Profesor yang Selalu Ceria itu Telah Berpulang
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Hari Jumat (18/5) Indonesia kehilangan salah satu putra pendidik dan pemerhati lingkungan terbaiknya. Prof. Dr. Asis H. Djajadiningrat, Dipl. SE, Ketua Majelis Guru Besar ITB, yang sekaligus salah satu Guru Besar Teknik Lingkungan ITB berpulang ke Allah SWT pada usia ke 61. Almarhum meninggal saat bertugas di Ratatotok Buyat, Manado, Jumat (18/5) pada pukul 11.40 WIT. Saat itu, Prof. Asis sedang mengunjungi PT Newmont Minahasa Raya. Jenasah almarhum akan sampai di Bandung pada pukul 13.00 hari Sabtu (19/5) dan akan disemayamkan di Aula Timur ITB pukul 14.00 WIB. Almarhum akan menerima penghormatan terakhir dari Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, MSc, dan seluruh anak didik serta koleganya sebelum dimakamkan di Cisarua, Lembang pada hari yang sama.
Profesor kelahiran 13 Maret 1946 ini adalah lulusan Teknik Penyehatan (sekarang Teknik Lingkungan) ITB tahun 1970. Almarhum melanjutkan studi di Delf University of Technology, Belanda dan memperoleh gelar Dipl. SE pada tahun 1976. Gelar Dipl. EA dan Doctor Ingeniur diperoleh di Universite de Sciences et Techniques du Languadoc (USTL) Montpellier, Prancis berturut-turut pada tahun 1979 dan 1981. Pada tahun 1997 beliau diangkat menjadi Guru Besar Teknik Lingkungan ITB dan memperoleh gelar Insinyur Profesional Madya pada tahun 1998. Karir akademiknya juga termasuk Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup ITB serta Ketua Majelis Guru Besar ITB.
Almarhum memiliki pengalaman konsultansi puluhan tahun dalam bidang pengelolaan dan rekayasa air dan limbah. Beliau telah menjadi pemimpin berbagai proyek Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) serta penilaian risiko. Proyek AMDAL terakhir yang dipegang oleh beliau adalah proyek konservasi Danau Toba dan perluasan pemukiman Bukit Sentul. Prof Asis juga bertanggung jawab atas penilaian risiko lingkungan PT Freeport Indonesia. Sampai pada saat berpulangnya, almarhum adalah anggota tim ahli Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Selain mengajar S1, S2, dan S3 di Teknik Lingkungan ITB, almarhum juga pernah menjadi dosen di Universitas Trisakti, Universitas Sahid, Institut Teknologi Nasional, Universitas Pasundan, Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan Yogyakarta. Selain itu, Guru Besar yang juga fasih berbahasa Prancis dan Belanda ini, kerap menjadi pembicara dan pelatih AMDAL, audit lingkungan, minimasi limbah, sistem manajemen udara, dan analisa daur hidup produk (Product Life Cycle).
Bagi anak didiknya, Prof. Asis dikenal sebagai pribadi yang ramah dan humoris. "Pak Asis itu murah senyum dan beliau bisa memberikan kuliah dengan sangat menyenangkan," kenang Heni, salah satu mahasiswa Teknik Lingkungan (TL) almarhum. ”Kalau kuliah dengan Pak Asis pasti ada tertawanya,” ungkap Lucky, juga mahasiswa TL, ”Kami pun jadi bisa menyerap bahan kuliah dengan lebih baik.”
Di antara koleganya, almarhum pun dikenang baik. ”Pak Asis adalah guru kami dan teman kami dalam kehidupan di kampus dan sehari-hari. Beliau sosok seorang dosen yang memahami dan menjiwai betul peran dosen yang kreatif,” kenang Dr. Iwan Tresna Dermawan Kunaefi, Direktur Akademik, Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, ”Pak Asis selalu ceria dan penuh humor dalam bergaul sesama kami tanpa meninggalkan idealisme sebagai pendidik dan tetap sebagai sosok yang sangat peduli terhadap lingkungan hidup.” Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Prof. Dr. Suprihanto, Guru Besar TL, ”Almarhum, dengan humornya yang khas seringkali memecahkan kebuntuan dan menyegarkan suasana.”
Agus Jatnika Effendi, PhD, Kepala Prodi TL ITB mengenang Pak Asis sebagai profesor yang berkomitmen dalam mengajar. ”Sesibuk apapun, beliau selalu mengutamakan mengajar,” tuturnya, ”Pak Asis pun kami anggap sebagai entertainernya Teknik Lingkungan karena beliau mampu membawa suasana menjadi meriah.” Salah satu kebaikan almarhum yang dikenang Agus adalah kemampuan almarhum dalam menjaga hubungan baik dengan koleganya. ”Tidak heran beliau memiliki catatan ulang tahun hampir seluruh staf pengajar di ITB dan koleganya di luar ITB.”
Pak Asis pun dikenal sebagai pakar lingkungan yang positif dan progresif. ”Beliau selalu berpikiran positif,” tutur Agus, ”Pembangunan harus tetap berjalan, namun dengan meminimasi dampak terhadap lingkungan semaksimal mungkin.” Ini menjadi alasan kenapa almarhum dekat dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta.
Almarhum pun aktif sebagai salah satu anggota Rotary Internasional. Di organisasi tersebut Prof. Asis menjabat sebagai ketua divisi pengembangan anggota. Sebelumnya, almarhum pernah menjabat sebagai salah satu anggota Gubernur Konsili periode 2002-2003 dan Gubernur Rotary Indonesia tahun 1996-1997. Almarhum meninggalkan istri, Dra. Renny Adijanti, M.Si, seorang putra, tiga putri dan tujuh cucu.