Seminar Lingkungan GPL Expo : MDGs Lingkungan dan Sanitasi

Oleh prita

Editor prita

BANDUNG, itb.ac.id- Gelar Peduli Lingkungan 2010 mencapai puncaknya dalam dua hari ini, yaitu Kamis dan Jumat, 18-19 Februari 2010, dalam gelaran Seminar Nasional Lingkungan Hidup (SNLH). Aula Barat ITB yang menjadi pusat penyelenggaranan acara telah disulap dengan dekorasi yang serba hijau. Ruang tengah menjadi tempat seminar, talkshow, dan workshop. Sayap  utara dan selatannya dikelilingi oleh beberapa stand organisasi yang berafiliasi dengan lingkungan.

Seminar yang bertajukkan "Tantangan Indonesia dalam Menghadapi MDG's 2015 di Bidang Lingkungan dan Sanitasi" ini dibuka oleh Prof. Dr. Irawati, MS., Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Organisasi, mewakili Rektor. Keynote speaker pada seminar ini adalah Susmono, Direktur Pengembangan dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Ditjen Cipta Karya. Pakar-pakar lingkungan pun turut berpartisipasi dalam acara ini, seperti Juli Soemirat, Dosen Teknik Lingkungan ITB, dan Nugroho Tri Utomo, Direktorat Perumahan dan Pemukiman Bappenas. Kedua pembicara mempresentasikan mengenai MDGs (Millenium Development Goals) dalam segi sanitasi dan lingkungan.

Peserta SNLH datang dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa, masyarakat umum, serta organisasi LSM yang berafiliasi dengan lingkungan. Di akhir seminar, para peserta diajak untuk berdiskusi singkat. Peserta dibagi menjadi 8 kelompok kecil. Setiap kelompok diberi waktu sekitar 10 menit untuk menganalisis permasalahan lingkungan di Indonesia lalu merumuskan solusi yang bisa diaplikasikan  secara nyata oleh mahasiswa dan akademisi.

MDGs dan Peran Mahasiswa

Juli Soemirat sebagai pembicara membawakan presentasi berjudul "Peran Mahasiswa dan Akademisi dalam Mewujudkan MDGs". Lalu muncul pertanyaan, "Apa MDGs itu?" MDGs merupakan kependekan dari Millenium Development Goals  yang dalam bahasa Indonesianya berarti Tujuan Pembangunan Millenium. MDGs merupakan kesepakatan dari pimpinan negara-negara di dunia yang tergabung dalam United Nation atau Perserikatan Bangsa Bangsa.

MDGs berisikan 8 butir tujuan umum yang hendak dicapai oleh negara-negara di dunia, antara lain :
1.    Mengurangi kemiskinan dan kelaparan
2.    Mengusahakan pemerataan pendidikan dasar
3.    Persamaan gender antara pria dan wanita
4.    Mengurangi taraf kematian anak-anak
5.    Meningkatkan kesehatan ibu hamil
6.    Memberantas HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya
7.    Mempertahankan keberlangsungan lingkungan hidup
8.    Meningkatkan pembangunan persahabatan global

Pada SNLH kali ini, pembicara lebih fokus kepada MDGs poin ke-7, "Mempertahankan Keberlangsungan Lingkungan Hidup" dengan memperhatikan pengelolaan air bersih dan sanitasi (PAB dan S). Sanitasi disini keadaan yang berhubungan dengan limbah atau buangan. Misalnya tinja, pembuangan sampah, drainase, limbah rumah tangga, limbah industri, dsb.

Saat menjelaskan target Indonesia, Juli Soemirat masih belum puas dengan keadaan PAB dan S di Indonesia. Masih sangat kurang. Juli Soemirat mengatakan, "Berjalannya PAB dan S di Indonesia sudah baik dalam segi kuantitas, tetapi dalam segi kualitasnya masih perlu perbaikan-perbaikan, terutama dalam mengubah perilaku hidup masyarakat Indonesia yang belum sepenuhnya sadar akan hidup bersih. Para mahasiswa harus mampu menjadi agen perubahan dan memberikan contoh kepada masyarakat."

Perencanaan atau Pembangunan Fasilitas?

Dalam presentasi kedua dari Nugroho Tri Utomo  yang berjudul "Tantangan Pembangunan Sanitasi di Indonesia", ada hal menarik yang kami garis bawahi. Ada sebuah pertanyaan yang mendasar : "Untuk mengatasi masalah sanitasi, manakah yang perlu diutamakan, perencanaan atau pembangunan fasilitas?". Ternyata, jawabannya adalah Perencanaan. "Mengapa? Bagaimana solusinya"

Nugroho menjelaskan bahwa dalam suatu perencanaan sanitasi yang baik, di dalamnya harus dilibatkan semua pihak yang terkait. Kita tidak boleh langsung menggunakan asumsi "pukul rata". Misalnya dalam kasus sebagai berikut :

"Di suatu wilayah terdapat 1000 orang penduduk dimana satu MCK dapat digunakan untuk 10 orang dalam waktu bersamaan (berbeda tempat). Kita tidak boleh memukul rata dengan membangun 100 MCK begitu saja. Beberapa tahun kemudian MCK tersebut pasti sudah menjadi gudang ataupun bahkan tidak terpakai lagi."
"Lalu bagaimana solusinya?"

Dalam merencanakan perlu melibatkan seluruh pihak yang berkaitan, seperti pemerintah, LSM, masyarakat, swasta, dan akademisi. Pemerintah berperan dalam pendataan wilayah, misal persebaran penduduk, LSM meninjau aspek social responsibility-nya, masyarakat berperan memberikan usulan tempat atau lokasi strategis, swasta bisa menjadi sumber pendanaan, akademisi merancang desain dan menganalisis secara berkelanjutan. Jadi semua pemikiran dapat ter-cover di dalam perencanaan. Dan pada akhirnya akan menghasilkan MCK yang strategis dan berfungsi maksimal.

[Lamdamatra Arliyando]