RE Talks: Kolaborasi SRE ITB x Kementerian ESDM Jabar Dorong Pemanfaatan Energi Terbarukan untuk Masa Depan Indonesia
Oleh Qonita Aulia Rahmatullah - Mahasiswa Teknik Pangan, 2022
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id – Perubahan iklim yang semakin nyata dan kebutuhan untuk beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan menjadi tantangan besar yang harus dihadapi Indonesia. Di tengah kondisi ini, sektor energi terbarukan (ET) menjadi salah satu solusi yang sangat strategis. Untuk itu, kolaborasi antara elemen dan pihak-pihak terkait sangat penting guna menciptakan ide-ide inovatif dalam mendukung transisi energi yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Pada Minggu (17/11/2024), SRE ITB (Student Renewable Energy ITB) berkolaborasi dengan Kementerian ESDM Jawa Barat mengadakan RE Talk di Auditorium Gedung CC Timur ITB Kampus Ganesha. Acara ini bertujuan memberikan pemahaman lebih dalam mengenai potensi dan tantangan yang ada di sektor energi terbarukan, khususnya geotermal dan bioenergi, serta bagaimana mahasiswa dapat berperan dalam akselerasi transisi energi di Indonesia.
Inggar, President of SRE ITB 2024/2025, membuka acara dengan pidatonya yang menyiratkan harapan besar bagi mahasiswa. “Semoga ilmu yang didapatkan dalam RE Talk ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Geotermal dan bioenergi ini merupakan isu yang hangat dibicarakan di kalangan mahasiswa. Kita berharap ini bisa menjadi awal untuk lebih banyak diskusi dan inovasi mengenai energi terbarukan,” katanya.
Kepala Dinas ESDM Jawa Barat, Ai Saadiyah Dwidaningsih, S.T. M.T., menyampaikan pentingnya masukan dari mahasiswa dalam mengakselerasi sektor energi.
"Kami ingin memperoleh feedback dari hasil pemikiran rekan-rekan mahasiswa agar kita semua dapat bersama-sama mempercepat transisi energi yang lebih ramah lingkungan. Kita sudah merasakan dampak perubahan iklim, seperti bencana hidrometeorologi. Oleh karenanya, transisi energi ini harus jadi komitmen kita semua, kalau tidak dimulai dari kita, maka siapa lagi," ujarnya.
Penjelasan materi oleh Kepala Dinas ESDM Jawa Barat.
Beliau juga memberikan gambaran kondisi terkini mengenai potensi energi terbarukan di Jawa Barat. Jawa Barat memiliki potensi energi mencapai 192 gigawatt, yang terdiri atas biomass, hydro, dan lain-lain. Namun, saat ini baru sekitar 3,67% yang terutilisasi.
"Ini menjadi pekerjaan rumah kita semua. Untuk mencapai target ini, kita membutuhkan kolaborasi dari semua elemen stakeholder secara pentahelix, baik dari pemerintah, badan usaha, akademisi, dan masyarakat," katanya.
Beliau juga menyoroti pemanfaatan panas bumi di daerah-daerah seperti Kamojang, Wayang Windu, Karaha, dan Cisolok Sukarame, yang memiliki potensi besar dalam mendukung ketahanan energi, khususnya di Jawa Barat.
Untuk membahas lebih dalam, dihadirkan dua narasumber yang kompeten di bidangnya. Narasumber pertama adalah Daniel Adityama dari PT Geoenergis. Dalam materinya, beliau menjelaskan mengenai potensi geotermal di Indonesia.
“Panas bumi dapat dianalogikan sebagai ketel, yang nantinya digunakan untuk membangkitkan turbin. Dari air panas yang ada di reservoir, akan di separator, lalu masuk steam, dan digunakan untuk membangkitkan turbin. Lalu sisanya diinjeksikan kembali kondensatnya ke dalam bumi,” ujarnya.
Beliau juga menekankan bahwa meskipun Indonesia terletak di kawasan Cincin Api Pasifik yang memiliki potensi geotermal besar, tetap saja masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Beberapa di antaranya adalah ketidakpastian tinggi dalam eksplorasi, investasi besar, serta dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pengeboran panas bumi. Untuk mengurangi dampak negatif dari limbah pengeboran panas bumi, diterapkan skema binary yang memungkinkan fluida dari dalam bumi kembali ke tanah.
Selain itu, beliau menjelaskan bahwa investasi di proyek geotermal memerlukan waktu yang cukup panjang, dengan periode pengembalian (payback period) sekitar 7-10 tahun, tergantung pada tingkat pengembalian internal (IRR). Beliau menekankan pentingnya bagi mahasiswa untuk memiliki kemampuan melihat gambaran besar dalam industri energi dan mengembangkan keterampilan untuk menganalisis potensi berbagai sumber energi, karena setiap sumber memiliki keuntungan dan tantangannya masing-masing.
Sesi talkshow oleh Juan Joey, R&D PT Wilmar Nabati Indonesia.
Potensi sumber energi lain datang dari bioenergi yang menjadi topik bahasan untuk talkshow kedua yang menghadirkan Juan Joey M.M. sebagai R&D di PT Wilmar Nabati Indonesia. Beliau memberikan bahasan yang dalam mengenai potensi dan tantangan dalam pengembangan bioenergi di Indonesia.
Bioenergi terdiri atas empat kategori utama—biomassa, biogas, bioetanol, dan biodiesel—yang dapat diproduksi dengan memanfaatkan bahan organik seperti limbah pertanian atau perkebunan. Biodiesel yang berasal dari kelapa sawit, misalnya, diperoleh dengan pemisahan melalui perbedaan densitas, menghasilkan gliserin yang lebih berat dan metil ester yang lebih ringan.
Selain limbah tanaman, mikroalga juga menawarkan potensi besar. Lipidnya dapat digunakan untuk biodiesel, sementara proteinnya untuk suplemen. Data dari ESDM menunjukkan bahwa meskipun kontribusi energi terbarukan (EBT) masih kecil, biodiesel mendominasi, dengan Indonesia sebagai produsen biodiesel terbesar dunia, menyumbang lebih dari 50% produksi global.
Namun, pengembangan bioenergi juga menghadapi tantangan besar, seperti investasi yang sangat besar, infrastruktur yang belum memadai, masalah regulasi, kompetisi sumber daya, dan perlunya kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat.
Indonesia, yang dikenal sebagai negara megabiodiversitas dan "zamrud khatulistiwa", memiliki potensi luar biasa untuk mengembangkan bioenergi, dan dengan dukungan yang tepat, sektor ini dapat menjadi kekuatan utama dalam transisi menuju energi hijau yang lebih berkelanjutan.
Acara ini menjadi upaya untuk mendorong serta mewadahi mahasiswa ITB dan peserta lainnya untuk lebih peduli terhadap isu-isu energi terbarukan dan turut serta dalam akselerasi transisi energi di Indonesia. Dengan kolaborasi yang lebih erat antara sektor akademisi, pemerintah, dan industri, diharapkan dapat tercipta solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk menghadapi tantangan energi global dan perubahan iklim.
Reporter: Qonita Aulia Rahmatullah (Teknik Pangan, 2022)