Pentingnya Kesehatan Mental di Tengah Situasi Pandemi
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id- Bertepatan dengan Hari Kesehatan Mental Dunia, 10 Oktober 2020, Bimbingan Konseling (BK) ITB menyelenggarakan webinar mengenai kesehatan mental untuk seluruh Civitas Academica dan Tenaga Kependidikan ITB, serta masyarakat umum. Webinar ini diisi oleh dr. Elvine Gunawan, SP. KJ., dr. Teddy Hidayat, SP. KJ (K)., dan Dr. Henndy Ginting, S.Psi., M.Si.
Masing-masing narasumber memaparkan topik di antaranya terkait Identifying Mental Illness Through Screening, Prevention and Treatment of Mental Illness, dan Psychological Perspectives on Mental Health Problems. Webinar ini dihadiri oleh lebih dari 50 peserta yang terdiri atas mahasiswa dan tenaga kependidikan ITB.
dr. Teddy mengatakan, sebelum pandemi COVID-19 menyerang, 1 dari 4 orang mengalami gangguan jiwa. Selain itu setidaknya ada 11.315.500 orang yang mengalami depresi namun hanya 9% di antaranya yang sudah mendapatkan penanganan. Setidaknya, setiap 40 detik 1 orang bunuh diri, katanya. “Pandemi COVID-19 datang secara tiba-tiba sehingga semua orang panik, kepanikan ini yang menimbulkan kecemasan karena penularannya melalui droplet yang sulit dikendalikan dan belum ditemukan vaksinnya,” kata dr. Teddy.
Pandemi COVID-19 ini juga berdampak terhadap kondisi ekonomi global, tingkat penggangguran, dan keamanan finansial yang seluruhnya berpotensi menimbulkan depresi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dr. Teddy Hidayat dan tim, setelah 1 bulan terjadinya pandemi COVID-19 sebanyak 47% mahasiswa merasa depresi. Dari kondisi sekarang ini, kesehatan jiwa harus lebih diprioritaskan dan tidak ada seorang pun yang boleh ditolak akses mendapatkan perawatan karena miskin atau terpencil.
Saat ini ITB sudah melakukan berbagai metode untuk menangani kesehatan jiwa mahasiswa, di antaranya melakukan terapi seni dan mengeluarkan sebuah buku yang berjudul a guide to self. Buku tersebut berbicara menjelaskan perihal mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. Asumsinya tidak mungkin mencintai orang lain sebelum diri sendiri terlebih dahulu.
Dalam webinar tersebut dijelaskan, ada beberapa ciri yang dapat mengindikasikan depresi, misalnya menangis terus tanpa alasan, hilangnya minat untuk beraktivitas, sulit tertawa, dan lainnya. Untuk mengatasi depresi, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan seperti bercerita kepada teman yang dipercaya atau langsung mengunjungi pakar kejiwaan. Saat ini berkonsultasi dengan pakar kejiwaan bukan lagi sesuatu yang dianggap negatif, karena kita tidak hanya perlu menjaga kesehatan fisik tetapi juga kesehatan mental.
Reporter: Diah Rachmawati (Teknik Industri, 2016)