Puluhan Karya Ekspresif di Pameran Drawing 'Meniru'
Oleh Christanto
Editor Christanto
BANDUNG, itb.ac.id - Cakrawala setiap pengunjung seakan terbuka lebar begitu menikmati puluhan karya yang disajikan di Pameran Drawing "Meniru" pada 1-7 April 2010 di Campus Center Barat ITB. Hasil karya mahasiswa-mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB ini tertampang megah dengan konsepnya yang bernuansa "meniru".
Puluhan karya yang dipamerkan pada pameran lukisan ini berasal dari 26 orang mahasiswa FSRD ITB yang tergabung dalam Gali ITB. Mengambil konsep "meniru", pameran ini memamerkan karya-karya lukis yang dihasilkan dengan berbagai media gambar, seperti pensil, soft pastel, drawing pen, tinta, dan sebagainya. Berbagai ukuran dan dimensi karya lukis turut ditampilkan pada pameran ini.
Tak ubahnya sebuah karya ekspresif, hampir semua karya yang dipamerkan pada pameran ini "bercerita" tentang sebuah realitas sosial. Sebuah gambar karya Tara Kasenda dengan judul "Ini Budi" dan "Ini Juga Budi" misalnya, menggambarkan sebuah sistem "mimikri bunglon" dalam realisme sosial. "Dalam kelompok, perilaku seseorang ternyata banyak dipengaruhi lingkungannya, bak seekor bunglon," tutur Tara.
Karya yang dibagi dalam 3 bagian terpisah ini juga membawa pesan tertentu untuk penikmatnya. "Untuk bisa diterima dalam kelompok, seseorang harus meniru dan beradaptasi," tuturnya. Selain itu, bukan tanpa alasan Tara memilih nama Budi menjadi judul karyanya. Budi, menurutnya merupakan sebuah nama yang familiar di masyarakat dan figur yang bisa menjadi siapa saja. "Menurut saya, Budi cocok merepresentasikan sosok yang saya maksud," tambahnya.
Selain karya tersebut, "Just Look at Them" merupakan salah satu karya futuristik yang cukup menggambarkan realisme kehidupan. Dalam karya yang dibuat sepenuhnya dengan pensil oleh Laura Valencia itu, diceritakan seseorang tengah mengambil gambar para nelayan yang sedang bekerja. Setidaknya karya ini dapat menggambarkan keadaan sosial masyarakat Indonesia dewasa ini.
Menggali Cakrawala
Rizki A. Zaelani, dosen FSRD ITB turut memberikan sambutannya terkait pelaksanaan pameran tersebut. Menurut Rizki, hal yang ingin ditonjolkan dalam pameran ini adalah bahwa cara menggambar dari masing-masing peserta pameranlah yang membedakan satu karya dengan yang lainnya. "Inilah yang memisahkan satu cara berkata dan berpendapat seseorang dari yang lain," katanya.
Menurutnya, pameran ini membawa sesuatu yang bermakna bagi peserta maupun pengunjung itu sendiri. Dari sisi peserta, pameran ini merupakan ancang-ancang mereka untuk menjadi seorang seniman yang dapat diperhitungkan. Namun dari sisi pengunjung, pameran ini memberikan kesempatan untuk melihat lagi hal yang pernah kita alami sebelumnya.
Tak ubahnya sebuah karya ekspresif, hampir semua karya yang dipamerkan pada pameran ini "bercerita" tentang sebuah realitas sosial. Sebuah gambar karya Tara Kasenda dengan judul "Ini Budi" dan "Ini Juga Budi" misalnya, menggambarkan sebuah sistem "mimikri bunglon" dalam realisme sosial. "Dalam kelompok, perilaku seseorang ternyata banyak dipengaruhi lingkungannya, bak seekor bunglon," tutur Tara.
Karya yang dibagi dalam 3 bagian terpisah ini juga membawa pesan tertentu untuk penikmatnya. "Untuk bisa diterima dalam kelompok, seseorang harus meniru dan beradaptasi," tuturnya. Selain itu, bukan tanpa alasan Tara memilih nama Budi menjadi judul karyanya. Budi, menurutnya merupakan sebuah nama yang familiar di masyarakat dan figur yang bisa menjadi siapa saja. "Menurut saya, Budi cocok merepresentasikan sosok yang saya maksud," tambahnya.
Selain karya tersebut, "Just Look at Them" merupakan salah satu karya futuristik yang cukup menggambarkan realisme kehidupan. Dalam karya yang dibuat sepenuhnya dengan pensil oleh Laura Valencia itu, diceritakan seseorang tengah mengambil gambar para nelayan yang sedang bekerja. Setidaknya karya ini dapat menggambarkan keadaan sosial masyarakat Indonesia dewasa ini.
Menggali Cakrawala
Rizki A. Zaelani, dosen FSRD ITB turut memberikan sambutannya terkait pelaksanaan pameran tersebut. Menurut Rizki, hal yang ingin ditonjolkan dalam pameran ini adalah bahwa cara menggambar dari masing-masing peserta pameranlah yang membedakan satu karya dengan yang lainnya. "Inilah yang memisahkan satu cara berkata dan berpendapat seseorang dari yang lain," katanya.
Menurutnya, pameran ini membawa sesuatu yang bermakna bagi peserta maupun pengunjung itu sendiri. Dari sisi peserta, pameran ini merupakan ancang-ancang mereka untuk menjadi seorang seniman yang dapat diperhitungkan. Namun dari sisi pengunjung, pameran ini memberikan kesempatan untuk melihat lagi hal yang pernah kita alami sebelumnya.