Profil I Gede Wenten: Alumni Terbaik ITB ’82 adalah Penghargaan Terbesar Saya (1)
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya kami memperoleh kesempatan berbincang dengan I Gede Wenten. Diterima di ruang kerjanya yang sederhana, di Lantai I Gedung PAU (Penelitian Antar Universitas). Memasuki ruangan, kami disambut dengan berbagai piagam, plakat, dan medali penghargaan dari berbagai institusi yang pernah diraih, yang dipajang di salah satu sudut ruang. Segera setelah kami memperkenalkan diri, beliau menyilakan kami untuk duduk dan mulai wawancara.
I Gede Wenten merupakan sosok yang sangat energik dan bersemangat. Pria yang kerap dipanggil Wenten ini ini, selalu memberi inspirasi dan motivasi bagi lawan bicaranya. Dosen Departemen Teknik Kimia ITB yang mengaku senang menggunakan batik dalam kesehariannya ini, menghabiskan sebagian besar waktunya untuk dunia pendidikan dan penelitian. Selalu optimis namun tetap bersahaja adalah ciri khasnya.
I Gede Wenten merupakan sosok fenomenal di dunia industri membran. Betapa tidak, paten pertama sebagai hasil disertasi doktoralnya langsung mendapat perhatian dunia membran bahkan disebut-sebut sebagai revolusi terbesar pada industri bir dalam 50 tahun terakhir. Paten pertamanya tentang klarifikasi bir di Denmark ini adalah karya yang pertama mengangkat namanya. Penemuan itu sanggup membuat orang berdecak kagum karena sang penemunya justru orang Indonesia yang tidak memiliki industri bir besar seperti di Denmark. Penghargaan tertinggi dari Filtration society di London pun di sabetnya, bukti dari tingginya inovasi dalam temuan beliau. Produktifitas dan semangatnya yang sangat tinggi menjadikan beliau disegani banyak pihak, bahkan dari peneliti senior sekalipun.
Sejarah Pendidikan
Wenten lahir 43 tahun yang lalu di lingkungan keluarga nelayan kecil di Desa Pengastulan, Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali. Kehidupan sulit dimasa kecil telah menempanya menjadi pribadi yang mandiri dan pekerja keras. Ia meraih gelar sarjana di Jurusan Teknik Kimia ITB tahun 1987. Alur hidupnya kemudian membawanya melanjutkan studi ke Denmark. Gelar master tahun 1990 dan doktor tahun 1995 diraihnya dari Denmark Technical University (DTU). Saat mengambil program doktornya itu, ia berhasil menemukan dan mematenkan kontribusi pertamanya di dunia membran. Saat ini beliau aktif menjadi staff pengajar di Departemen Teknik Kimia ITB
Meraih Penghargaan dan Paten
Kiprah dan kualitasnya di bidang membran sudah diakui dunia. Berbagai penghargaan dari berbagai institusi telah diraihnya. Sebut saja "Suttle Award" dari Filtration Society di London, sebuah penghargaan tertinggi dari institusi tersebut bagi para peneliti di bawah usia 35 tahun. Penghargaan ini diperoleh atas karyanya yang berjudul "Mechanisms and Control of Fouling in Crossflow Microfiltration",yang di buat pada tahun 1994. Dalam perjalanan kariernya yang bersangkutan juga berhasil meraih penghargaan "Adhicipta Rekayasa" dari Persatuan Insinyur Indonesia pada tahun 1995, "Science and Technology Award" dari Indonesia Toray Science Foundation tahun 1996, Penghargaan "Peneliti Muda Indonesia" dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tahun 1996, Habibie Award tahun 2000, dan "Wipo Award" dari WIPO-UNDP sebagai "Best Inventor", serta "RUT Award" dari Kementerian Riset dan Teknologi pada tahun 2004. Selain itu beberapa paten juga telah terdaftar di lembaga paten Indonesia, Jepang, Kanada, dan USA
Namun diluar sangkaan bahwa penghargaan yang menjadi favorit beliau, dan ternyata tidak pernah tercantum di CV, adalah dikukuhkan sebagai alumni terbaik ITB ’82. “Memperoleh pengakuan dari teman sendiri itu lebih sulit. Dunia boleh mengakui, tapi kalo teman, sampai mati pun kadang tetap nggak mau mengakui’, begitulah pengakuan Wenten ketika ditanya alasannya. “Penghargaan itu bagi saya adalah beban moral untuk tetap semangat berkarya”, lanjutnya.
Visi dan Misi dalam Dunia Membran
Saat ini perkembangan dunia membran sangat pesat dan kian hari pemanfaatannya bak jamur di musim penghujan. Namun aplikasi membran masih didominasi oleh perusahaan ataupun industri yang beroperasi dalam skala besar. ”Membran nantinya bisa dipake dimana-mana, membran dapat diaplikasikan disegala sektor bahkan termasuk rumah tangga dan penjual bakso sekalipun”, begitulah masa depan membran dalam pandangan Wenten. Selain itu, beliau juga bertekad untuk memerangi anggapan bahwa membran itu mahal sehingga tidak kompetitif. ”Saat ini harga membran sudah bisa ditekan sampai seperempat dari harga sebelumnya sehingga membran bisa sangat kompetitif”, ujar beliau meyakinkan.
Aplikasi Membran di Industri dan Medis
Aplikasi membran di industri sangat banyak. Saat ini yang paling banyak pada aplikasi pemurnian air dan pengolahan limbah. Aplikasi industri yang sedang dikembangkan di Indonesia, khususnya ITB, adalah aplikasi di bidang medis untuk produksi Dialysate dan mesin Mesin Hemodialisis. Bidang Bioteknologi untuk Single-Cell Protein Production, Cell recovery, dan membran bioreaktor (MBR). Juga dibidang lain seperti refinasi gula, pengolahan starch, Kelapa Sawit, tambak, dan sebagainya.
Beberapa aplikasi di Indonesia memang berbeda dari yang biasa digunakan di dunia. Seperti aplikasi di tambak udang, mungkin kita yang pertama di sektor ini. Bahkan menurut beliau, Indonesia adalah negara satu-satunya yang memanfaatkan teknologi membran di sektor ini.
Aplikasi membran untuk keperluan medis juga sangat diharapkan masyarakat, mengingat biaya cuci darah yang sangat mahal. ”Tidak hanya ginjal buatan, segala komponen cuci darah kita udah ada jalan ke sana. Ya kapanpun pemerintah siap ya kita siap untuk jalankan ini”, ungkap beliau optimis.
(bersambung)