Tim Mahasiswa ITB Juara 1 di NEON 2024, Angkat Potensi Eksplorasi Green Energy di Indonesia
Oleh Ahmad Faujan - Mahasiswa Oseanografi, 2021
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Tim mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (FITB ITB) mengukir prestasi di kancah nasional dengan meraih juara 1 National Essay Oksigen Competition (NEON) 2024. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Departemen Kimia Universitas Negeri Malang dengan tema "Peran Mahasiswa Sebagai Agent of Change untuk Mencapai Green Chemistry di Indonesia”.
Anggota tim yang terdiri atas Kelvin Andrika Putra, Muhammad Farul Ridho Awaludin, dan Wenny Yusvika berhasil menyisihkan 10 tim finalis dari berbagai perguruan tinggi ternama di Indonesia, seperti ITS, Universitas Airlangga, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Sebelas Maret.
Karya mereka berjudul "Aplikasi Ordinary Kriging dan Statistik Multivariate untuk Eksplorasi Unsur Tanah Jarang Praseodimium, Neodimium, Terbium, dan Dysprosium di Tailing Pertambangan Emas dan Perak di Desa Mirah, Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah Sebagai Bahan Baku Permanent Magnet Synchronous Generator pada Turbin Angin".
Kelvin Andrika Putra, selaku perwakilan tim, menjelaskan bahwa karya tersebut menggunakan metode Exploratory Data Analysis dan Exploratory Spatial Data Analysis (ESDA) dengan software QGIS, ArcGIS, dan Ilwis untuk mengeksplorasi potensi Rare Earth Elements (REE) yang terdapat di tailing tambang emas sebagai bahan baku untuk pengembangan energi terbarukan seperti turbin angin.
Motivasi utama tim adalah keinginan untuk mengaplikasikan ilmu eksplorasi dan analisis statistik yang telah mereka pelajari dalam mendukung pengembangan teknologi hijau di Indonesia. Mereka berharap karya ini dapat membuka mata berbagai pihak terkait untuk melihat potensi tailing, bukan hanya sebagai sumber logam berbahaya, tetapi juga sebagai sumber Rare Earth Elements (REE) yang penting untuk teknologi energi terbarukan seperti wind turbine.
“Kami berharap pihak terkait dapat mempertimbangkan lokasi penelitian di esai kami, yaitu di tailing pertambangan emas di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Kami ingin mengubah pandangan bahwa tailing bukan hanya berbahaya, tetapi juga memiliki potensi besar sebagai sumber UTJ (Unsur Tanah Jarang),” ujar Kelvin.
Mereka berharap penelitian tersebut bisa mendukung percepatan pengembangan renewable energy di Indonesia. “Selain sebagai langkah menuju green energy, kami juga berharap eksplorasi ini dapat diterapkan di lokasi lain yang memiliki karakteristik serupa," ujar Kelvin.
Kelvin mengungkapkan bahwa proses kompetisi tidaklah mudah. Mereka harus melalui beberapa tahap seleksi, mulai dari pengumpulan abstrak hingga presentasi final. Tantangan utama yang mereka hadapi adalah keterbatasan komunikasi, mengingat ketiga anggota tim berada di kota yang berbeda selama liburan semester. Meski begitu, mereka berhasil menjaga komunikasi efektif melalui platform digital seperti Zoom, yang memungkinkan koordinasi yang baik meskipun terpisah jarak.
Bagi tim, kompetisi ini tidak hanya menjadi ajang pengembangan diri tetapi juga cara untuk berkontribusi dalam upaya mencapai net zero emission tanpa menghilangkan peran penting geologis dalam eksplorasi sumber daya alam. Mereka merasa telah belajar banyak, terutama dalam hal eksplorasi dan analisis statistik yang mendalam.
“Kami sangat bersyukur atas pengalaman ini. Kompetisi ini memberikan kami kesempatan belajar lebih dalam tentang dunia eksplorasi dan mendorong kami untuk berkontribusi dalam mewujudkan green chemistry di Indonesia,” ungkap Kelvin.
Tim menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada satu sama lain atas kerja sama yang solid meskipun terpisah jarak. Mereka tetap dapat berkoordinasi dengan baik berkat aplikasi digital seperti Zoom yang sangat membantu.
Dengan prestasi ini, tim ITB kembali menunjukkan kapasitas generasi muda Indonesia dalam menghadapi tantangan global dan berkontribusi untuk masa depan energi yang lebih hijau.
Reporter: Ahmad Faujan (Oseanografi, 2021)