SBM ITB Selenggarakan Diskusi tentang Branding dan Financial Planning

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) melalui Ikatan Mahasiswa Kewirausahaan “Artha” (IMK “Artha”) menggelar diskusi tentang branding dan financial planning.

Acara ini terselenggara dalam rangka AlloBank x Detikcom Goes to SBM ITB di Auditorium Nemangkawi SBM ITB pada Selasa (11/3/2023). Kunjungan tersebut dalam rangka berbagi ilmu mengenai merencanakan branding yang efektif dan financial planning dalam perspektif ahli yang berpengalaman.

Head of Brand Communication Department Detikcom Aldy Giraldie berbagi ilmu mengenai branding. Ia memaparkan bahwa branding adalah strategi dalam menarik calon konsumen kepada produk atau jasa. Hal ini berbeda dengan marketing atau pemasaran, di mana pemasaran adalah strategi dalam membesarkan brand yang kita miliki, seperti promosi.

Maka dari itu, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan agar branding menjadi efektif. Pertama, pahami produk atau jasa yang akan akan dijual. Hal yang harus dipahami seperti Unique Selling Proposition (USP), competitive advantage, serta siapa saingan yang sudah ada di industri tersebut.

Kemudian, pastikan kita mengetahui masalah yang akan diselesaikan. Hal ini penting agar kita dapat meyakinkan calon konsumen agar tak terkesan asal dalam memberikan solusi. Jika masalah tersebut sudah jelas, maka narasi tentang produk yang dipersiapkan akan betul-betul menjawab permasalahan.

Terakhir, lakukan riset mengenai keinginan pangsa pasar terhadap suatu produk atau jasa. Jangan hanya membuat branding hanya karena keinginan. Hal yang perlu diingat adalah branding merupakan investasi jangka panjang. Kita perlu memposisikan diri kita sebagai konsumen agar memahami consumer behavior, dimana kita paham tentang apa yang mereka perlukan atau inginkan dari produk atau jasa.

Aldy turut menambahkan bahwa tentu branding harus ada eksekusinya. Saat ini, semua brand communication tengah berlomba untuk melakukan soft selling. Soft selling adalah strategi penjualan tidak langsung dengan tujuan membuat konsumen penasaran dan mengeksplor produk atau jasa.

Branding, khususnya soft selling ini bukanlah hal yang dapat dicapai jangka pendek. Ini jangka panjang. Namun, karena kita dapat melibatkan daya tarik emosional konsumen, hasil yang didapat pun menjanjikan,” tutup Aldy.

Kemudian, Key Account Manager AlloBank Samantha Leopard turut berbagi ilmu mengenai financial planning. Menurutnya, banyak generasi muda saat ini bingung dalam menata keuangan. Padahal, dalam menata keuangan, terdapat rumus yang bisa digunakan dan ini mudah.

“Kita dapat membagi kepada 50% untuk memenuhi kebutuhan, 30% memenuhi keinginan, dan 20% untuk menabung,” jelas Samantha.
Namun, banyak pula yang ragu untuk membedakan kebutuhan dan keinginan. Ia menjelaskan bahwa kebutuhan merupakan sesuatu yang bersifat mengikat yang bermanfaat untuk sehari hari serta membelinya karena fungsi, seperti makanan, tempat tinggal, hingga pakaian yang digunakan.

Sedangkan keinginan adalah sesuatu yang sifatnya memenuhi kepuasan batin dan bersifat tidak mengikat. Banyak yang menyebutnya kebutuhan sekunder. Keinginan ini bisa saja seperti membeli gawai terbaru, pakaian modis terbaru, hingga menonton konser.

Dan terakhir, jangan lupa untuk menabung. Menabung pula bisa saja digunakan untuk menjadi dana darurat, di mana nanti akan berguna dalam keadaan darurat. Untuk mahasiswa, ia menjelaskan besaran dana darurat yang dibutuhkan ialah 5 kali nominal konsumsi pokok bulanan. Instrumen yang digunakan saat ini cukup banyak, menabung di bank ataupun berinvestasi.

Ketua Himpunan IMK “Artha” Naufal Dhamiri Syifa mengatakan kegiatan ini dapat memberikan dampak positif, apalagi menunggu waktu berbuka puasa. Ia berharap dengan adanya ilmu yang dibagikan, para peserta dapat mengimplementasikannya di kehidupan sehari-hari maupun kelompok bisnisnya masing-masing.

Reporter: Bashravie Thamrin (Manajemen, 2024)