Seminar Transportasi Industri Transportasi Laut: Saatnya Lakukan Perubahan
Oleh Yasmin Aruni
Editor Yasmin Aruni
Pada Rabu (27/04/16), Kelompok Keahlian Manajemen Industri (KK MI), Program Studi Teknik Industri, memberikan kesempatan bagi civitas academica ITB untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kondisi industri laut Indonesia dengan mengadakan seminar bertemakan &pos;Transformasi Industri Transportasi Laut' bertempat di Ruang Seminar Teknik Industri, pukul 09.00-12.00. Seminar ini merupakan bagian dari mata kuliah Berpikir Visioner, berupa kuliah tamu yang menghadirkan Direktur Utama PT Pelayaran Nasional Indonesia (PT PELNI), Elfien Goentoro, MBA. Acara dibuka dengan sambutan dari Prof. Dr. Ir. Iman Sudirman, DEA selaku Ketua KK MI, dan kata pengantar dari Ir. Muhammad Faisal, MSIE selaku dosen pengajar mata kuliah Berpikir Visioner.
Sekilas Tentang PT PELNI
PT PELNI bertanggungjawab untuk mengelola 94 pelabuhan, dan 1200 rute perjalanan. Secara umum, lini bisnis PT PELNI terbagi menjadi dua yaitu kapal penumpang, dan kapal barang. Selain itu, PT PELNI juga memiliki anak perusahaan yaitu SPM yang bergerak di bisnis bongkar muat, PIDC di bidang jasa dan keamanan, serta RS PELNI Petamburan. Selama 63 tahun, selain berperan untuk mengangkut penumpang antarpulau, kapal-kapal PELNI merupakan alat transportasi terpenting untuk roda perekonomian Indonesia.
Sebagai sebuah BUMN yang bergerak di bidang pelayaran, PT PELNI merupakan perusahaan angkutan penumpang laut terbesar di Indonesia. Ukuran yang besar tidak lantas menjadikan PT PELNI perusahaan dengan laba besar. Bahkan, selama 63 tahun berdiri (1950-2013), PT PELNI selalu merugi. Kerugian terakhir pada tahun 2014 tercatat sebesar 634 M. Sejak menjabat sebagai Dirut PT PELNI pada tahun 2013, perusahaan perlahan bangkit dan mulai mencatat keuntungan. Laba tahun 2015 tercatat sebesar 100,7 M dari pemasukan sebesar 4 T.
"Ada perubahan yang cukup signifikan yang harus kita lakukan. Selama ini, PELNI jalannya as it is. Kita harus melakukan sesuatu, harus mempunyai terobosan dan ide-ide baru agar apa yang kita lakukan menjadi kenyataan," tutur Elfien dalam pembukaan presentasinya. Ia menekankan pentingnya perubahan berkelanjutan serta visi dari perusahaan, serta konsistensi dalam menerapkan perubahan-perubahan tersebut.
Perbaikan Berkelanjutan, Kunci Kesuksesan Perusahaan
Sejak ditunjuk menjadi Dirut PT PELNI, Elfien mulai melakukan perubahan secara bertahap. Sejalan dengan program kerja Presiden Jokowi yang memfokuskan perkembangan pada sektor maritim seperti penggunaan kapal tol laut untuk menurunkan harga barang di Indonesia timur, PT PELNI ikut ambil bagian. Sejak tahun 2015, seluruh penugasan dari pemerintah diberikan ke PT PELNI, termasuk operasional kapal tol laut dan kapal perintis yang melayani lebih dari 200 pelabuhan di seluruh Indonesia. Selain itu, PT PELNI melebarkan sayap dan mengaktifkan kapal ternak. Ini merupakan program presiden untuk membawa hasil ternak dari daerah timur ke Pulau Jawa.
Perubahan dilakukan Elfien di berbagai aspek PT PELNI, di antaranya adalah membakukan rekening yang digunakan untuk menerima hasil penjualan tiket, yang awalnya berjumlah sampai 10 rekening, dan sekarang semuanya masuk ke 1 akun saja. Selain itu, untuk mengefisiensikan pengeluaran PT PELNI untuk membeli bahan baku, perusahaan melakukan kerja sama dengan Bank Mandiri dan Pertamina sehingga setiap pembelian akan langsung mendebit akun Mandiri perusahaan.
Elfien menyatakan bahwa perubahan tidak mudah, dalam melaksanakan program yang diinisiasinya, tidak jarang terdapat penolakan. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen perubahan yang baik. Terdapat tiga agenda perubahan yang dipaparkan oleh Elfien, yaitu (1) Mencairkan status quo, (2) Melaksanakan cara-cara baru, serta (3) Menjadikan budaya. Cara untuk mencairkan status quo adalah dengan membangun rasa kepedulian akan kondisi perusahaan, dan membangun visi-misi secara kontinyu. Untuk melaksanakan cara-cara baru, PELNI menggunakan tim-tim kecil yang bertugas untuk melakukan perubahan dan mengkonsolidasikan hasil perubahan. Poin ketiga yaitu menjadikan perubahan itu sebagai sebuah budaya, agar dapat diterapkan secara berkelanjutan.