TEIN 2: Menuju ITB dengan Ekstra Bandwidth 45 Mbps (2)

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Melalui proyek TEIN 2, Uni Eropa akan mengalokasikan dana untuk membantu agar ITB mampu mendapatkan bandwidth 45 Mbps. Tepatnya, biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan bandwidth ekstra 45 Mbps adalah 150,000 Euro per tahun. Lama proyek TEIN 2 adalah 2 tahun. ITB sendiri tetap berkontribusi sekitar 20 persen dari dana yang harus dikeluarkan. Jalur Routing Pendek Selain keuntungan berupa jalur internet yang sangat "lebar", infrastruktur dalam proyek TEIN 2 memungkinkan proses routing yang lebih pendek. Tentunya ini akan semakin menghemat bandwidth. Dengan jalur konvensional, bandwidth sebesar 2 Mbps bisa termakan hanya untuk proses routing. Untuk sampai ke jaringan di Jepang, RRC, dan Korea Selatan dari Indonesia, melalui jalur TEIN 2, hanya perlu melewati sebuah router di Singapura. Bahkan, Jalur langsung ke jaringan di Uni Eropa pun hanya melewati router di Singapura ini. Dalam kerangka persiapan TEIN 2, telah dipasang kabel fiber optic di ITB. Galian tanah dengan kabel-kabel kuning yang mewarnai kampus beberapa bulan lalu adalah proyek pemasangan fiber optic di seluruh jaringan ITB oleh PT Indosat, partner SingTel di Indonesia yang memenangkan tender infrastruktur ITB-Singapura. Memanfaatkan TEIN: Membuka Mata "Yang menjadi masalah adalah bagaimana memanfaatkan bandwidth sebesar itu," tutur Basuki Suhardiman, pakar jaringan di ITB. Untuk itu, ITB sendiri telah mengajak departemen dan kelompok penelitian internal ITB untuk memanfaatkan 45 Mbps ini demi keperluan riset dan pendidikan. Departemen di ITB dapat memanfaatkan jalur ini untuk menyelenggarakan kuliah teleconference via internet. "Teleconference itu hanya butuh 2 Mbps, itu sudah menghasilkan gambar yang baik, layaknya berbicara langsung," ungkap Basuki "Departemen Astronomi sudah menyatakan minat untuk bergabung dengan Australia dalam pemantauan bintang di daerah belahan bumi bagian selatan, dalam proyek NASA." Basuki juga mencontohkan, Departemen Geofisika dan Meteorologi dapat juga memanfaatkan ini untuk mendapatkan data real time dari NOAA. Selain itu, ITB juga telah menawarkan perguruan tinggi lain di Indonesia untuk memanfaatkan jaringan ini. Ini merupakan tanggung jawab ITB sebagai wakil Indonesia dalam proyek TEIN 2: membangun jaringan riset dan pendidikan di Indonesia. Sampai sekarang, Universitas Syiah Kuala dan Universitas Padjadjaran telah menyatakan minatnya turut memanfaatkan bandwidth ini. Yang perlu disayangkan dari Proyek TEIN 2 ini, biaya pembangunan bandwidth di Indonesia masih terlampau mahal sehingga membengkakkan pengeluaran. Tambahan lagi, di sisi lain, ITB, sendirian, harus tetap membiayai 20 persen dari proyek ini, atau sekitar 60,000 Euro selama dua tahun. Sebagai pembanding, negara jiran, Malaysia, Filipina, dan Thailand membangun bandwidth sampai 155 Mbps; sementara Australia, 622 Mbps. Melalui program TEIN yang akan efektif pada bulan Desember 2005 sampai Desember 2007 ini, diharapkan riset dan dunia pendidikan di Indonesia -bukan hanya di ITB- berkembang. Proses pembelajaran Indonesia melalui riset-riset di luar negri, serta pengenalan terhadap riset-riset unggulan Indonesia akan semakin pesat. TEIN 2 bukan hanya sekedar ekstra bandwidth yang masif demi download yang cepat. Lebih dari itu, proyek ini akan sekaligus melebarkan wawasan akademisi dan peneliti Indonesia, serta membuka mata dunia untuk 'melirik' Indonesia. Dan ITB akan menjadi lokomotifnya.

scan for download