Seminar Teknologi Bangunan Lepas Pantai : Menjawab Tantangan Eksploitasi Energi di Laut Dalam
Oleh kristiono
Editor kristiono
BANDUNG, itb.ac.id - Lautan nusantara tak hanya gudang pangan masa depan, namun juga mengandung potensi migas yang sangat menjanjikan. Beberapa potensi ladang gas di lautan antara lain migas laut dalam di Selat Makassar dan sumber migas di Abadi, Perairan Arafura yang memiliki tiga kali potensi migas blok Tangguh. Demikian disampaikan oleh staf ahli BP MIGAS Dr. Gde Pradnyana Sutha yang menjadi pembicara kunci dalam Seminar Teknologi Bangunan Lepas Pantai Terapung (Floating Offshore Structures Technology), Jumat 26 Juni 2009, di Campus Centre Timur ITB.
Melimpahnya potensi migas di lautan Indonesia yang masih belum disentuh tentu membutuhkan teknologi bangunan lepas pantai yang unggul dan dapat diandalkan guna memenuhi kebutuhan eksploitasi migas di laut dalam tersebut. Dalam konteks tersebut topik "Floating Structure" dipilih.
Seminar yang dihadiri oleh 250 peserta mahasiswa, akademisi, pemerintah dan praktisi di bidang industri dan konstruksi terkait migas ini merupakan hasil kerjasama Program Studi Teknik Kelautan ITB, bekerja sama dengan Komunitas Migas Indonesia, BP MIGAS, IMarEST (Institute of Marine Engineering, Science and Technology), Alumni Teknik Kelautan ITB (ALKA) dan Keluarga Mahasiswa Teknik Kelautan (KMKL).
Ditinjau dari kedudukan bangunan terhadap dasar laut, bangunan lepas pantai dikategorikan menjadi dua yaitu fixed structures dan floating structures (bangunan terapung). Pada bangunan lepas pantai tipe yang pertama, anjungan dibangun di atas kaki-kaki yang berdiri/terikat dengan dasar laut dan digunakan untuk daerah laut dangkal. Sedangkan bangunan lepas pantai tipe terapung, yang dipakai untuk eksplorasi migas laut dalam, tidak memiliki pondasi yang dipancang langsung ke dasar laut melainkan mengapung seperti kapal dan terikat ke dasar laut melalui sistem jangkar.
Ketua umum Migas Indonesia Swastioko Budhi Suryanto, dalam sambutannya menyatakan forum terkait migas lepas pantai masih sangat jarang sehingga kerjasama KMI dan Prodi Teknik Kelautan ini dapat berkelanjutan. Harapan ini diamini oleh Ketua Program Studi Teknik Kelautan Ir. Muslim Muin, Ph.D yang berharap jalinan kerjasama antara praktisi industri, akademisi dan asosiasi profesi agar saling menunjang di masa depan dan forum ini merupakan awal terjalinnya kerjasama tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh akademisi diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berguna bagi dunia industri. Di sisi lain industri diharapkan dapat memberikan masukan topik-topik menarik untuk diteliti yang dijumpai di lapangan.
Sesi pemaparan materi terdiri dari 6 sesi, yang menampilkan pembicara-pembicara perwakilan dari BP MIGAS, Asosiasi Profesi (IMarEST), Praktisi Industri (BP West Java dan Chevron Houston) dan akademisi. Materi utama dalam seminar disampaikan oleh Dr. Iwan D Aryawan, ahli bangunan lepas pantai terapung dari Chevron, yg memaparkan topik "Floating Offshore Technology: Concept Selection for Deepwater Development" dan mendapat sambutan yang luar biasa dari peserta seminar karena topik ini dianggap masih langka di Indonesia.
Seminar yang dihadiri oleh 250 peserta mahasiswa, akademisi, pemerintah dan praktisi di bidang industri dan konstruksi terkait migas ini merupakan hasil kerjasama Program Studi Teknik Kelautan ITB, bekerja sama dengan Komunitas Migas Indonesia, BP MIGAS, IMarEST (Institute of Marine Engineering, Science and Technology), Alumni Teknik Kelautan ITB (ALKA) dan Keluarga Mahasiswa Teknik Kelautan (KMKL).
Ditinjau dari kedudukan bangunan terhadap dasar laut, bangunan lepas pantai dikategorikan menjadi dua yaitu fixed structures dan floating structures (bangunan terapung). Pada bangunan lepas pantai tipe yang pertama, anjungan dibangun di atas kaki-kaki yang berdiri/terikat dengan dasar laut dan digunakan untuk daerah laut dangkal. Sedangkan bangunan lepas pantai tipe terapung, yang dipakai untuk eksplorasi migas laut dalam, tidak memiliki pondasi yang dipancang langsung ke dasar laut melainkan mengapung seperti kapal dan terikat ke dasar laut melalui sistem jangkar.
Ketua umum Migas Indonesia Swastioko Budhi Suryanto, dalam sambutannya menyatakan forum terkait migas lepas pantai masih sangat jarang sehingga kerjasama KMI dan Prodi Teknik Kelautan ini dapat berkelanjutan. Harapan ini diamini oleh Ketua Program Studi Teknik Kelautan Ir. Muslim Muin, Ph.D yang berharap jalinan kerjasama antara praktisi industri, akademisi dan asosiasi profesi agar saling menunjang di masa depan dan forum ini merupakan awal terjalinnya kerjasama tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh akademisi diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berguna bagi dunia industri. Di sisi lain industri diharapkan dapat memberikan masukan topik-topik menarik untuk diteliti yang dijumpai di lapangan.
Sesi pemaparan materi terdiri dari 6 sesi, yang menampilkan pembicara-pembicara perwakilan dari BP MIGAS, Asosiasi Profesi (IMarEST), Praktisi Industri (BP West Java dan Chevron Houston) dan akademisi. Materi utama dalam seminar disampaikan oleh Dr. Iwan D Aryawan, ahli bangunan lepas pantai terapung dari Chevron, yg memaparkan topik "Floating Offshore Technology: Concept Selection for Deepwater Development" dan mendapat sambutan yang luar biasa dari peserta seminar karena topik ini dianggap masih langka di Indonesia.