Probiotik Komunitas Bisa Tingkatkan Imun di Masa Pandemi
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id–Ikatan Alumni ITB (IAITB) menggelar webinar bertajuk “Meningkatkan Imunitas di Masa Pandemi dengan Probiotik Komunitas”, Jumat (9/7/2021). Sidrotun Naim menjadi moderator dan materi dibawakan oleh tiga pembicara; Dr.(cand) dr. Farid Lusno, M.Kes., Dr. Sulfahri, Msi., dan Basuki Rokhmad.
Farid membuka pemaparan materinya dengan fakta-fakta yang selama ini diketahui mengenai kehidupan bakteri. Salah satunya tentang bakteri menghasilkan antibiotik. “Lucunya, antibiotik diciptakan untuk membunuh bakteri, tetapi ternyata yang justru menghasilkan antibiotik paling banyak adalah bakteri,” ujar dosen FKM Unair tersebut.
Imunitas, yang ditandai dengan pembentukan antibodi dibagi menjadi innate (bawaan) dan acquired (didapatkan). Imunitas bawaan diturunkan dan dibawa sejak lahir melalui darah plasenta ibu, sedangkan imunitas yang alami didapat dari pembentukan antibodi yang dihasilkan dari simbiosis tubuh manusia dengan bakteri merangsang sel-sel tubuh untuk mengeluarkan hormon-hormon tertentu. Salah satu contoh pemaparan bakteri dengan tubuh manusia adalah melalui tahnik dan nabeez (infused water).
Ketidakseimbangan jumlah bakteri di dalam tubuh ternyata dapat menyebabkan berbagai masalah. Mulai dari depresi, sakit jantung, autism, hingga autoimmune disease. Salah satu perwujudan dari pemenuhan mikroflora bakteri bagi tubuh adalah Fecal Microbiota Therapy (FMT).
Probiotik, Prebiotik, dan Mekanisme Pertahanan terhadap SARS-CoV2
Menurut hasil penelitian, makanan yang mempunyai pengaruh nyata terhadap peningkatan imunitas adalah madu dan herbal yang merupakan sumber enzim dan senyawa aktif, makanan organik dan non-GMO, serta probiotik. Senyawa aktif yang ada pada herbal dapat dipecah menjadi lebih kecil oleh bantuan bakteri, sehingga tubuh lebih mudah menyerap nutrisi yang ada. Paduan dari ketiganya dengan fermentasi canggih menjadi "Probiotik Komunitas".
Sulfahri mengatakan berdasarkan uji molecular docking, senyawa-senyawa metabolit yang dihasilkan Probiotik Komunitas dapat menjadi kandidat terapi SARS-CoV2. Senyawa metabolit tersebut di antaranya; Dibuthyl phthalate, Purpurin, 4-Methoxycinnamic acid, Cyclo(phenylalalnyl-prolyl), Linolenic acid ethyl ester, dan sebagainya.
Diketahui juga molecular weight dari senyawa-senyawa tersebut kebanyakan kurang dari 500 g/mol, walau ada juga yang lebih sedikit.
Kunci penghambatan amplifikasi SARS-CoV2 dalam tubuh manusia ada di dua tempat; permukaan dan dalam sel.
Pertama, dengan menghalangi pengikatan protein spike SARS-CoV2 pada reseptor ACE-2 yang terdapat pada permukaan paru dan gastrointestinal. Penghalangan pengikatan terjadi karena daya ikat senyawa metabolit Probiotik Komunitas dengan reseptor ACE-2 lebih besar daripada ikatan protein S.
Kemudian jika protein S mampu berikatan dengan ACE-2 dan melepas RNA-nya dalam sel, RNA virus yang masuk berikatan dengan Dibutyl phthalate sehingga tidak dapat bereplikasi. Protein kunci penghambatan amplifikasi RNA terletak pada 3CL-protease dan COVID-19 Polymerase. Senyawa aktif yang berikatan dengan dua protein kunci replikasi virus ini adalah Digalactosyl diglyceride, Purpurin, Trigalactosyl digyliceride, Kaemferol, dan Quercetin.
Binding affinity antara senyawa aktif Probiotik Komunitas dengan protein replikator SARS-CoV2 sangat rendah (yang berarti berikatan dengan sangat kuat) jika dibandingkan dengan Remdesivir dan Chloroquine yang merupakan antivirus umum yang digunakan untuk menghambat replikasi virus ini.
Selain menghambat replikasi SARS-CoV2, senyawa aktif Probiotik Komunitas juga dapat menyeimbangkan sistem imun tubuh akibat respons imun tubuh terhadap SARS-CoV2 yang over reaktif ataupun kurang reaktif.
Probiotik Komunitas
Menurut Wang, et al. (2018), setidaknya terdapat lebih dari 1000 spesies bakteri yang hidup di perut manusia. Jika perut manusia diberi produk yang dominannya terdiri dari single strain dan beberapa strain bakteri, komposisi bakteri yang sudah ada terganggu sehingga dapat menimbulkan berbagai jenis masalah, termasuk penurunan imunitas.
“Kami menemukan dalam BIOSYAFA terdapat 148 senyawa aktif dan sekitar 20 strain bakteri,” ujar Basuki.
Dengan fokus utama memenuhi jumlah 19 juta strain bakteri dalam tubuh yang menuai perbaikan jangka panjang, meminum obat tidak diperlukan lagi untuk menjadi sehat. Kombinasi probiotik dan prebiotik dengan me-nano-kan herbal bersama dengan probiotik memberikan hasil terbaik untuk meningkatkan imunitas, terlebih di masa pandemi ini.
Reporter: Najma Shafiya (Teknologi Pascapanen 2020)