Promosi Doktor ITB: Pribadi Widodo
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Jumat siang, 6 Oktober 2006, Program Studi Pascasarjana ITB mempromosikan Pribadi Widodo memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Seni dan Desain. Staf pengajar jurusan Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB semenjak 1984 ini mengajukan disertasi bertajuk "Mengungkap Estetika Tersembunyi pada Bangunan Tradisional Batak untuk Menemukan Sistem Perbandingan Ukuran." Pribadi menggunakan studi kasus pada grup etnis Batak Toba dan Batak Karo. Pribadi meneliti ekspresi estetik bangunan Silawuh Jabu Karo khas etnis Batak Karo dan Ruma Toba, etnis Batas Toba.
Penelitiannya ini membuat Pribadi harus mengintrepretasi nilai budaya objektif masyarakat Batak masa lalu yang masih diwarnai oleh budaya primitif, animistis, mitologis. Untuk itu, Pribadi harus menelaah hingga akar budaya Batak, khususnya sistem kepercayaan. Analisisnya menjelaskan mulai ajaran Parmalim yang sebenarnya ada lebih dahulu dari ajaran Sipele Begu; konsep kosmos Batak yang dibagi menjadi tiga benua, dengan masing-masing dijaga oleh kekuatan spiritual masing-masing, Tuan Bubi Na Bolon, Tuan Silaon Na Bolon, dan Tuan Pane na Tolu.
Berikut ini kesimpulan hasil disertasi Pribadi, ekspresi dari estetika yang tersembunyi pada arsitektur Batak Karo dan Batak Toba, khususnya pada bangunan Silawuh Jabu Karo dan Ruma Toba.
Arsitektur Batak Karo
-sistem orientasi Julu-Jahe, Hulu-Hilir,
-penempatan bangunan Jabu yang tersebar namun harus sejajar aliran sungai, bubungan atam lurus sejajar aliran sungai,
-masa bangunan yang terdiri dari tiga bagian pokok dengan perbandingan 1:1:5, memberikan perhatian utama pada bagian atap,
-dinding ruang bangunan (derpik) yang berbentuk miring ke atas melambangkan pertemuan dunia tengah dengan langit (atap),
-bidang segitiga berornamen pada atap (ayo-ayo), tiga titik sudutnya lambang bersatunya tiga Debata, atau bersatunya Daliken Sitelu
-kepala kerbau, untuk keamanan rumah, lambang estetika animistis
-sumbu transenden, pada sirkulasi utama bangunan Jabu
Makna estetika simbolik pada Batak Karo: kosmologis, keseimbangan, religius, animistis, diam, misteri, keterbukaan, kesederhanaan, ketenteraman.
Arsitektur Batak Toba
-sistem orientasi sumbu transenden Gunung Pusuk Buhit,
-jajaran Ruma yang harus mengikuti sumbu Utara-Selatan,
-masa bangunan yang terdiri dari tiga bagian pokok dengan perbandingan 1:1:5, memberikan perhatian utama pada bagian atap,
-dinding ruang bangunan (pardindingan) yang berbentuk miring ke atas, melambangkan pertemuan dunia tengah dengan langit (atap)
-pohon beringin pada setiap Huta toba yang diandaikan Kiara Jambu Barus, pohon nasib orang Batak
-bentuk bubungan atap yang melengkung ke atas (Toba)
-bentuk bangunan yang seimbang (simetri) sempurna, menciptakan garis sumbu yang kuat sebagai axis mundi
Makna estetika simbolik pada Batak Toba: kosmologis, proporsional, misteri, dinamis, ekspresif, keterbukaan, kesederhanaan, ketenteraman