Temu Awal Semester ITB Tahun Akademik 2017/2018

Oleh Zoealya Nabilla Zafra

Editor Zoealya Nabilla Zafra

BANDUNG, itb.ac.id – Semenjak diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir 2015 lalu, persaingan kerja menjadi semakin ketat. Peluang seseorang dari Filipina untuk mendapatkan pekerjaan di Indonesia sama besarnya dengan seseorang dari Indonesia sendiri. Maka dari itu, perlu ditumbuhkan jiwa kewirausahaan dalam masyarakat Indonesia, demi menciptakan lapangan kerja baru yang mandiri. Hal inilah yang menjadi pokok bahasan utama dalam temu awal semester ITB tahun ajaran 2017/2018, pada Selasa (15/08/17) di Aula Barat ITB.


Acara temu awal semester yang diadakan dua kali dalam setahun ini dihadiri oleh para pimpinan tiga pilar utama ITB, yakni Ir. Betti S. Alisjahbana, Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) ITB; Prof. Ir. Indratmo Soekarno, M.Sc., Ph.D., Ketua Senat Akademik ITB; dan Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, Rektor ITB.

Diskusi dimulai oleh Ketua MWA ITB yang menyampaikan kondisi riil perusahaan dan perguruan tinggi sekarang. Beliau mengatakan bahwa saat ini, perusahaan-perusahaan sudah banyak yang terganggu. “Saat ini, enterprise sudah banyak yang disrupted,” katanya.

Penggunaan teknologi seperti 3D reality, augmented and virtual reality, gamification, pemanfaatan tema personalisasi di modular circular, dan biometrics menjadi bukti bahwa sebagian besar pekerjaan sudah diambil alih oleh teknologi. Hal ini tentu saja semakin mengurangi lapangan kerja yang tersedia. Namun, Ketua MWA ITB juga menjamin bahwa dengan pesatnya pemanfaatan teknologi, lapangan-lapangan kerja baru yang membutuhkan pemecahan masalah akan semakin berkembang.

Selanjutnya, diskusi dilanjutkan oleh pemaparan oleh Ketua Senat Akademik ITB, yang menekankan perihal tentang kenaikan jabatan akademik. Beliau mengaksentuasi pentingnya menerbitkan jurnal internasional bereputasi demi meningkatkan nama baik ITB di kancah internasional.

Diskusi ditutup oleh elaborasi oleh Rektor ITB tentang entrepreneurial university. Disini, beliau membandingkan perguruan tinggi generasi pertama, dimana objektifnya hanya edukasi, dengan perguruan tinggi generasi ketiga (sekarang) yang selain edukasi, juga penelitian dan know-how exploitation sebagai titik berat.

Rektor ITB juga menyampaikan misi utama dari universitas generasi ketiga, yaitu memajukan pembelajaran dan ilmu pengetahuan melalui pengajaran dan penelitian, terutama (1) di bidang sains, teknologi, keteknikan, pengelolaan, dan bisnis, serta (2) untuk membantu perkembangan ekonomi dan sosial di daerah masing-masing.