SDGs Center ITB: COVID-19 Mengancam Ketercapaian SDGs pada Tahun 2030
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id—SDGs Center ITB mengadakan webinar dengan judul “Potensi COVID-19 menjadi Endemik, dan Dampaknya terhadap Pencapaian SDGs” Kamis, 22 Juli 2021. Acara ini diisi oleh beberapa pembicara, di antaranya Dr. Azzania Fibriani sebagai Virolog di SITH ITB, Dr. Windhu Purnomo, dr., M.S. sebagai dosen khusus di Depertemen Epidemologi Universitas Airlangga, Dr. Vivi Yulaswati, M.Sc. sebagai Kepala Sekretariat Nasional TPB/SDGs Indonesia, dan Ir. Teti Armiati Argo, MES., Ph.D. sebagai penanggap.
Membuka acara, Ketua Satuan Penjamin Mutu ITB Dr.rer.nat. Poerbandono, S.T., M.M. mengatakan, “ITB memiliki banyak publikasi khususnya dalam bidang climate action dan clean energy, namun produk yang dihasilkan tak sebanding dengan publikasi yang telah dilakukan. Oleh karena itu diharapkan melalui SDGs dapat menjadi wajah ITB dalam peran-peran keberlanjutan,” ujarnya.
Webinar kali ini dipimpin oleh Dr. Ir. Tirto Prakoso, M.Eng. sebagai ketua SDGs Center ITB. Dalam rentang 2020-2030, negara di dunia termasuk Indonesia menargetkan tercapainya SDGs (Sustainable Development Goals) guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan. Namun dalam prosesnya dunia diguncang oleh bencana pandemi yang sangat berpengaruh hampir ke semua sektor, seperti ekonomi, sosial, lingkungan, dan pendidikan.
Diungkapkan Dr. Tirto, pandemi ini juga diprediksi dapat menjadi endemik di kemudian hari. Hal tersebut berdampak dalam usaha untuk mencapai SDGs yang ditargetkan akan tercapai pada 2030 mendatang. Oleh karena itu, pada webinar kali ini dibahas mengenai perkembangan dan potensi virus SARS-COV2 menjadi endemik dan dampak terhadap pencapaian SDGs.
Dampak COVID-19 terhadap perkembangan SDGs
Dalam pemaparannya, Vivi Yulaswati mengatakan bahwa COVID-19 berdampak pada berbagai bidang, seperti munculnya risiko ekonomi, sosial, dan lingkungan. Selama pandemi, terjadi peningkatan akses internet dan kepemilikan handphone di semua wilayah. Hal tersebut mengharuskan adanya peningkatan infrastruktur akses internet serta bantuan sosial bagi masyarakat miskin.
Jika ditinjau dari sejarah, pandemi membawa perubahan peradaban pada abad-abad sebelumnya seperti Pandemi spanish flu. Oleh karena itu, pandemi kali ini juga memberikan dampak perubahan seperti munculnya Society 5.0.
Redesain transformasi ekonomi Indonesia perlu dilakukan seperti SDM berdaya saing, ekonomi hijau, integrasi ekonomi domestik, produktivitas sektor ekonomi, transformasi digital, dan pemindahan IKN (Ibu Kota Negara) baru. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan kerja sama konstruktif yang positif. Pandemi membawa risiko pencapaian target-target SDGs, namun sekaligus membuka peluang terjadinya reformasi berbagai sistem.
Teti Armiati memberikan sejumlah tanggapan untuk menutup sesi pemaparan. “Jika COVID-19 menjadi endemik, peta risiko zonasi dan protokol 3T (testing, tracing, treatment) tetap perlu ada. Pada saat ini sudah terjadi pergeseran pengelolaan pandemi, hal tersebut dapat terlihat dari tahun 2020 hingga 2021, sehingga diharapkan ke depannya dapat terjadi pemulihan pandemi karena adanya data-data yang sudah dimiliki,” ujarnya.
Repoter: Tarisa Putri (Teknik Kimia 2019)