Program Pengabdian Masyarakat dan Penelitian ITB Melawan Stunting: Memahami Peran Mikrobiom dalam Pertumbuhan Anak
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
JATINANGOR, itb.ac.id — Dalam upaya menangani masalah stunting di Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB) meluncurkan Program Pengabdian Masyarakat sekaligus penelitian yang melibatkan sejumlah fakultas, termasuk STEI, SF, SBM, FTSL, dan SITH.
Prof. Dr. Pingkan Aditiawati, MS, Ketua Pelaksana Program Pengabdian Masyarakat dan penelitian mengenai stunting menjelaskan, program penelitian ini melihat keterkaitan antara diet, pola hidup, dan sanitasi terhadap mikrobioma pada ibu-anak sehat maupun stunting. Sedangkan program pengabdian masyarakat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan sikap masyarakat dalam memerangi stunting, khususnya Jawa Barat.
"Kami ingin melihat bagaimana kondisi mikrobiom dalam saluran pencernaan memengaruhi pertumbuhan anak. Mikrobiom yang tidak seimbang dapat menyebabkan inflamasi dan gangguan penyerapan nutrisi, yang berkontribusi terhadap terjadinya stunting," jelas Prof. Pingkan.
Pentingnya penelitian ini terletak pada perbedaan pendekatan dalam menentukan stunting. Saat ini, standar stunting hanya mengacu pada tinggi badan anak di bawah 2 cm dari standar yang ditetapkan. Namun, standar ini dinilai kurang valid karena tidak mempertimbangkan faktor genetik. Oleh karena itu, perlu adanya validasi standar baru atau biomarker yang melibatkan faktor-faktor lain, seperti mikrobiom atau metabolom dalam ASI maupun saluran pencernaan bayi.
Dalam upaya memperbaiki kondisi stunting, penelitian akan mengidentifikasi nutrisi yang diperlukan oleh bayi yang mengalami stunting. Selama ini, anggapan umum adalah stunting terjadi akibat kekurangan nutrisi, khususnya protein. Namun, penelitian menunjukkan bahwa ASI justru sebenarnya mengandung lebih banyak karbohidrat daripada protein.
Program ini merupakan kegiatan multidisiplin yang juga melibatkan beberapa fakultas lain di ITB. Tim dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) memiliki fokus dalam pengembangan alat pendeteksi stunting berbasis IoT yang dapat memberikan informasi langsung (real time) kepada ibu atau petugas kesehatan. Sedangkan tim yang lain, yaitu Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) berfokus pada pengembangan program intervensi di masyarakat, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) berfokus dalam pengembangan teknologi sanitasi air untuk meminimalisir patogen, dan Sekolah Farmasi (SF) akan menganalisis obat-obatan yang dapat digunakan dalam penanganan stunting.
Kondisi stunting di Jawa Barat saat ini masih cukup tinggi. Program penanganan ini telah dilakukan secara bertahap sebelum tahun 2020. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat, selain edukasi tentang pentingnya komposisi nutrisi yang dikonsumsi pada tingkat kepala keluarga, program ini juga memberikan pelatihan dan pendampingan masyarakat dalam budidaya jamur, budidaya puyuh, produksi ikan, dan perbaikan sanitasi air.
"Kami berharap penelitian mikrobiom ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai stunting dan menjadi dasar bagi penanganan yang lebih tepat," tutup Prof. Pingkan.
Dengan dukungan dari berbagai fakultas di ITB, Program Pengabdian Masyarakat dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi stunting dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak di Indonesia.
Reporter: Ardiansyah Satria Aradhana (Rekayasa Pertanian, 2020)