Studium Generale: Langkah Strategis Bangun Daya Saing Bangsa melalui Inovasi Teknologi

Oleh Fatimah Larassati

Editor Fatimah Larassati

BANDUNG, itb.ac.id - Kekuatan suatu negara saat ini tidak lagi hanya diukur dari kekuatan militer dan ekonomi, namun yang paling utama saat ini adalah dari aspek sains dan teknologi yang dikuasai oleh negara tersebut. Bagi Indonesia, satu-satunya cara untuk tetap kompetitif adalah membuat nilai tambah sains dan teknologi dari negara ini. Studium generale pada Sabtu (08/11/15) dengan tema "Inovasi Teknologi: Langkah Strategis dalam Membangun Daya Saing Bangsa" mengupas tentang bagaimana dan apa saja yang harus dilakukan untuk membangun atmosfer kompetitif nasional. Kuliah umum yang diselenggarakan di Aula Barat ITB ini turut mengundang Prof. Ir. I Gede Wenten, M.Sc., Ph.D. sebagai pembicara utama dalam acara tersebut.

Diakui oleh Prof. Wenten, Indonesia masih tertinggal  jauh dalam bidang Sains, Teknologi, dan Informasi (STI). Ketertinggalan dalam STI ini sesungguhnya adalah momok utama yang sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Akan tetapi faktanya banyak orang yang masih terlena dan tidak sadar akan krisis besar yang melanda Indonesia. STI masih luput dari perhatian publik dan dinomorsekiankan berdasarkan anggapan bahwa masih banyak krisis aspek kenegaraan lain yang perlu diperbaiki seperti krisis ekonomi, politik, sosial, dan lain-lain. Padahal, krisis-krisis tersebut hanya krisis imbasan dari krisis bangsa yang sesungguhnya yaitu krisis STI.

Ketertinggalan Indonesia dalam STI disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah iklim penelitian yang lesu, daya saing rendah, kebijakan dan peraturan yang mempersulit, dan dana penelitian yang sangat minim. Suku bunga pinjaman Indonesia yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia pun semakin memperburuk keadaan. Akibatnya, masyarakat enggan untuk membuat barang-barang penemuan baru dan jumlah karya dan inovasi yang diciptakan jauh dari yang diharapkan.


Akan tetapi, kondisi demikian bukanlah suatu kondisi mutlak. "Kita punya peluang melawan itu semua," tandas Prof. Wenten dalam kuliahnya. Optimisme ini bukan isapan jempol belaka karena, Indonesia punya banyak potensi yang jika digali dapat menjadi amunisi nasional yang masif. Dari segi sumber daya alam misalnya, Indonesia punya potensi geografis dengan kekayaan laut serta iklim ekuatornya. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Indonesia adalah laboratorium alami yang seyogyanya harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Kemudian dari segi sosial, potensi demografis keempat terbesar di dunia yang kerap dianggap sebagai masalah sebaliknya justru dapat menjadi berkah. Sumber daya manusia cerdas yang berlimpah tentu tak diragukan lagi dapat menjadi kekuatan luar biasa untuk Indonesia.

Semua hal tersebut bermuara pada Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta hanya dapat dicapai jika Indonesia padu, mulai dari animo rakyat yang tinggi untuk menghidupkan IPTEK hingga para pemimpin yang paham teknologi. Langkah-langkah seperti penggiatan pembangunan pusat riset industri yang strategis dan apresiasi lebih kepada anak bangsa yang cerdas adalah satu dari sekian banyak cara untuk meningkatkan daya saing Indonesia di dunia global. "Kita harus bertindak nyata, cepat, tetapi tidak instan," ujar Prof. Wenten menutup kuliahnya.