Saturday Lesson ITB: Meniti Karier Hingga ke Negeri Sakura
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id. – ITB Career Center kembali mengadakan agenda rutin Program Pendidikan untuk Pelatihan (Saturday Lesson) untuk memasuki dunia kerja pada Sabtu (3/7/2021). Saturday Lesson kali ini membahas mengenai Persiapan Masuk Dunia Kerja di Jepang yang dibawakan oleh Christian Setiawan, selaku Manager Marketing Disco Inc. Global Business Development. Telah tinggal di Jepang sejak tahun 2012 dan mendapat sertifikasi Japanese Language Proficiency Test (JLPT) tingkat N1, membuatnya mendapat tawaran bekerja untuk bilingual Japanese-English dan fresh-graduate dari ASEAN.
Terdapat tiga tema utama yang dibahas dalam Saturday Lesson kali ini, yaitu ekspektasi dan realitas kerja di Jepang, jalan untuk mencari kerja dan karier di Jepang dalam jangka panjang. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh Christian selama bekerja dan berkuliah di Jepang, negara tersebut memiliki hal yang disebut Golden Ticket bagi perkerja karena perusahaan Jepang tidak pernah membatasi bidang kerja hanya berdasar latar belakang jurusannya saja. “Di Jepang, jurusan tidak menentukan kita bisa bekerja di apa, di bagian mana. Pekerja bisa ditempatkan di mana saja tergantung pada skill yang dimiliki,” ujarnya.
Selama menjalani masa wawancara kerja, perusahaan Jepang juga menuntut pelamarnya harus bisa menggunakan bahasa Jepang dengan baik sekalipun orang asing. Seluruh proses pendaftaran kerja akan menggunakan bahasa Jepang, tidak ada perbedaan antara pelamar asli Jepang maupun pelamar asing. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga image perusahaan serta kualitas pekerja tanpa membeda-bedakan. Adapun standar persyaratan kemampuan bahasa yang biasa diminta oleh perusahaan adalah kualifikasi JLPT N3 dan N2 tergantung kebutuhan tiap perusahaan.
Proses penerimaan kerja pun tidak sebentar dan bisa memakan waktu hingga tiga bulan lamanya karena dasar penerimaan pekerja baru di Jepang selalu berdasar pada trust. Tim rekrutmen selalu berusaha untuk mengenal lebih dalam lagi pelamar dan membangun kepercayaan perlahan-lahan sebelum akhirnya diterima di perusahaan tujuan. Karena budaya kerja yang sangat berbeda dibandingkan dengan negara lain ini, sulit ditemukan pekerja asing yang dapat bertahan lama di tengah persaingan kerja yang juga begitu ketat.
Untuk biaya hidup selama di Jepang sendiri, Christian mengatakan hal tersebut tidak menjadi masalah, karena biarpun kebutuhan cukup besar namun penghasilan yang didapatkan masih mencukupi bahkan masih bisa disisihkan sebagian untuk menabung.
“Untuk bekerja dan tinggal di Jepang, yang terpenting kalian dapat menyesuaikan pace atau langkah kalian baik dalam bekerja maupun hidup sehari-hari, agar bisa bertahan dan tidak tertinggal jauh. Jangan lupa untuk selalu menghormati budaya yang ada di sana,” tutup Christian.
Selain membahas seputar persiapan serta pengalaman masuk ke dunia kerja di Jepang, Saturday Lesson kali ini cukup istimewa karena mengajak salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa di ITB yang sudah cukup tua yaitu Unit Kebudayaan Jepang (UKJ) untuk berkolaborasi dalam rangkaian acara International Profession Preparation Program pada tanggal 16 hingga 18 Juli 2021.Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa serta lulusan muda dalam memasuki dunia kerja khususnya di Jepang.
“Prospek karier dan bekerja di Jepang menjadi sebuah aspirasi dari mahasiswa yang perlu dipersiapkan dengan baik dan dihubungkan dengan stakeholder yang tepat. Oleh karena itu, kami sangat tidak sabar menantikan hasil kerja sama dengan pihak UKJ nanti,” ujar Sonny Rustiadi, MBA., Ph.D., selaku Kepala Sub Direktorat Pengembangan Profesi dan Kewirausahaan Direktorat Kemahasiswaan ITB.
Reporter: Erika Mariana (Teknik Metalurgi, 2020)