Rektor ITI : Martabat Bangsa Tanggungjawabmu
Oleh Aldy Kurnia Ramadhan
Editor Aldy Kurnia Ramadhan
Dalam kuliahnya, Dr. Ir. Isnuwardianto mengatakan bahwa mahasiswa ITB berasal dari seluruh penjuru tanah air. Terdapat mahasiswa asal Aceh hingga Papua yang menuntut ilmu di ITB. Oleh karena itu, sebagai miniatur bangsa Indonesia sudah seharusnya ITB menjadi contoh kehidupan yang plural dan menjunjung tinggi toleransi. Para mahasiswa ITB hendaknya tidak terbuai dengan status ITB sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik yang ada di Indonesia, namun status tersebut hendaknya dapat menjadi cambuk untuk terus menjadi yang terbaik di lingkup global yang lebih luas.
Martabat, Maju, dan Mandiri
Rektor ITI yang dahulu sempat menjabat sebagai Pembantu Rektor ITB periode 1997-2001 tersebut menambahkan bahwa kita memiliki tanggung jawab yang besar kepada bangsa Indonesia. Martabat, maju, dan mandiri seharusnya terdapat dalam diri kita masing-masing karena tiga hal tersebut saling mendukung dan berkaitan satu sama lain. Kita harus senantiasa menjaga martabat bangsa Indonesia di mata dunia internasional dan juga di mata Tuhan. Martabat di mata dunia artinya kita harus dapat membangun peradaban yang tangguh dan tidak kalah dengan negara-negara lain. Sedangkan menjaga martabat di mata Tuhan artinya mebnagun keyakinan yang kuat, sikap santun, budi luhur, serta mewujudkan tujuan manusia diciptakan di muka bumi yaitu menjadi pemimpin yang baik. Bangsa yang bermartabat haruslah bangsa yang berdaulat serta sejahtera lahir dan batin. Selain itu, untuk membangun diri sebagai bangsa yang bermatabat kita juga harus maju. Maju bukan berarti kita harus memiliki segalanya, namun kita harus mengetahui arah-arah perubahan dan harus selalu siap siaga untuk menghadapinya agar kita tak tertinggal.
Mandiri artinya kita tidak boleh menggantungkan diri kepada pihak lain. Sikap menggantungkan diri akan sangat merugikan kita, karena suatu saat kita bisa saja ditindas oleh bangsa-bangsa lain. Selain itu, kita juga harus berdaulat di semua lini kehidupan. Namun nyatanya hal ini masih jauh panggang dari api. Dalam berbagai aspek vital kehidupan seperti energi, pangan, obat-obatan, ekonomi, teknologi, tambang, serta industri kita masih banyak bergantung pada pihak lain. Kita harus dapat berangsur-angsur mewujudkan kedaulatan dan kemandirian dalam berbagai aspek tersebut karena aspek-aspek tersebut sangatlah penting bagi masa depan bangsa.
Untuk mewujudkan kemandirian dan kedaulatan di berbagai aspek tersebut, sebagai mahasiswa kita harus senantiasa menguasai ilmu dan teknologi, menjaga kedaulatan bangsa, meningkatkan daya saing Indonesia di mata dunia, menjaga nilai-nilai luhur warisan bangsa, serta meningkatkan sifat nasionalisme dalam pribadi masing-masing. Kita harus senantiasa melestarikan nilai-nilai luhur yang sudah ada pada bangsa ini sejak zaman dahulu kala. Janganlah kita meniru-niru nilai-nilai yang berasal dari bangsa asing hanya karena alasan modernisasi. Kemajuan tidak semata berarti membangun desa menjadi kota, jangan sampai kita berusaha membangun bangsa ini namun sekaligus menghilangkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang seharusnya kita lestarikan.
Sifat Wajib Seorang Pemimpin
Menjadi pemimpin artinya kita harus memiliki visi yang jelas serta memiliki kemampuan menjelaskan visi kita kepada orang lain. Pemimpin juga harus menjadi perintis dalam mewujudkan visinya tersebut. Selain itu, pemimpin juga harus memiliki hasrat yang kuat sehingga semangat tak mudah pudar meski menghalangi rintangan yang berat. Pemimpin harus memiliki sifat-sifat utama yaitu amanah yang ditopang oleh sifat jujur dan terpercaya. Sifat kedua yang juga harus dimiliki seorang pemimpin ialah sifat adil yang ditopang oleh sifat cerdas dan bersandarkan pada kebenaran. Sifat wajib seorang pemimpin yang ketiga ialah arif, yang ditopang oleh sifat berani dan santun. "Awali segala usahamu dengan rasa cinta dan akhlak mulia, kerahkan semua kemampuan dalam melakukan tiap usaha, dan berikan yang terbaik bagi bangsa dan negara ini," tutup Dr. Ir. Insuwardianto.