuk penanganan lingkungan. Tentunya, dokumen ini juga merupakan hasil diskusi antara aktor yang berpengaruh seperti pemerintah desa, pihak kesehatan, buruh, nelayan, dan tokoh masyarakat. Saat ini, IADL sedang dalam masa finalisasi dan ditargetkan akan selesai Agustus 2024.
“Harapan kami melalui pengabdian masyarakat ini, perhatian pada Sungai Citarum tidak hanya berfokus pada bagian hulu, namun ada pembagian pengabdian yang merata juga pada bagian hilir,” kata Novita.
Reporter: Yohana Aprilianna (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)