Teknik Air Tanah ITB Gelar Webinar Hidrogeologi Perkotaan
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Program Magister Teknik Air Tanah ITB bekerja sama dengan Perhimpunan Ahli Airtanah Indonesia (PAAI) menyelenggarakan webinar mengenai hidrogeologi perkotaan via daring dan siaran langsung pada Rabu (4/10/2020).
Saat membuka acara tersebut, Ketua Umum PAAI, Agus Mochamad Ramdhan, S.T., M.T., Ph.D., mengatakan pemenuhan air tanah merupakan kebutuhan yang penting terutama bagi daerah-daerah perkotaan. ”Pada perkotaan besar, air tanah merupakan andalan utama untuk pemenuhan akan air baik industri dan kebutuhan domestik,” ujarnya.
Pembicara pertama, Rachmat Fajar Lubis dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI menyampaikan bahwa, “Hidrogeologi dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih manusia mulai dari mencari titik air, melakukan pengeboran, dan melakukan pengambilan.”
Ilmu hidrogeologi telah mengalami banyak perkembangan dikarenakan jumlah manusia yang semakin banyak. Perkembangan terbaru seperti ilmu hidrogeologi yang dapat mendeteksi gempa bumi hingga bidang geomedis (ilmu geologi yang mempelajari kesehatan) merupakan tatangan tersendiri yang membuktikan perkembangan dari ilmu hidrogeologi. “Kebutuhan air bersih meningkat sejalan dengan perkembangan kota. Kota yang awalnya mengandalkan air sungai mulai mengenal teknologi pemanfaatan air tanah (Urban Hidrogeology),” ujar Rachmat.
Hidrogeologi perkotaan atau Urban Hidrogeology adalah air tanah tertekan dengan sangat cepat karena pemakaian dalam jumlah besar. Daerah resapan air juga ikut berkurang akibat dari berkembangnya kota yang diikuti pembangunan gedung-gedung.
Isu dan potensi bencana air tanah yang terjadi pada saat ini yaitu bahaya yang ditimbulkan akibat eksploitasi air tanah secara berlebih (Antropogenik). Hal tersebut akan berdampak pada berkurangnya jumlah sumur produksi akibat turunnya debit dan muka air tanah disertai kenaikan biaya produksi.
Ahmad Taufiq sebagai pemateri kedua pada webinar tersebut menyampaikan topik yang lebih spesifik mengenai hidrogeologi di daerah Bandung. ”Pengambilan terbesar air tanah terjadi pada daerah Cimahi karena kawasan industri diikuti oleh Racaekek dan Dayeuhkolot,” ujar peneliti Balai Airtanah PUPR.
Daerah Bandung menjadi unik karena ia salah satu kota besar di Indonesia yang berada dalam kawasan lembah, sedangkan kota besar lainnya berada di sekitar pantai. Sehingga, akan berbeda pula cara penanganan air tanah nantinya. Ia melakukan penelitian dengan metode mixing ratio dan didapatkan hasil bahwa daerah Cimahi memiliki mixing ratio terbesar yang artinya memiliki pencampuran flux dan indikator umur dalam jumlah tinggi.
“Septic waste atau pencemaran air tanah oleh limbah septictank juga banyak dialami oleh kota-kota besar di Indonesia dikarenakan tidak adanya standar mutu terhadap pembangunan septictank dan tidak tersentralisasinya septic waste yang seharusnya diatur oleh pemerintah,” kata Ahmad Taufiq dalam presentasinya.
Reporter: Ahyar (Teknik Metalurgi, 2018)