Prof. Setiawan Sabana, Guru Besar Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB
Oleh
Editor
Siang itu, saya akhirnya mempunyai kesempatan bertemu dengan Prof. Setiawan Sabana, Guru Besar Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, ditengah- tengah kesibukannya mengikuti sebuah konferensi internasional di salah satu hotel berbintang di Bandung. Ditengah- tengah waktu istirahat konferensi, saya melakukan perbincangan hangat sambil menyantap makan siang yang sudah disiapkan.
Menjadi pengajar pada program Magister dan Doktor Seni Rupa ITB, Professor yang lahir di Bandung, 10 Mei 1951 juga menjabat sebagai Ketua Pusat Penelitian Seni Rupa dan Desain.
Alumni dari Art Department, Northern Illinois University ini bercerita tentang kegiatan yang dilakukan diluar kegiatan akademik adalah berkarya, menulis, dan mempersiapkan ‘Pameran Asia’, sebuah pameran tentang seni rupa Asia yang akan diadakan bulan depan.
Mata beliau tampak makin bersemangat menceritakan tentang hobinya bermain pingpong. Bahkan, ketika masih menjabat sebagai Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) periode tahun 2000-2005, Prof. Setiawan Sabana masih menyempatkan diri menjadi dosen pembina unit kegiatan olahraga tenis meja ITB. Hal itu dilakoninya, tak lain karena sebagai buah kecintaannya pada olahraga yang satu ini.
Peraih penghargaan Satyalancana Karya Satya XX tahun dari presiden RI ini menuturkan bahwa perkembangan Seni Rupa sekarang sudah lebih maju karena didukung oleh perkembangan teknologi yang memudahkan berekspresi para perupa dan mahasiswa Seni Rupa.
Satu- satunya guru besar dari FSRD yang masih aktif ini merupakan seorang perupa yang menggunakan media kertas sebagai salah satu media ekspresinya dalam berkarya. “Legenda Kertas” adalah salah satu pameran tunggalnya yang diadakan di empat kota: Jakarta, Semarang, Bandung, dan Solo. Salah satu alasan dibuatnya pameran ini adalah karena menurutnya, budaya kertas kini justru tampak tengah sekarat. Peradaban mutakhir yang kita hadapi kini melaju ke peradaban nirkertas ( paperless culture).
“Kalau mau jadi besar, maka besarkanlah orang lain”, merupakan moto hidup beliau sesuai keyakinan yang beliau anut bahwa seseorang akan lebih dikenal karena ilmu yang diberikannya kepada orang lain. “Jangan pelit membagi ilmu karena takut menjadi saingan” merupakan kata- kata bijak dari beliau yang menutup wawancara hari itu.
Menjadi pengajar pada program Magister dan Doktor Seni Rupa ITB, Professor yang lahir di Bandung, 10 Mei 1951 juga menjabat sebagai Ketua Pusat Penelitian Seni Rupa dan Desain.
Alumni dari Art Department, Northern Illinois University ini bercerita tentang kegiatan yang dilakukan diluar kegiatan akademik adalah berkarya, menulis, dan mempersiapkan ‘Pameran Asia’, sebuah pameran tentang seni rupa Asia yang akan diadakan bulan depan.
Mata beliau tampak makin bersemangat menceritakan tentang hobinya bermain pingpong. Bahkan, ketika masih menjabat sebagai Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) periode tahun 2000-2005, Prof. Setiawan Sabana masih menyempatkan diri menjadi dosen pembina unit kegiatan olahraga tenis meja ITB. Hal itu dilakoninya, tak lain karena sebagai buah kecintaannya pada olahraga yang satu ini.
Peraih penghargaan Satyalancana Karya Satya XX tahun dari presiden RI ini menuturkan bahwa perkembangan Seni Rupa sekarang sudah lebih maju karena didukung oleh perkembangan teknologi yang memudahkan berekspresi para perupa dan mahasiswa Seni Rupa.
Satu- satunya guru besar dari FSRD yang masih aktif ini merupakan seorang perupa yang menggunakan media kertas sebagai salah satu media ekspresinya dalam berkarya. “Legenda Kertas” adalah salah satu pameran tunggalnya yang diadakan di empat kota: Jakarta, Semarang, Bandung, dan Solo. Salah satu alasan dibuatnya pameran ini adalah karena menurutnya, budaya kertas kini justru tampak tengah sekarat. Peradaban mutakhir yang kita hadapi kini melaju ke peradaban nirkertas ( paperless culture).
“Kalau mau jadi besar, maka besarkanlah orang lain”, merupakan moto hidup beliau sesuai keyakinan yang beliau anut bahwa seseorang akan lebih dikenal karena ilmu yang diberikannya kepada orang lain. “Jangan pelit membagi ilmu karena takut menjadi saingan” merupakan kata- kata bijak dari beliau yang menutup wawancara hari itu.