Pengembangan Sistem Transportasi Logistik Laut untuk Kelangsungan Logistik yang Efektif dan Efisien

Oleh Erika Winfellina Sibarani - Mahasiswa Matematika, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id – Sektor transportasi laut berperan besar dalam membantu pergerakan logistik, bukan hanya untuk perdagangan domestik seperti pengiriman antarpulau, melainkan juga perdagangan asing seperti ekspor impor. Oleh karena itu, pengembangan sistem transportasi logistik laut penting untuk kelangsungan logistik yang efektif dan efisien.

Pengembangan sistem transportasi logistik laut menjadi topik pembahasan dalam Sesi 2 Seminar Nasional yang digelar oleh Pusat Pengkajian Logistik dan Sistem Rantai Pasok Institut Teknologi Bandung (Puskalog ITB) di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Kamis (25/7/2024).

Sesi ini diisi oleh empat narasumber, yaitu Dr. Capt. Antoni Arif Priadi, M.Sc. (Direktur Jenderal Perhubungan Laut), Ir. R.J. Lino (Peneliti di Pusat Kajian Logistik dan Pengembangan Wilayah), Khoiri Sutomo, S.E. (Ketua Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai dan Penyeberangan/GAPASDAP), dan Prof. Ir. Harun Al-Rasyid Lubis, M.Sc., Ph.D. (Peneliti Puskalog ITB).

Dr. Capt. Antoni menjelaskan beberapa arah kebijakan Ditjen Perhubungan Laut Tahun 2020-2024, salah satunya adalah peningkatan konektivitas transportasi laut dengan meningkatkan efektivitas program tol laut. Program ini diluncurkan oleh pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi disparitas harga barang antar wilayah, mempercepat distribusi barang, dan meningkatkan konektivitas antar pulau. “Program tol laut 2020-2024 akan diintegrasikan dengan jembatan udara dan subsidi angkutan barang di jalan untuk mendistribusikan barang-barang kebutuhan pokok dan penting sampai dengan lokasi yang membutuhkan,” ujarnya.

Sementara itu, Ir. Lino mengatakan bahwa strategi tersebut akan lebih efektif dan efisien jika memaksimalkan penggunaan Ro-Ro dan RoPax. Kapal Ro-Ro dirancang untuk operasi yang cepat dan efisien, memungkinkan pemuatan dan pembongkaran cepat yang sangat cocok untuk rute pendek atau frekuensi tinggi. Kapal ini sangat ideal untuk mengangkut kendaraan bermotor, termasuk truk, bus, dan mobil serta berbagai peralatan berat dan barang besar lain yang dapat berjalan sendiri atau dipindahkan ke atas kapal dengan mudah.

“Kemampuan Ro-Ro untuk beroperasi di pelabuhan dengan fasilitas minimal membuat kapal ini sangat berharga dalam pengembangan layanan logistik di wilayah terpencil. Penggunaannya yang dapat disesuaikan untuk mengakomodasi kebutuhan spesifik, seperti penambahan fasilitas penumpang atau penyesuaian untuk barang berukuran tidak standar memungkinkan mereka untuk diintegrasikan ke dalam sistem transportasi yang lebih luas dengan aplikasi yang beragam,” katanya.

Namun, penggunaan kapal Ro-Ro ini juga memiliki kekurangan seperti tarif biaya yang relatif lebih tinggi dari kapal petikemas, lebih rentan terhadap stabilitas karena ukuran dan berat kendaraan yang tidak beragam, regulasinya yang ketat seperti dalam lama waktu docking, dan lain-lain.

Oleh karena itu, menurut Khoiri, pengembangan sistem transportasi logistik laut di Indonesia membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi. “Meskipun kapal Ro-Ro memiliki peran penting dalam transportasi kendaraan bermotor dan operasi cepat, efisiensi biaya yang lebih rendah dibandingkan kapal peti kemas tetap menjadi tantangan utama. Fokus pada peningkatan infrastruktur dan regulasi yang mendukung efisiensi biaya di semua moda transportasi menjadi kunci keberhasilan pengembangan sistem logistik laut yang lebih efektif dan efisien,” katanya.

Prof. Harun Al Rasyid pun menambahkan beberapa rekomendasi strategi yang dapat dilakukan yakni konsistensi dalam pembuatan kebijakan, melanjutkan pemisahan regulator dan operator dalam ragam infrastruktur transportasi, dan melanjutkan program “beyond tol laut” yang lebih selektif.

Penulis: Erika Winfellina Sibarani (Matematika, 2021)