Perkaya Entrepreneurship Dengan E-Commerce
Oleh habiburmuhaimin
Editor habiburmuhaimin
BANDUNG, itb.ac.id- Atas prakarsa Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa (Kokesma) ITB, pada hari Sabtu (15/11), diadakan seminar bertajuk "Enrich Entrepreneurship with E-Commerece". Acara yang berlangsung di Campus Center (CC) Barat ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama, Dwi larso, Ph.D, dosen School of Business and Management (SBM) ITB, sebagai narasumber memaparkan tentang entrepreneurship: "Why-What-How". Terdapat tiga point penting mengenai entrepreneurship, yaitu peluang, realisasi, dan yang terakhir adalah nilai tambah. Masing-masing point didapat dengan proses kreatif dan inovatif.
Selanjutnya, Dwi larso menyinggung tiga buku yang bisa merepresentasikan tren ke depan. Dalam buku pertama, "The World is Flat", dunia telah saling terhubung berkat adanya internet. Kejadian di suatu tempat dapat berimbas pada daerah lain sehingga tidak lagi terkotak-kotak pada suatu daerah tertentu. Dalam buku yang sama pula dijelaskan bahwa dunia yang telah terhubung semakin sulit untuk dikelola dan perubahan yang terjadi menjadi sulit untuk diprediksi. Buku selanjutnya yang menjadi pembahasan adalah "The Long Tail" dimana dititikberatkan bahwa trennya adalah menjual banyak barang dalam jumlah yang sedikit, serta konsumen dapat berperan sekaligus sebagai produsen. "Jumlah unit kecil tetapi umur produk semakin panjang", ujar Dwi. Buku "A whole new Mind" mengungkapkan untuk ke depan tidak hanya fungsi yang diutamakan, melainkan juga desain.
Selanjutnya dibahas mengenai karakter seorang entrepreuner, yaitu berkomitmen, keinginan berprestasi, berorientasi peluang, dan pantang menyerah yang menjadi tantangan untuk dapat dikembangkan sejak usia dini. Pendidikan formal, informal, serta lingkungan dan budaya mampu membantu membentuk karakter tersebut. Kepala Center for Innovation Entrepreneurship & Leadership (CIEL) ini juga menjelaskan bahwa ITB, diwakili oleh SBM, telah membuka mata kuliah entrepreneurship yang berjenjang selama tiga semester.
Sesi kedua diisi oleh narasumber Arif Budiyono. Owner PT. Cinox Media Insani ini menjelaskan mengenai e-commerce Indonesia. E-commerce, seperti yang dijelaskan Arif, adalah penggunaan media elektronik untuk melakukan perniagaan. Terdapat berbagai alasan menggunakan e-commerce, diantaranya kebutuhan pasar, arus pendapatan baru, ledakan pasar, penurunan biaya, dan perpendekkan waktu siklus produk. Sayangnya, untuk e-commerce di Indonesia masih terdapat kekurangan, antara lain infrasturuktur telekomunikasi yang masih mahal, ketidakjelasan hukum, kultur dan kepercayaan, dan keamanan. Namun demikian, walau banyak hambatan, e-commerce Indonesia tidak dapat dihindari karena merupakan tuntutan dari masyarakat. Selain hal tersebut, masih banyak peluang bisnis yang belum digarap di Indonesia.
Selanjutnya dibahas mengenai karakter seorang entrepreuner, yaitu berkomitmen, keinginan berprestasi, berorientasi peluang, dan pantang menyerah yang menjadi tantangan untuk dapat dikembangkan sejak usia dini. Pendidikan formal, informal, serta lingkungan dan budaya mampu membantu membentuk karakter tersebut. Kepala Center for Innovation Entrepreneurship & Leadership (CIEL) ini juga menjelaskan bahwa ITB, diwakili oleh SBM, telah membuka mata kuliah entrepreneurship yang berjenjang selama tiga semester.
Sesi kedua diisi oleh narasumber Arif Budiyono. Owner PT. Cinox Media Insani ini menjelaskan mengenai e-commerce Indonesia. E-commerce, seperti yang dijelaskan Arif, adalah penggunaan media elektronik untuk melakukan perniagaan. Terdapat berbagai alasan menggunakan e-commerce, diantaranya kebutuhan pasar, arus pendapatan baru, ledakan pasar, penurunan biaya, dan perpendekkan waktu siklus produk. Sayangnya, untuk e-commerce di Indonesia masih terdapat kekurangan, antara lain infrasturuktur telekomunikasi yang masih mahal, ketidakjelasan hukum, kultur dan kepercayaan, dan keamanan. Namun demikian, walau banyak hambatan, e-commerce Indonesia tidak dapat dihindari karena merupakan tuntutan dari masyarakat. Selain hal tersebut, masih banyak peluang bisnis yang belum digarap di Indonesia.