Seminar Sehari Apresiasi Air dan Sanitasi
Oleh kristiono
Editor kristiono
Bandung, itb.ac.id - Dalam rangka memperingati hari air sedunia yang jatuh pada 22 Maret, KK Teknologi dan Pengelolaan Lingkungan FTSL–ITB bekerjasama dengan Ditjen Cipta Karya menyelenggarakan seminar sehari bertema ”Apresiasi Air dan Sanitasi di Kawasan Budidaya, Kini dan Masa Depan” di Gedung Aula Barat, Senin (31/03). Seminar sehari yang dihadiri oleh akademisi, praktisi dan mahasiswa ini dibuka dengan penyampaian pidato kunci Dirjen Cipta Karya, Ir. Budi Yuwono berjudul ” Kebijakan Strategis Pembangunan Berkelanjutan di Kawasan Perkotaan dan Pedesaan”.
Dalam pidatonya, Budi menekankan pentingnya pengelolaan air secara berkelanjutan. Budi menyoroti kondisi sanitasi limbah rumah tangga dan lumpur tinja di Indonesia yang rendah mengancam kualitas air bersih. Buruknya sanitasi diperparah oleh masih banyaknya masyarakat Indonesia, baik di perkotaan maupun dipedesaan, belum memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi penampung limbah tinja yang memadai. Persoalan ini menurut Budi, merupakan salah satu tantangan utama pengelolaan air secara berkelanjutan.
Tantangan penyediaan air bersih dan berkualitas semakin berat dengan adanya persoalan lingkungan akibat masalah konsentrasi penduduk. Perkembangan fisik kota yang tumbuh melebihi kapasitas memicu pertambahan luas kawasan terbangun hingga ke daerah pinggiran (urban fringe). Konstelasi daerah pusat dan pinggiran yang besar, menyulitkan pemenuhan kebutuhan air bersih yang berkualitas bagi penduduk di dalamnya.
Budi menyebut, usaha pemerintah dalam mengelola keseimbangan lingkungan, termasuk pelestarian sumberdaya air ditempuh dengan menerbitkan UU No 26 Tahun 2007 tentang tata ruang. Undang–undang mengatur penataan ruang nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Dalam pasal 26 undang–undang ini mensyaratkan prosentase luasan ruang terbuka hijau sebanyak 30% yang terdiri atas RTH publik 20% dan RTH pribadi 10%. Pelestarian air bersih perlu diperhatikan seiring dengan tingginya tingkat kebutuhan air di masa depan akibat pertambahan penduduk. Dokumen RPJP Nasional menyebutkan, pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 274 juta orang.
Sementara itu, dalam sambutannya Rektor ITB Prof. Djoko Santoso mengatakan gejala kelangkaan air semakin jelas dengan seiring dengan timbulnya kekeringan, pergeseran musim hujan, gelombang pasang, maupun badai. Menurut Djoko, ancaman krisis air tidak hanya merupakan hasil samping pemanasan global, tapi juga kekeliruan kebijakan pengelolaan. Oleh karena itu, perlu paradigma baru pemanfaatan air secara bijak.
Seminar yang juga dimaksudkan sebagai peringatan tahun 2008 sebagai tahun sanitasi ini dilanjutkan dengan pemaparan makalah oleh akademisi, aktivis lingkungan dan ahli–ahli Ditjen Cipta Karya. Beberapa diantaranya, Prof. Enri Damanhuri (FTSL ITB) dengan makalah berjudul ”Permasalahan Banjir Dan Sampah Di Perkotaan”, Ir. Susmono (Departemen PU) menyampaikan makalah ”Kebijakan dan Strategi Pembangunan Air Limbah Perkotaan”, Ir. Tamin M. Zakaria Amin, MSc. (Direktorat DPAM Cipta Karya) tentang ”Kebijakan Strategi Pemenuhan Sumber Air Minum Kawasan Andalan”, Dr. Basah Hernowo (Bappenas) berjudul”Peran Strategis Kawasan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Air Berkelanjutan” , Dr. Ir. A. Djumarma Wirakusumah (Kapusling Geologi) ”Kebijakan Pemanfaatan Air Tanah di Perkotaan”, Dr. Ruchyat Denny (Ses Ditjen Tata Ruang) ,”Kebijakan Penataan Ruang JABODETABEKJUR” , Dr. Rudy Tambunan (UI) ”Telaahan Penataan Ruang di Megapolitan Jakarta”,dan Ahmad Safrudin (LSM Masyarakat Peduli Air) ”Permasalahan Pengelolaan Air di Jakarta”.