Purnabakti Dosen FTI Sampaikan Pemaknaan Hakikat Guru dalam Diri Dosen

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id — Sebagai seorang pengajar, peran dosen dan guru sangat krusial sebagai fasilitator serta tonggak utama sistem pendidikan. Namun pemaknaan hakikat pekerjaan guru bagi masing-masing individu juga tidak kalah penting. Hal inilah yang berusaha disampaikan dalam acara sharing session FTI tentang ‘Tantangan untuk Menemukan Makna sebagai Seorang Guru’ yang menghadirkan purnabakti dosen FTI yaitu Prof. Dr. Ir. Ida I Dewa Gede Raka, MEIE., sebagai pembicara (23/6/2022).

Dalam menemukan makna perjalanan hidup seorang guru dan dosen, Prof. Raka merumuskan dua pertanyaan krusial yang harus ada dalam diri, yaitu tentang hal apa yang harus dilakukan dan apa yang telah dilakukan dalam hidup. Pemahaman makna di sini dapat diartikan sebagai penemuan nilai dalam sesuatu, yang mana akan berbeda untuk setiap orang. Masing-masing orang dapat melihat sesuatu dengan cara yang berbeda sehingga pemaknaan serta sikap yang diambil juga berbeda. Maka dari itu pengambilan makna dari pekerjaan dikatakan tidak mudah untuk dilakukan karena membutuhkan perenungan dan pengalaman yang tidak sedikit.

“Tidak mudah melihat dengan jernih makna dari sesuatu yang kita lakukan. Kita bisa punya gelar dan pendidikan yang tinggi, tapi cara melihat makna dari pekerjaan tidak datang dengan sendirinya. You can’t take it for granted,” tutur beliau.

Pola transformasi diri seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya dapat berupa perubahan ke arah yang lebih baik maupun sebaliknya. Kerangka pikir yang digunakan sebagai basis penafsiran transformasi ini adalah pemaknaan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Idealnya, jika seorang guru bertransformasi ke arah yang lebih baik, ia akan menganggap kegiatan mengajar yang awalnya sebatas pekerjaan, berkembang menjadi karir, kemudian memaknainya sebagai suatu panggilan mulia. Namun proses ini juga dapat terjadi sebaliknya ketika guru yang awalnya menganggap kegiatan mengajar sebagai panggilan, lama-kelamaan hanya akan memaknainya sebagai sesuatu yang tidak lebih dari sebuah pekerjaan.

Proses transformasi tersebut menurut Prof. Raka dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor yang bersifat inside-out dan outside-in. Faktor inside-out berasal dari diri sesorang yang mempengaruhi pandangannya terhadap makna pekerjaan sebagai guru. Beberapa hal yang membentuk faktor ini antara lain adalah mindset, aspirasi, tata nilai lokal, dan keutamaan. Di sisi lain, faktor outside-in berasal dari kombinasi faktor di luar diri seseorang, seperti kondisi sosial, ekonomi, politik, kultural, dan sebagainya. Interaksi kedua jenis faktor ini akan membedakan hasil pemaknaan pekerjaan seorang guru antara individu yang satu dengan yang lainnya.

“Makna yang bisa kita lihat dari pekerjaan sebagai guru dipengaruhi oleh dua hal tersebut, walau dominasinya berasal dari dalam (inside-out). Namun pada orang-orang tertentu faktor outside-in dapat mengubah inside-out sehingga pemaknaan mereka juga berubah,” jelas Prof. Raka.

Mengingat pentingnya peran faktor inside-out tersebut, maka beliau merumuskan beberapa tantangan klasik yang sering ditemui terutama yang berhubungan dengan mindset. Kebanyakan orang memegang berbagai macam mindset tanpa mencermatinya dengan benar. Hal ini juga terjadi pada seorang guru. Berbagai macam mindset yang dimiliki guru mempengaruhi perilaku dan pandangannya dalam dunia pendidikan.

Prof. Raka juga berpendapat bahwa sistem pendidikan sekarang yang lebih berat pada sisi administrasi telah menggeser makna pendidikan itu sendiri. Tren yang sedang terjadi sekarang adalah adanya reduksi peran komunitas belajar dari system for people menjadi people for system sehingga memerlukan peninjauan ulang.

“Ketika birokrasi ini mengungkung dan administrasi menjadi beban, maka yang akan timbul adalah beban outside in. Lalu sesuatu yang awalnya room for innovation, mendorong seseorang untuk menemukan makna dalam apa yang ia ciptakan, akhirnya menjadi bagian dari mekanisme rutin, yang mana mekanisme rutin itu tidak pernah bermakna,” ungkapnya di akhir sesi.

Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota)