Prof. Buchari, 40 Tahun Mendedikasikan Diri untuk ITB dan Kimia Analitik

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Sebagai bentuk penghargaan atas jasa Prof. Buchari yang telah mengabdikan diri selama lebih dari 40 tahun di Institut Teknologi Bandung (ITB), Kelompok Keahlian (KK) Kimia Analitik FMIPA-ITB menyelenggarakan acara pelepasan masa purnabakti Prof. Buchari bertajuk “Tribute to Prof. Buchari: Because of Him” di Aula Barat ITB, Sabtu (23/2/2019).


Guru besar sekaligus cendekiawan, dan mentor bagi Kimia FMIPA ITB ini telah banyak berkontribusi dalam memajukan dan meningkatkan kesejahteraan bangsa. Menurut Dekan FMIPA Prof. Edy Tri Baskoro, sosok Prof. Buchari ialah scientist sejati. “Beliau rutin mempublikasikan artikel ilmiah serta membimbing ratusan mahasiswa untuk mendapatkan gelar akademiknya. Selain itu, beliau sempat membina tenaga pendidik di level nasional tentang kimia analitik,” jelasnya.

Selayang Pandang Prof. Buchari

Prof. Buchari menjadi mahasiswa S1 ITB pada tahun 1968 dan lulus pada tahun 1974. Pada tahun yang sama saat merengkuh gelar sarjana, ia mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Kimia ITB dan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun  1977. 

Rasa haus untuk mendapatkan ilmu akhirnya menggerakkannya untuk menuntut pendidikan magister serta doktoral di Perancis. Ia berhasil lulus magister di Université Montpellier 2 pada tahun 1977 dengan fokus Elektrokimia Analitik dan lulus gelar doktoral pada tahun 1979 di Académie de Montpellier.  Juga menyelesaikan post-doctoral di Laboratorie de Chimie Nuclear et Industrielle, Ecole Centrale de Paris dengan menekuni bidang Pemisahan Analitik.

Selama mengabdi, Prof. Buchari telah membimbing ratusan mahasiswa sarjana, magister, dan doktoral. Ia juga menuliskan sekitar 138 artikel ilmiah sejak 1997. Di sisi lain, juga aktif menjadi narasumber dalam berbagai seminar atau konferensi di dalam dan luar negeri. 

Selain mengajar, Prof. Buchari juga pernah menjabat Ketua Laboratorium Kimia Analitik (1982-1983), Sekretaris Jurusan Kimia ITB (1983-1986), Ketua Jurusan Kimia ITB (1986-1991), Pembantu Dekan FMIPA ITB Bidang Administrasi Umum (1998-2001), Sekretaris Umum Himpunan Kimia Indonesia (1989-1991), Wakil Ketua Panitia Sixth Asian Symposium on Natural Plants and Spices (ASOMPS) (1990), Anggota Komisi Badan Riset ITB (1981-1986), dan Anggota Senat FMIPA ITB (1986-2001).

Dedikasi yang telah diberikan, menghantarkannya mendapatkan beberapa prestasi yaitu Dosen Teladan III Tingkat ITB (1983), Dosen Luar Biasa Universitas Jenderal Achmad Yani, Penghargaan dari Jenderal TNI Rudini, Pengabdian 25 Tahun sebagai PNS di ITB (2000), dan Penghargaan Satya Lencana Karya Satya 20 tahun dari Presiden RI (2001).

Kepribadian Prof. Buchari yang ramah, sabar, dan murah senyum sangat melekat bagi para mahasiswanya. “Prof. Buchari tak pernah cemberut dan selalu sabar menghadapi anak bimbingannya. Beliau juga suportif dan selalu mendorong saya selama studi S3 untuk terus mencari tahu tentang jawaban dari permasalahan saat menyelesaikan disertasi,” kenang Anna Permanasari, salah satu alumni Kimia ITB.

Setengah Abad Perkembangan Kimia Analitik di Indonesia

Dalam acara ini, Prof. Buchari memaparkan mengenai perkembangan kimia analitik di Indonesia. Singkatnya, pada tahun 1960-an kimia analitik berfungsi untuk mencari bukti-bukti dalam menentukan yang benar dan salah, serta melakukan penyidikan menggunakan hirarki analitik untuk mengambil keputusan yang sahih. Pada era yang sama, kimia analitik di Indonesia lebih mengarah ke analisis material untuk pertambangan dan kesehatan. 

“Karena perkembangan material yang ada di dunia dan pemanfaatannya secara masif dalam kehidupan sehari-hari, maka kimia analitik kedepannya berguna dalam bidang pangan, transportasi, elektronika, pertahanan, energi dan telekomunikasi sehingga kimiawan dituntut untuk melebarkan kapasitas ilmunya,” ujarnya.

Selain itu, pada era modern ini, penguasaan kimia analitik juga harus ditunjang dengan peralatan modern yang memiliki sensor berukuran mini. “Kedepannya fokus kimia analitik akan mengarah ke nanoscience dan nanotechnology, kemometrik, kimia komputasi, dan biosensor,” tandasnya.

Ia berharap, aplikasi kimia analitik di Indonesia terus berkembang dan dapat membawa manfaat bagi masyarakat. “Jika zaman dahulu kita bersusah payah untuk mengembangkan ini, maka sekarang adalah waktunya untuk menebarkan manfaat bagi Indonesia dan para kimiawan analitik Indonesia dapat terus menyerap ilmu agar tidak tertinggal dari bangsa lain,” ujarnya.

Reporter: Billy Akbar Prabowo (Teknik Metalurgi 2016)