Pesan Rektor ITB di Wisuda Oktober 2023: Pentingnya Integritas Kesarjanaan
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG-itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan perayaan Wisuda Pertama ITB Tahun Akademik 2023/2024. Acara dilaksanakan secara luring di Gedung Sasana Budaya Ganesha dan disiarkan secara langsung melalu kanal YouTube Institut Teknologi Bandung, pada Sabtu (28/10/2023). Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., turut mengungkap rasa syukur dan bangganya terhadap para wisudawan.
Pada Wisuda Oktober 2023, sebanyak 5.420 mahasiswa berhasil diwisuda. Gelar kesarjanaan yang baru didapat merupakan bentuk pengakuan terhadap kompetensi yang diraih. Prof. Reini menyampaikan bahwa wisudawan memiliki tugas untuk mengemban tanggung jawab untuk berkiprah serta memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat dan bangsa.
Dalam kesempatan ini, Rektor ITB pun mencoba menguraikan dan menanamkan kepada wisudawan mengenai pentingnya integritas kesarjanaan.
Sarjana bermakna orang yang pandai atau memiliki ilmu pengetahuan yang berarti memperoleh tingkat keilmuan yang baru. Orang yang sudah bergelar sarjana diharapkan memiliki perilaku yang baru yang semakin dipandu dan dibentuk pengetahuan atau disebut perilaku kesarjanaan. Jika suatu capaian diikuti dengan perilaku yang dipandu pengetahuan akan menghasillkan integritas kesarjanaan.
Para wisudawan ITB tentu sudah berbekal pengetahuan yang cukup untuk dapat terjun di masyarakat. Hal ini karena berbekal pengetahuan seseorang akan kenal dan dekat dengan realitas kehidupan serta mampu membentuk dan mengubah cara pandang terhadap dunia dan kehidupan. Pengetahuan akan membuka jalan seseorang pada perilaku kebijaksanaan dan kebijaksanaan.
Meskipun demikian realitas kehidupan telah memberikan begitu banyak permasalahan yang masih belum teratasi. Krisis sosial dan permasalahan moral semakin merajalela. Bahkan di era digital yang telah banyak terjadi loncatan pengetahuan dan teknologi serta industrialisasi ekonomi, namun bersamaan juga kesenjangan ekonomi dan kerusakan lingkungan yang sulit dikendalikan.
Pelanggaran moral tidak hanya terjadi di kehidupan nyata, melainkan juga merambat di dunia maya. Kehadiran internat yang memungkinkan demokratisasi atas informasi dan membantu masyarakat untuk ekspresi diri, justru disaat yang bersama memicu penyebaran hoaks atau kepalsuan informasi. Hal ini berarti kemajuan dan penguasaan pengetahuan tidak membebaskan manusia dari perbuatan yang bertentangan dengan moralitas.
Hubungan antara pengetahuan dan moralitas adalah hal yang tidak mudah untuk dianalisis karena melibatkan banyak faktor. Prof. Reini memfokuskan diskusi yang disampaikannya pada dua faktor penting yakni ignorance dan neglect.
“Setiap manusia tidak dapat membebaskan diri dari perbuatan yang melanggar moral karena setiap manusia memiliki partial ignorance,” ucapnya.
Prof. Reini mengungkapkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia sangat terbatas. Sehingga setiap manusia pasti memiliki partial ignorance yang masih belum banyak disadari.
Partial ignorance bermakna ketika kita memiliki pengetahuan tertentu terhadap sesuatu fenomena, kurangnya pengetahuan di bidang lain. Hal ini sering muncul saat hendak melakukan upaya pemecahan masalah, beberapa aspek tertentu tidak jarang terabaikan. Pelanggaran moral muncul jika sikap ini diikuti oleh sikap neglect. Pengabaian (neglect) yang berarti ketika kita memahami dampak negatif dari perbuatan kita, tetapi kurang menganggap penting dan mengabaikannya.
“Terkadang sikap neglect muncul karena kita tidak sadar bahwa kita memiliki sikap partial ignorance,” ungkap Prof. Reini.
Ada dua hal cara untuk mencegah perilaku amoral dan memperkuat integritas kesarjanaan yang harus ditanamkan dan disadari dalam diri wisudawan yaitu terbuka dan mengasah kepedulian. Melalui pengembangan diri untuk aktif terlibat dalam kegiatan yang bersifat multidisiplin dapat memperkuat sikap keterbukaan.
Hal ini karena pemecahan masalah sangat penting dilakukan melalui pendekatan multi dan lintas disiplin. Selain itu, sifat keterbukaan ini harus diimbangi oleh kepedulian terhadap sesama dengan mengantisipasi konsekuensi dari keputusan dan perbuatan dilakukan serta untuk mencegah dampak yang tidak diinginkan.
Beliau juga menyampaikan pendidikan tinggi di ITB dirancang untuk memenuhi kebutuhan putra-putri bangsa akan pengetahuan yang berkarakter. Prof. Reini berharap para mahasiswa baru ITB Tahun 2023 mampu mencapai tingkat penguasaan pengetahuan yang semakin tinggi dan karakter yang bijaksana.
“Wisudawan ITB diharapkan dapat berperan bukan hanya sebagai agent of knowledge, melainkan agent of morality,” ungkap Prof. Reini.
Pengusahaan pengetahuan tanpa diimbangi moralitas menjadi sesuatu yang tidak berguna bagi kehidupan. Dalam rangka menyongsong Indonesia Emas 2045, lulusan ITB mengemban peranan kunci. Oleh karena itu, wisudawan harapannya berdampak bagi bangsa dan negara melalui karya dan perilaku kesarjanaan sehingga membentuk integritas kesarjanaan yang kuat.
Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)