Prof. Sudarto Notosiswojo, 42 Tahun Lebih Mendedikasikan Diri untuk Kemajuan ITB

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana



BANDUNG, itb.ac.id -- Selama 42 tahun lebih, Prof. Dr. Ir. Sudarto Notosiswojo M.Eng., terus mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan Institut Teknologi Bandung (ITB). Meskipun usianya sudah mulai senja, namun semangatnya dalam mendidik para mahasiswa tak pernah padam.

Atas dedikasinya selama 40 tahun mengabdi di ITB, Prof. Sudarto mendapat penghargaan Lencana 40 tahun pengabdian dari ITB. Penghargaan diberika langsung oleh Rektor ITB Prof. Dr. Ir Kadarsah Suryadi, DEA., usai upacara peringatan HUT ke-73 Kemerdekaan RI yang digelar ITB di Saraga Badung, 17 Agustus 2018 lalu.

Prof.Dr.Ir. Sudarto Notosiswojo M.Eng., adalah Guru Besar dalam bidang Hidrologi dari Kelompok Keahlian Eksplorasi Sumberdaya Bumi, yang kemudian pada semester genap 2017/2018 dipindahkan ke Kelompok Keahlian Geotermal di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB. Jenjang karirnya diawali menjadi mahasiswa program S1 Jurusan Teknik Pertambangan Eksplorasi di ITB lulus tahun 1975, melanjutkan S2 bidang Engineering Geology di Asian Institute of Technology Bangkok, Thailand lulus tahun 1982 dan S3 bidang Hidrogeologi di RWTH Aachen Republik Federasi Jerman lulus tahun 1989.

Prof. Sudarto bercerita, awalnya ia tidak ingin menjadi dosen di ITB. Namun kesempatan tersebut tak disia-siakan olehnya ketika ditawari untuk mengajar di perguruan tinggi teknik tertua di Indonesia ini. Sampai akhirnya pun merasa nyaman dengan keputusannya tersebut.

"Ternyata pilihan saya sesuai dengan apa yang saya inginkan saya menjadi dosen dengan enak dan tidak merasa ada beban terlalu berat sambil menikmati juga tugas meneliti dan pengabdian kepada masyarakat. Masa 42 tahun lebih itu sungguh tidak terasa, tahu-tahu sudah datang masanya pensiun. Meskipun demikian saya tidak kecewa dengan waktu ini sebab umur itu terbatas kemampuan juga terbatas dan kesempatan harus dimanfaatkan dengan baik," katanya kepada Humas ITB.

Prof. Sudarto juga bercerita pengalamnya ketika pertama kali mengajar sebagai dosen muda. Menurutnya banyak sekali perbedaan yang terjadi, ketika pertama mengajar ia tak pernah diberikan pelatihan mengajar, berbeda dengan sekarang yang banyak pelatihan khusus sebelum mengajar, misalnya applied approach dll. "Latihan saya waktu dulu ketika jadi asisten mahasiswa di laboratorium dan ekskursi di lapangan," ucapnya.

Dia mengatakan, dosen ketika zamannya mengajar dulu, harus mempunyai kemampuan mengajar materi lain atau beberapa mata kuliah, karena jumlah dosen yang ada masih terbatas. Oleh karena itu Prof. Sudarto banyak belajar hal lain seperti kristalogografi dan mineralogi, genesa mineral/bahan galian, sumberdaya air tanah, geoteknik, lingkungan pertambangan dan geotermal sampai akhirnya berada di kelompok keahlian geotermal. "Waktu saya masuk di sini baru seorang doktor dalam bidang pertambangan, yaitu Prof. Ambyo Mangunwijaya," katanya.

Meskipun usianya tak muda lagi, namun Prof. Sudarto masih kuat untuk naik gunung atau berjalan kaki ke lokasi tambang. Olahraga rutin yang sering dia lakukan adalah jalan kaki. Sehingga tubuhnya masih terlihat segar bugar sampai sekarang. Kuncinya adalah bisa mengatur pola hidup, pola makan, pola istirahat. 

"Sejak tahun '88 waktu saya di Jerman ditemukan ada kelainan di jantung saya, tapi yang penting adalah kita tahu kekurangan kita dan kita mengubah pola hidup dan pola makan. Olahraga harus terus tapi wkatu tidur harus diperhatikan. Tidak usah takut mati karena kita semua sudah ada waktunya masing masing. Sampai sekarang pun saya masih jalan kaki dan masuk tambang naik gunung saya masih siap," katanya.

Selama mengajar di ITB, Prof. Sudarto pernah menjadi Dekan Fakultas Tambang dan Ketua Jurusan Tambang di UPN Veteran Yogyagarta, asesor BAN-PT dan menyeleksi para mahasiswa terbaik untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri dalam program LPDP.  Dia pun berpesan kepada ITB harus menjadi contoh bagi universitas yang lain. Kepada generasi muda, ia berpesan agar terus memupuk semangat berjuang dan juga selalu melatih kesabaran.

"Harapan kepada yang muda, teruslah berjuang untuk maju dan meningkatkan kemampuan, terus maju karena negara ini memerlukan orang-orang yang memilik kemampuan penelitian yang bagus, yang jujur dan bertanggung jawab," pesan kakek yang sudah memiliki tiga cucu itu.