Semarak 2016: Menggarap Bioenergi Berbasis Mikroba di Indonesia Kini dan Mendatang
Oleh Cintya Nursyifa
Editor Cintya Nursyifa
Beriringan dengan keinginan mahasiswanya, ITB berkontribusi dalam memperkenalkan keilmuan mikrobiologi kepada masyarakat luas melalui kegiatan yang memperkaya informasi. Latar belakang pemilihan tema yang diangkat adalah akibat krisis energi yang dewasa ini membuat para ahli giat mencari solusi. Kegiatan seminar akbar perdana dari Himamikro 'Archaea' ini mendapat respon positif dari jumlah peserta yang hadir. Sebelum sampai pada seminar sebagai acara puncak, panitia telah menggelar kompetisi essai dengan tema Energi Berbasis Mikroba. Tim dewan juri berasal dari dosen SITH (Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati): Dr. Dea Indriani Astuti dari kelompok keahlian Petroleum Microbiology, Intan Taufik, M.Si, Fenryco Pratama, M.Si dari MEOR, dan salah satu dosen ITB yang aktif pula di Universitas Osaka.
Atas pertimbangan tema pula, para pembicara membawakan topik-topik terkait prospek bioenergi di Indonesia seperti, Dr. Dea Indriani Astuti dengan topik "Teknologi Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR)", Agus Saptono, SE, MM. dengan topik "Potensi dan Tantangan Bioenergi Berbasis Mikroba untuk Energi Terbarukan di Indonesia", Prof. I Nyoman Kabinawa dengan topik "Pemanfaatan Mikroalga sebagai Biodiesel", dan Adri Kristina dengan topik "Perkembangan Penggunaan dan Produksi Bioenergi Berbasis Mikroba di Industri Indonesia".
Microbial bioenergy (bioenergi berbasis mikroba) di Indonesia difokuskan terhadap mikroalga dan biogas. Mikroalga menghasilkan bioenergi yang lebih utama dibandingkan biomassa sebagai bahan baku penghasil energi. Sebagai ilmu yang berkembang, mikrobiologi membutuhkan ruang yang seimbang dan menjadi relasi antara sains dengan teknologi. "Sains itu harus mempertimbangkan literatur yang paling tua (bernilai historis, -red), sedangkan teknologi justru harus mempertimbangkan dengan yang terbaru. Biarkan teknologi yang telah lebih lama menjadi sains. Teknologi tidak bisa dipinjam, tapi harus 'dicuri', dan teori yang bagus itu jangan merusak lingkungan," tutur Nyoman.
Sumber gambar: dokumentasi panitia