Talk Show Budaya Lingkung Seni Sunda 2006

Oleh

Editor

"Kebudayaan itu tidak harus kuno, …
Tradisional itu tidak harus primitif"

Bpk Joko (Saung Udjo).

***

Sabtu, 2 September 2006 di Lapangan Segitiga Campus Center ITB, diselenggarakan Talk Show Budaya untuk memperingati Lustrum VII Lingkung Seni Sunda (LSS) yang bertema "Sunda nu Urang Sarerea" (Sunda milik kita bersama) yang diharapkan ikut berpartisipasi dalam upaya pelestarian nilai budaya Sunda.

Talk show budaya ini dibuka dengan hiburan dari Swara Waditra Sunda (SWS) STT Telkom. Talk show ini mengundang beberapa budayawan dan budayawati Sunda diantaranya, Bpk Nano S, Ibu Indrawati Lukman (Sanggar Tari Indra), Bpk Joko (Saung Udjo), dan Kepala Dinas dan Pariwisata Jawa Barat, Bpk Ismet, Kepala Dekranas Kota Bandung, dan moderator Kang Ali (LSS).

Talk show bertema “Komersialisasi Budaya“ ini mengangkat beberapa sudut pandang positif dan negatif dari komersialisasi budaya khususnya pada kesenian Sunda.

Menurut Bpk Nano S, di tataran Sunda terdapat kurang lebih 300 kesenian tradisional, dan bertumpu pada profesionalisme. Terkadang untuk memulai itu semua, ada pakem-pakem yang tidak bisa lagi ditonjolkan karena perkembangan jaman, seperti dalam pakaian tradisional tidak harus dipakai setiap hari. Pakem utama yang melekat tidak harus dihilangkan tetapi bisa dikembangkan dalam pengemasan yang lebih menarik masyarakat khususnya generasi muda.

Ibu Indrawati yang dikenal sebagai seniman tarian tradisional inovatif untuk usaha menarik minat berbudaya Sunda dikalangan remaja, mengungkapkan jangan terlalu meributkan pakem selama pengembangan karya kesenian tidak terlalu lepas dari akarnya. Perubahan untuk mengikuti jaman kekinian itu perlu karena berefek pada perekonomian dalam proses pelestarian kebudayaan itu sendiri.

Dari pihak Dinas dan Pariwisata Jawa Barat pun berusaha mengembangkan budaya dengan ikut mendukung proses bentuk kesenian tradisonal di Perguruan Tinggi, terbukti dengan dukungan kepada 32 Lises (Lingkung Seni Sunda) di Jawa Barat.