Peringatan 100 Tahun Observatorium Bosscha Hadirkan Teleskop Kuno Generasi Pertama
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
LEMBANG, itb.ac.id—Peringatan 100 tahun Observatorium Bosscha di Lembang, tak hanya diisi dengan acara seremonial. Para tamu undangan dapat melihat dan mencoba langsung koleksi teleskop serta menikmati suguhan alat-alat ukur kuno yang dikemas dalam pameran. Pameran berisi beberapa bangunan yang di dalamnya memuat berbagai informasi dengan topik yang spesifik seputar ilmu astronomi.
Pameran Multimedia merupakan salah satu pameran yang menyuguhkan koleksi antik dari alat-alat ukur Observatorium Bosscha mulai tahun 1920-an. Pameran multimedia juga menyuguhkan pengunjung dengan koleksi foto-foto pemimpin Observatorium Bosscha dan kegiatan yang telah dilakukan mulai tahun 1920-an. Peserta juga dapat melihat revolusi bangunan observatorium bosscha tiap tahunnya.
Salah satu yang menjadi ikonik di pameran multimedia terdapat teleskop generasi pertama di Observatorium Bosscha yang dinamakan Teleskop Unitron. Teleskop ini bekerja dengan memanfaatkan gravitasi dari sebuah bandul yang bergerak turun. Bandul ini akan menggerakan clock drive dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan gerak objek langit.
Pameran Multimedia juga menyediakan alat ukur zaman dahulu yang dinamakan sekstan. Alat ini digunakan untuk mengukur sudut elevasi sebuah objek langit di atas ufuk. Nama sekstan berarti bentangan busurnya 1/6 lingkaran atau 60°. Pada zaman dahulu, Sekstan berupa barang pribadi seperti halnya pena karena penggunaannya sangat hati-hati. Sedikit kerusakan membuat alat ini tidak akurat lagi.
Pengamatan bintang cukup spesial karena tergolong tidak bisa diamati secara langsung oleh mata. Jika sekarang dengan kemajuan teknologi citranya dapat diamati secara digital, lain halnya dengan tahun 1900-an. Untuk mengamatinya perlu mengambil citranya melalui pelat fotografi yang kemudian dapat diukur dengan teliti tingkat kecemerlangannya menggunakan alat yang dinamakan Microphotometer.
Selain objek langit, penghitungan waktu merupakan hal yang menjadi perhatian dalam pengamatan astronomi bahkan sangat krusial. Sebelum berkembang jam atomic, para astronom menggunakan jam bandul sebagai penunjuk waktu. Jam ini menunjukan waktu yang didasari oleh pergerakan semu harian matahari (1 hari dibulatkan menjadi 24 jam). Jam bandul ini juga digunakan sebagai instrumen penelitian perhitungan bujur dunia pada tahun 1926 dan 1933.
Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)