Peringatan 100 Tahun Observatorium Bosscha, Kementerian Kominfo Berharap Indonesia Lahirkan Riset-Riset tentang Nano Satelit
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id –Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dr. Ir. Ismail, M.T., mengatakan, Observatorium Bosscha merupakan observatorium modern Indonesia, tempat penelitian astronomi hingga astrofisika yang berkontribusi dalam tingkat nasional maupun internasional.
Dengan perannya itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika menyambut baik semua riset yang berkaitan dengan penelitian luar angkasa. Salah satu komponen di rencana transformasi digital nasional adalah ketersediaan infrastruktur telekomunikasi yang dapat mencapai pelosok-pelosok tanah air. Infrastruktur telekomunikasi di Indonesia tidak dapat selesai hanya bergantung pada pembangunan kabel optik; harus dilengkapi juga dengan kehadiran satelit sebagai media komunikasi yang efektif untuk menjangkau daerah-daerah luar.
Menurut Dr. Ismail, sebagai benda luar angkasa, satelit memiliki potensi besar dalam menyediakan segala koneksi dan komunikasi antarmanusia, terutama Indonesia sendiri sebagai negara kepulauan yang perlu infrastruktur telekomunikasi yang baik. Indonesia pun mempunyai satelit sejak 1976. Oleh karena itu, pemahaman terhadap industri luar angkasa sangat penting jika dilihat dalam segi sejarah dan kebutuhan negara.
Saat ini, Indonesia adalah salah satu negara yang mengkonsumsi bandwidth satelit terbesar di seluruh dunia. Riset dan studi terkait kapasitas satelit serta kontribusi terhadap bidang satelit sekarang lebih penting dari sebelumnya, dengan upaya dari berbagai pihak dan munculnya teknologi baru. “Kami dari Kementerian Komunikasi dan Infrastruktur sangat berharap penelitian-penelitian di Observatorium Bosscha dapat memicu anak-anak bangsa untuk mulai memikirkan riset berkesinambungan dengan satelit.”
Indonesia belakangan ini meluncurkan satelit negara terbaru, yaitu sebuah nano satelit yang berukuran kecil dibandingkan satelit-satelit sebelumnya. Namun, performa dan kemampuan satelit tersebut dapat menyaingi satelit-satelit yang sudah ada. Kebutuhan dan perkembangan nano satelit meningkat seiring waktu, dengan para peneliti membuatnya secara independen.
Dr. Ismail berharap suatu hari Indonesia dapat memiliki kapasitas untuk meneliti nano satelit secara langsung, dan memandang Observatorium Bosscha sebagai pusat kontribusi aktif pengembangan keilmuan astronomi dan satelit nasional.
Salah satu bentuk dukungan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam kolaborasi pengembangan astronomi adalah rencana pengamatan peristiwa-peristiwa astronomi yang membantu masyarakat, seperti penetapan tanggal 1 Ramadan serta pemetaan fenomena gerhana. “Lewat kehadiran Observatorium Bosscha, kami dapat melakukan berbagai aktivitas industri satelit dan pemanfaatan observasi objek-objek luar angkasa,” Dr. Ismail mengucapkan apresiasinya.
Reporter: Ruth Nathania (Teknik Lingkungan, 2019)