Purnatugas dan Orasi Ilmiah Prof. Ir. Budhy Tjahjati, MCP, Ph.D.
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Suasana haru meliputi Ruang Seminar lantai dua, Gedung Perencanaan Wilayah dan Kota, Labtek IXA, Kamis (18/5) lalu pada acara purnatugas Prof. Ir. Budhy Tjahjati, MCP, Ph.D. dari Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB. Pada acara yang diadakan tepat saat beliau berulangtahun yang ke-65 tersebut, beliau memberikan orasi ilmiah yang bertajuk “Pendidikan Penrencanaan Wilayah dan Kota dalam Dasawarsa Mendatang”. Para keluarga, sahabat, kolega dan petinggi SAPPK menghadiri acara yang penuh keakraban ini.
Prof. Ir. Budhy Tjahjati, MCP, Ph.D.-yang biasa dipanggil Bu Yati ini-mendapatkan gelar sarjananya dari Jurusan Planologi ITB, setelah sebelumnya beliau sempat mengecap setahun pendidikan di Teknik Arisektur ITB. Beliau melanjutkan pendidikan pascasarjananya di Harvard dan MIT dengan konsentrasi studi yang sama, Perencanaan Wilayah Kota. Selain sebagai pendidik, peneliti, beliau juga menjalankan kegiatan sosial lewat Yayasan Sugiyanto Soegijoko yang antara lain membantu pembiayaan keliah mahasiswa yang kurang mampu. Sebelum dipurnatugaskan beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Senat SAPPK.
Dalam orasi ilmiahnya, beliau menyoroti masalah kompetensi apa yang harus dimiliki seorang sarjana Planologi agar ia menjadi sarjana Planologi yang efektif di masyarakat. Lewat paparannya, beliau menunjukkan bahwa kemampuan berkomunikasi dan berpolitik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang sarjana Planologi ketika ia terjun ke masyarakat.
“Mengapa selama ini kita hanya membuat rencana, rencana, rencana? Dari rencana-rencana yang kita buat mana yang terlaksana? Apa yang terjadi semenjak selesai perencanaan?” Demikian tanya istri almarhum Sugiyanto Soegijoko ini ketika menjelaskan pentingnya kemampuan mengkomunikasikan rencana tersebut kepada semua elemen masyarakat-termasuk penguasa-agar rencana tersebut dapat terlaksana dengan lancar. Lewat beberapa contoh kasus beliau juga menunjukkan stagnannya rencana pengembangan wilayah ataupun pengembangan yang salah terhadap suatu wilayah. Misalnya pengembangan kawasan Jalan Dago dan Cihampelas di Bandung menjadi pusat perbelanjaan, yang seharusnya menjadi kawasan jalan arteri.
Beliau juga menganalisa perkembangan kurikulum program sarjana Jurusan Planologi ITB dari masa ke masa dan memperlihatkan perubahan proporsi kurikulum yang berkaitan dengan Implementasi/Pelaksanaan Rencana dari masa ke masa. Beliau berharap kurikulum SAPPK yang baru pada tahun akademik 2008 mendatang dapat menghasilkan sarjana Planologi yang lebih berkualitas.
Dalam penutup orasi ilmiahnya, beliau secara khusus berterimakasih kepada sahabatnya yang juga sekaligus adalah rekan di Program Studi Planologi SAPPK ITB, Myra Gunawan bersama kawan-kawan, yang telah menyelenggarakan acara purnatugas tersebut.
Prof. Emeritus Woworuntu adalah yang pertama berkesempatan memberikan kesan pesan kepada Prof. Ir. Budhy Tjahjati, MCP, Ph.D. sebelum acara berakhir. Dalam kesan pesannya, Woworuntu mengenang kembali sejarah jurusan Planologi ITB ketika pertama kali berdiri. Kesan pesan terakhir datang dari sahabat Prof. Ir. Budhy Tjahjati, MCP, Ph.D. sendiri, Myra Gunawan yang mengajak para hadirin ke kenangan mereka berdua di tahun 60-an.
Prof. Ir. Budhy Tjahjati, MCP, Ph.D. sendiri berpendapat, purnatugas bukanlah akhir dari segalanya. Purnatugas bukan berarti beliau harus berhenti berbakti kepada masyarakat, almamater, dan bangsa. Selepas purnatugas ini, beliau masih berkarya di Urban dan Regional Development Institute (URDI).
(astriddita)