Gelaran Seminar Air Asam Tambang ke-7 dan Pascatambang: Konsolidasikan Penelitian, Kebijakan, dan Praktik untuk Praktik Terbaik Pengelolaan AAT dan Pascatambang
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Kelompok Keahlian Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung (FTTM ITB) bekerja sama dengan Center of Research Excellence (CoRE) in Mining Environment and Mine Closure, FTTM ITB dan Indonesian Network for Acid Drainage (INAD) menggelar "Kursus dan Seminar Air Asam Tambang ke-7 dan Pascatambang", di Aula Barat dan Aula Timur, ITB Kampus Ganesha, Selasa-Kamis (29-31/10/2024). Seminar ini bertema "Mengkonsolidasikan Penelitian, Kebijakan, dan Praktik Menuju Praktik Terbaik dalam Pengelolaan Air Asam Tambang dan Pascatambang".
Ketua Panitia, Dr.Eng. Ginting Jalu Kusuma, S.T., M.T. mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk membahas isu-isu mengenai air asam tambang (AAT) dan pascatambang secara komprehensif dengan melibatkan para pemangku kepentingan seperti pemerintah, akademisi, industri pertambangan, dan masyarakat sehingga secara bersama-sama mencari solusi yang efektif dan berkelanjutan terkait AAT dan pascatambang.
Acara ini dihadiri oleh praktisi, peneliti, konsultan, dosen, dan mahasiswa di bidang pertambangan, geologi, dan lingkungan, serta aparatur pengawas pertambangan dan lingkungan baik di Pemerintah Pusat dan Daerah. Kegiatan ini pun didukung oleh Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Pada hari pertama kegiatan, dilaksanakan "Kursus Dasar Pengelolaan Air Asam Tambang" di Auditorium CC Timur, ITB Kampus Ganesha. Kursus tersebut dihadiri lebih dari 50 peserta dengan dua bahasan, yakni (1) Karakteristik, pengolahan, dan pengelolaan air asam tambang dan (2) Pascatambang, pengelolaan air tambang pascatambang, dan reklamasi bentuk lain.
Dalam pembukaan seminar, Dr.Eng. Ginting Jalu Kusuma berharap kegiatan tersebut dapat memberikan kontribusi dari semua pihak untuk menuju praktik pertambangan yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Penanggung Jawab Kegiatan, yang juga Guru Besar dari FTTM ITB, Prof. Dr. Ir. Rudy Sayoga Gautama IPU., dalam sambutannya mengatakan, "Air asam tambang ini adalah salah satu dampak yang harus dikelola dengan baik agar tidak meninggalkan warisan yang buruk di pascapertambangan." Beliau optimistis pengelolaan pertambangan akan semakin baik lagi.
Air Asam Tambang (AAT) atau yang juga disebut dengan Air Asam Batuan (AAB) adalah air pada kegiatan penambangan atau penggalian yang bersifat asam atau memiliki keasaman tinggi dan terbentuk sebagai akibat teroksidasinya mineral sulfida disertai keberadaan air.
Air asam ini akan berdampak terhadap lingkungan, salah satunya terhadap biota air. Jika air asam ini masuk ke sungai, sungai akan terkontaminasi. Air sungai yang terkontaminasi ini akan terus mengalir hingga hilir. Selain itu, air asam mudah melarutkan logam. Jika logam terlarut tinggi dalam air dan dikonsumsi oleh manusia, akan menimbulkan penyakit dalam tubuh manusia.
Dari tahun 1994 sampai sekarang, beliau fokus mengkaji mengenai air asam. Pada tahun 1996 beliau mengadakan Seminar Air Asam tambang yang pertama di Indonesia. Misinya untuk memperkenalkan air asam tambang pada perusahaan tambang agar peduli dengan masalah tersebut.
Beliau juga turut serta dalam Tim Teknis Standardisasi Kementerian ESDM di bidang Lingkungan yang di antaranya menyusun berbagai standar nasional (SNI) terkait dengan air asam tambang. Standar yang dibuat adalah standar uji karena prosedur harus distandardisasi dan juga melakukan standardisasi terhadap pengelolaan tambang.
Beliau mengatakan, sejak 2004, seminar ini turut melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Hal itu karena isu AAT adalah isu yang penting tidak hanya untuk pertambangan tapi juga isu lingkungan yang jadi perhatian dari KLHK. "Senang sekali KLHK bisa terlibat sampai kegiatan ke-7 ini. Mudah-mudahan sampai seterusnya karena ini ajang penting untuk kita berbagi pengalaman hingga knowledge terkait dengan pengendalian dan pengelolaan air asam tambang," ujarnya.
Sementara itu, Dekan FTTM ITB Prof. Ir. Ridho Kresna Wattimena, M.T., Ph.D. IPU. mengatakan, dalam kegiatan tersebut, seluruh pihak sama-sama bertukar pikiran mengenai pengelolaan air asam tambang dan perencanaan pascatambang. "Seminar ini menjadi yang ketujuh yang digelar dari tahun 1996. Kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi seluruh pihak. Kami sangat mengharapkan keluar dari seminar ini kita bisa mendapatkan pengalaman baru mempunyai networking yang baru, khususnya dalam pengelolaan air asam tambang," ujarnya.
Adapun Wakil Rektor Bidang Riset dan inovasi. Prof. Ir. I Gede Wenten, M.Sc., Ph.D., menilai kegiatan ini sangat penting, terutama karena adanya kontribusi keilmuan sehingga tercipta nilai tambah dalam praktiknya kelak. "Pesan saya adalah gali sedalam-dalamnya tingkat keilmuannya sehingga terdapat nilai tambah dan penyelesaian permasalah lebih progresif dan lebih sustain," ujarnya.