Seminar Pengobatan Naturopati: Self Healing

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Sabtu, 18 Juni 2005 lalu, Himpunan Mahasiswa Farmasi 'Ars Praeparandi' mennyelenggarakan seminar bertemakan pengobatan naturopati dengan segmentasi masalah pada kaum wanita. Seminar bertajuk 'Terapi Masalah Kewanitaan dengan Self Healing' ini dihadiri oleh tiga pakar di dunia kesehatan, Dr. Amarullah H. Siregar, pakar naturopati, Dr. Ketut Adnyana, Apt., staf Departemen Farmasi ITB dan Dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS, seorang ginekolog dan konsultan masalah seksual. Ketiga pakar kesehatan tersebut memberikan pemaparan yang lengkap mengenai pengobatan naturopati dalam konteks kesehatan wanita. Dibahas pula hubungan aromaterapi dengan wanita. Di awal, Dr. Amarullah membahas mengenai sejarah dan filosofi pengobatan naturopati. Pengobatan naturopati bukan hal baru bagi dunia kedokteran. Sejak 40-50 tahun lalu, pengobatan naturopati mulai timbul seiring dengan munculnya masalah dalam penanganan penyakit oleh ilmu kedokteran konvensional. Ilmu kedokteran konvensional memang telah berkembang pesat dengan teknik diagnosa dan pengobatan yang akurat dan modern. Namun laju peningkaatan kemodernan dan akurasi teknologi dan ilmu kedokteran modern tidak membuat masyarakat dunia menjadi semakin sehat. Yang terjadi malah sebaliknya, tingkat penyakit tetap tinggi. Rene Dubos, seorang Profesor Rockfeler University, New York, Amerika Serikat (AS) memperingkatkan bahwa masyarakat AS sudah tidak sehat lagi dengan penggunaan obat-obatan canggih, dan tidak mungkin akan lebih sehat, bahkan akan mati lebih muda dibandingkan orang tua atau pendahulu mereka. Terminologi naturopati, secara etimologis, berasal dari kata naturo atau nature (alami) dan path atau pathway (lintasan). Naturopati merupakan suatu bentuk ilmu kedokteran yang dalam penatalaksanaannya dengan memperbaiki jalan alami tubuh. Jalan alami ini dicerminkan sebagai sistem homeostasis tubuh manusia. Empat sifat dapat dinyatakan untuk mengungkap perkembangan karakter pengobatan naturopati,yaitu alternatif, komplementari, integratif, dan pengobatan holistik. Sifat alternatif didapatkan karena model pengobatan naturopati banyak diambil sebagai jalan alternatif setelah pasien menjalani pengobatan konvensional. Selanjutnya, pengobatan naturopati mampu menjadi pendamping pengobatan dengan ilmu kedokteran konvensional. Dalam hal ini, hilanglah asumsi pendekatan non ilmiah pada pengobatan naturopati. Pengobatan naturopati kemudian mampu menjadi saling integratif dengan ilmu kedokteran konvensional; mampu saling mengisi. Pembentukan American Holistic Medical Association pada tahun 1978 menandakan pengakuan bahwa pengobatan naturopati telah diakui sebagai pengobatan yang menyeluruh terhadap fungsi dan sistem tubuh manusia dengan memberdayakan individu secara holistik, baik jasmani, rohani, maupun spiritual. Kini, prinsip pengobatan naturopati telah mengkerucut menjadi metode sistem pengobatan yang bersifat natural, non-invasive, no chemical approach, person-centered medicine, dan friendly environment. Saat ini, telah banyak berdiri institusi pendidikan kedokteran naturopati yang selaras dengan program pendidikan kedokteran umum. Beberapa rumah sakit di eropa juga telah menggabungkan konsep pengobatan naturopati dengan pengobatan kedokteran konvensional secara bersamaan dalam pengobatan penderita. Bahan alami yang dipergunakan dalam kedokteran yang mengobati, mencegah penyakit, dan meningkatkan taraf kesehatan dengan memberdayakan fungsi dan sistem alami tubuh ini, antara lain herbal medicine, phytoceutical, bach remedy, enzyme therapy, nutricology, nutraceutical, dan aromatherapy. Dr. I Ketut Adnyana, Apt. memaparkan aromaterapi sebagai salah satu aplikasi pengobatan naturopati serta secara khusus, hubungannya dengan wanita. Aromaterapi merupakan penggunaan minyak atsiri untuk meningkatkan kesehatan dan vitalitas tubuh, pikiran, serta jiwa dengan cara inhalasi, mandi rendam, kompres, serta pemakaian topikal dan masase. Penggunaan bau dan aroma sebagai pengobatan sebenarnya telah dikenal bahkan, sejak zaman Romawi dan Mesir Kuno. Pada zaman Yunani kuno, minyak beraroma digunakan sebagai antidiare dan penambah gairah seksual. Pendeta Hindu di India sejak lama juga mengenal penggunaan aroma tumbuhan sebagai obat. Bahkan, pada saat wabah pes (black death) melanda Eropa di abad pertengahan, semak rosemari dibakar di jalan-jalan untuk mencegak penularan penyakit pes. Komponen dan kombinasi minyak atsiri yang sangat bervariasi dan unik diduga menjadi penyebab munculnya aroma yang mampu menyembuhkan. Minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia yang merupakan senyawa kompleks. Untuk menangani masalah kesehatan wanita, aromaterapi kerap digunkan untuk menangani berbagai masalah seperti pre-menstrual syndrome, menstrual cramps, cytitis, kehamilan, morning sickness, persalinan, hingga menopause. Intinya, aroma terapi dapat meredakan gejala-gejala yang disebabkan oleh fluktuasi hormon. Akibat sifat aktivitasnya yang mirip hormon, monyak atsiri mampu memberikan keseimbangan dan mengurangi gejala-gejala seperti mood swing, mual, konstipasi, jerawat, kelelahkan, sakit kepala, depresi; mampu juga memberikan relaksasi otot dan memperbaiki sirkulasi serta tekanan darah. Di akhir seminar, terdapat pemaparan dari Dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS, ginekolog dan konsultan masalah seksual terkenal mengenai bagaimana agar tetap cantik dan menawan di usia produktif. Pemaparan beliau ini dari sudut pandang reproduksi. Menurutnya, langkah penting dalam kehidupan seks adalah penjagaan kesehatan tubuh, mendapatkan gairah seks, sugesti diri dan fantasi seks, serta menambah teknik dan variasi dalam berhubungan seks. Dr. Boyke juga memberikan penekanan mengenai pentingnya pemenuhan gizi makanan serta latihan/olahraga secara teratur.