Sabilulungan, Pentas Amal Lingkung Seni Sunda Mahasiswa ITB

Oleh Ahmad Fadil

Editor Ahmad Fadil

BANDUNG.itb.ac.id – Pada tanggal 26 Mei 2018 Lingkung Seni Sunda (LSS) ITB, salah satu unit kesenian mahasiswa di ITB, sukses menggelar sebuah acara tahunan. Acara yang rutin diselenggarakan tersebut kali ini bertajuk Mentas Bersama “Sabilulungan”.  Acara yang dimulai Pk 12:00 - 17:00 WIB dan bertempat di Aula Timur ITB ini, diselenggarakan sebagai kegiatan amal dalam rangka menggalang dana  donasi bagi panti asuhan Malikul A’la yang bertempat di daerah Sumur Bandung.

Sabilulungan menampilkan berbagai kesenian khas LSS ITB yang terdiri dari, Upacara Adat Bubuka, Kapsulwih, Tari Merak, Rampak Kendang, dan Longser. Seluruh pemain kesenian yang terlibat dalam acara tersebut merupakan mahasiswa S1 ITB yang menjadi anggota LSS ITB. Acara Sabilulungan juga memperingati acara Dies Natalis LSS ke 47. Meski dipersiapkan hanya dalam waktu 2 bulan, ini terbilang sukses. Riuh penonton memenuhi ruangan Aula Timur ITB.

Acara ini terbuka untuk umum dan tidak ditarik biaya/gratis. “Pihak penyelenggara hanya menawarkan kupon donasi untuk galang dana yang disediakan dalam kelipatan sepuluh ribu rupiah. Uang yang terkumpul sebagai hasil donasi sebanyak lima juta seratus delapan ribu seratus rupiah, seluruh uang tersebut akan diberikan pada panti asuhan Malikul A’la pada tanggal 2 Juni 2018,” ujar Mochamad Primasakti Satyagraha selaku ketua pelaksana acara tersebut.

Rangkaian acara diawali dengan upacara adat Bubuka untuk membuka acara tersebut secara simbolis. Alunan lagu yang gagah dan meriah mengiringi enam orang penari lelaki yang menarika tari keris. Kemudian dilanjutkan dengan kesenian kapsulwih (kecapi suling kawih) yang terdiri atas sejumlah pemain kecapi dua orang penyuling dan dua orang pengawih, hingga mampu membuat suasana berlangsung secara khidmat.

Diselingi dengan kesenian logser yang mengocok perut para penonton dengan penampilan humornya yang ringan dan mudah dicerna. Lalu dilanjutkan dengan tari merak yang menghipnotis para penonton dengan indahnya kepakan sayap merak sang para penari ditutup dengan rampak kendang yang menjadi puncak euphoria dari acara tersebut.

Mochamad yang juga merupakan mahasiswa Planologi ITB 2016, mengatakan bahwa acara ini menjadi acara hiburan sekaligus sarana beramal di tengah bulan yang penuh berkah ini (Ramadhan). “Acara ini juga dapat menunjukkan eksitensi kesenian sunda yang tidak akan pernah lekang oleh zaman dan terkubur dengan derasnya arus budaya modern di kalangan anak muda saat ini,” pungkasnya.

Penulis: Diah Rachmawati (Teknik Industri 2016)

Foto: Dokumentasi Pribadi